Pengumuman

Salam sejahtera,

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Melalui blog ini, kita dapat tetap mempelajari Firman Tuhan, dimanapun dan setiap waktu dengan mengakses melalui komputer atau handphone. Mari kita jangan lelah untuk mengerjakan pekerjaan yang baik.
Tuhan memberkati kita semua.

Kata MUTIARA minggu ini : Bahagia adalah sebuah pilihan

Tim penggembalaan

Tuesday, December 31, 2013

Manusia Seperti Rumput. Apa artinya?

Supaya manusia mengerti dengan benar siapa dirinya, Tuhan memberikan gambaran yang tepat y.i. “Seluruh manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafasNYA. Sesungguhnya bangsa itu seperti rumput. Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya” (Yesaya 40: 5 – 8). Artinya; Manusia itu lemah dan fana, dengan mudah semua yang dimiliki atau dibanggakannya pudar dan berlalu. Bila kita menyadari atau memahaminya dengan sungguh-sungguh, maka kita tidak akan berani membanggakan keadaan kita sekarang, meski pun mungkin saat ini kita adalah orang yang mulia, indah dan megah. Sebaliknya kita pun tidak perlu merasa rendah bila keadaan kita sekarang tidak baik (hina, miskin, bodoh dan lemah). Ingatlah, semuanya itu akan segera berlalu seperti rumput atau bunga di padang bila TUHAN menghembus dengan nafasNYA.
Disamping itu, kita perlu tahu bahwa rumput mempunyai sifat yang sangat unik, y.i.
(1)    Rumput mudah diperharui: Di musim kemarau rumput dengan cepat menjadi layu, kering dan mati. Namun meskipun musim kemarau berlangsung amat panjang, bila ada hujan lebat sekali saja maka keesokan harinya rumput itu sudah memunculkan tunas mudanya.
(2)    Rumput bisa menjadi berkat yang sangat besar. Kehidupan semua hewan dan manusia langsung atau tidak langsung sangat tergantung pada rumput atau rumput-rumputan. Gambaran sederhananya sbb: Sapi makan rumput, manusia makan daging sapi atau minum susu sapi. Bila tidak ada rumput sapi menjadi kurus tidak menghasilkan susu dan daging. Secara tidak langsung kehidupan kita tergantung pada rumput, bukan ???

Seperti rumput, kita pun bisa selalu diperbaharui/ diberkati dan menjadi berkat yang besar bagi orang lain , bila kita berpaling kepada firmanNYA  yang kekal itu, sehingga RohNya dicurahkan keatas kita seperti hujan yang lebat. Tuhan menjanjikannya dalam Yesaya 44 : 3 – 4 à “Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan rohKu ke atas keturunanmu, dan berkatKu ke atas anak cucumu. Mereka akan tumbuh seperti rumput di tengah-tengah air, ........” dan “Kamu akan seperti rumput muda yang tumbuh dengan lebat; maka tangan TUHAN akan nyata kepada hamba-hambaNya, .....” (Yesaya 66: 14). 

Apakah Yang Tuhan Harapkan Dari Kehidupanmu?

Manusia menciptakan segala sesuatu dengan satu tujuan tertentu. Seperti perumpaan berikut ini : seorang tukang kayu, memotong motong kayu, memahatnya, memakunya, memberi lem, mengecat sampai akhirnya memfurnish dan menyelesaikan karyanya, barulah kita bisa melihat dan menyimpulkan, “oh, ternyata dia membuat sebuah meja”. Kita sebagai orang yang melihat tidak akan pernah tahu apa yang sedang tukang kayu kerjakan jika tidak bertanya padanya tujuan dari apa yang sedang dia kerjakan.
Demikian juga halnya, manusia adalah ciptaan Allah dan Allah menciptakan manusia dengan maksud dan tujuan-Nya yang mulia, kita tidak akan pernah bisa mengetahui apa yang menjadi harapan Tuhan dari kehidupan kita jika tidak bertanya langsung kepada Tuhan.
 "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Efesus 2:10).
Tuhan mempersiapkan dan merancangkan segala sesuatu di dalam kehidupan kita dengan akurat dan mendetail. Hal yang paling menarik adalah bahwa Tuhan merencanakan segala sesuatu sebelum kita dibentuk dan dijadikan. Allah mempunyai misi dan tujuan khusus di dalam kehidupan kita semua. Belajar dari firman Tuhan, mengenai nabi Yeremia : Firman-Nya menegaskan bahwa sebagaimana Allah merencanakan detail kehidupan bagi Nabi Yeremia, maka setiap manusia juga diciptakan oleh Allah dengan maksud, tujuan dan panggilan yang khusus di dalam kehidupannya.
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." (Yeremia 1:5).
Saya percaya setiap pribadi kita mempunyai panggilan Tuhan yang berbeda dalam kehidupannya, dalam pekerjaan, pelayanan, dan banyak aspek lainnya. Panggilan Tuhan tidak selalu berbicara mengenai pekerjaan-pekerjaan gereja seperti : pelayanan mimbar, diakonia, misi, penginjilan atau bakti sosial, dan lain sebagainya. Aktifitas rohani itu adalah baik, tetapi Tuhan melihat motivasi dan hati yang melandasi perbuatan tersebut. Panggilan Tuhan lebih berbicara mengenai seberapa dalam hubungan kita dengan Tuhan, dan bagaimana kita menyikapi dan menanggapi suara Tuhan dalam kehidupan sehari hari kita.
Jika kita berhenti sejenak saat ini dan meluangkan waktu sebentar untuk merenung : dalam kehidupan kita :
Apakah kita sungguh-sungguh mengetahui harapan Tuhan dalam hidup kita?
Atau kita tidak pernah tahu mengenai harapan dan keinginan Tuhan dalam hidup kita?
Atau kita tidak mau tahu mengenai harapan dan keinginan Tuhan dalam hidup kita?
Atau kita pura-pura tidak tahu mengenai harapan dan keinginan Tuhan dalam hidup kita?
Untuk mengetahui panggilan hidup kita, hanya bisa didapatkan melalui hubungan yang intim dengan Tuhan. Seringkali, kita terlalu sibuk dengan pekerjaan sehari-hari, terlalu sibuk dengan urusan keluarga, terlalu sibuk dengan pelayanan sehingga kita tidak punya waktu khusus lagi dengan Tuhan. Hal-hal tersebut adalah baik untuk dilakukan, kita tetap harus pelayanan, tetap harus menjaga keluarga kita, tetap harus melakukan pekerjaan kita namun diatas segalanya ada Tuhan yang menjadi nomor satu dan jangan mengurangi porsi kita dengan Tuhan. Kisah Maria dan Martha mengajarkan kita tentang bagaimana seharusnya kita memilih prioritas dalam kehidupan.
“Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." Lukas 10 : 41- 42
Jadilah seperti Maria yang duduk didekat kaki Tuhan dan memilih bagian yang terbaik dalam kehidupan kita.
Jika kita selalu berada di dekat Tuhan maka kita pasti bisa mendengarkan suara Tuhan, mengerti isi hatinya dan mengetahui harapannya dalam hidup kita.
Kadang ada saat dimana kita tidak mau tahu suara Tuhan, hati kita tertutupi oleh keinginan dan ambisi kita akan sesuatu hal. Kita tidak bisa lagi  berdoa, berpikir dan berhikmat dalam menyikapi pilihan hidup sehingga kita mengambil arah jalan sendiri yang tidak mengikuti suara Tuhan. Sebagai manusia normal, kita tentu mempunyai banyak harapan, mimpi dan tujuan dalam hidup dan Tuhan perduli akan mimpi mimpi, keinginan dan harapan kita. Tuhan mau dan sanggup memberikan semua yang kita doakan tepat pada waktuNya karena Tuhan juga ingin anak-anakNya semua hidup dengan penuh kelimpahan. Hanya kita sering melupakan dan meninggalkan Tuhan dalam merencanakan dan melakukan segala sesuatu.
“ Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? “ Lukas 12 : 20
Karena kita ini adalah ciptaan Tuhan yang juga sudah ditebus  dengan darah yang mahal, maka sewajarnya lah kita bertanya secara pribadi pada Tuhan tentang harapan-Nya dalam kehidupan kita.
Jangan mengandalkan pertimbangan manusia, namun berpeganglah pada firman Tuhan. Namun, kita terkadang terlalu sering mendengar apa kata orang, terlalu melihat keadaan sekeliling dan tidak mau mendengarkan Tuhan. Percayalah, Tuhan yang menciptakan kita perduli dan mencintai kita seutuhnya, dan di atas segala sesuatunya Tuhanlah yang mengatur.

Dalam refleksi tahun baru ini, kita di ingatkan pada satu pribadi  yang sempurna, Tuhan Yesus, Dia adalah teladan yang sempurna bagi kita untuk memahami VISI dan MISI Allah dalam kehidupan. Tuhan Yesus adalah pribadi betul-betul mengerti akan tujuan dan misiNya dalam kehidupan di dunia. Dia mengetahui persis MISI yang Tuhan berikan bagiNya yaitu menebus dosa manusia. Dia taat sampai di wafat di kayu salib. Ada saat iblis berusaha mengalihkan fokus misinya di dunia, dengan sesuatu lain.
Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Matius 16 :23).
Tuhan Yesus sangat mengerti apa yang menjadi kerinduan Allah dalam hidupnya dan Ia sanggup melakukannya Misi hidupnya dengan baik karena Ia mempunyai hubungan yang sangat intim dengan Tuhan.  
Sebagai orang Kristen, orang-orang yang ditebus dan dibenarkan oleh karena Tuhan Yesus, misi kita yang terbesar adalah menjadi saksi Kristus. Hidup sebagai Saksi Kristus seharusnya menjadi jati diri kita dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan kita sehari-hari hendaknya menunjukkan Kasih Tuhan kepada orang lain bukan hanya dengan kata-kata atau slogan semata.
2 Korintus 5:20-21
Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami;  dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.  Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah

Singkatnya, bagaimana kita bisa mengerti harapan Tuhan?
1. Hubungan yang intim dengan Tuhan
Mari kita meluangkan waktu khusus lebih lagi untuk berdoa. Jangan menyisakan waktu untuk berdoa, tapi memberikan waktu untuk berdoa.
2. Mau mendengar dan taat melakukan apa yang Tuhan inginkan.
Belajar mempunyai telinga seorang murid yang baik untuk mendengar suara Tuhan dan hati yang taat untuk melakukan kehendak Tuhan.
3. Menjadi kesaksian yang hidup bagi keluarga dan masyarakat
Hidup melakukan firman Tuhan, pasti akan berdampak pada kehidupan kita, orang disekitar kita akan melihat perubahan yang significant dalam hidup keseharian kita. Sehingga menjadi saksi itu adalah hakikat kita sebagai orang Kristen.
4. Menjangkau jiwa dan mengabarkan Injil bagi setiap orang.
Tuhan mengharapkan kita untuk melakukan amanat agung sebagaimana tertulis dalam Kisah Para Rasul 1 : 8.
5. Kembalikan semua kehormatan untuk Tuhan.
Jangan melakukan semuanya ini hanya untuk dilihat orang, tetapi lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan/ kehormatan Tuhan (1 Korintus 10: 31 b).
(dr Ronny AIFO, Ph.D.)

Friday, November 15, 2013

Di mana kita fokus, di situ kita berhasil

Kejadian 4: 13 - 24
Kata Kain kepada TUHAN: "Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung" (Kejadian 4: 13). Kain berbicara kepada TUHAN, artinya Kain mengenal TUHAN. Setiap kali dalam Alkitab dituliskan TUHAN itu adalah Yahwe. Kain bukan orang penyembah berhala, dia menyembah TUHAN, tetapi dia adalah orang yang tidak sungguh-sungguh beriman, karena itu dia tidak mau bertobat dari dosanya, malahan dia pergi atau lari dari hadapan TUHAN, sebagaimana yang tertulis dalam ay 16 - "Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN. Tuhan memang menghukum Kain, tetapi Tuhan tidak meninggalkan Kain, malahan dalam hukuman TUHAN itu terkandung anugerah bahwa TUHAN menjaga Kain (Firman TUHAN kepadanya: "...... Barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat." - Siapakah yang akan membalas? Tuhan sendiri). Tetapi Kain tidak dengan sukarela menjalani hukumannya, malahan Kain pergi dari hadapan/ hadirat TUHAN - "Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN" (Kejadian 4: 16). Perlu kita ketahui, orang bisa mengembara kemana saja, tetapi tetap di hadapan TUHAN y.i. bila dia memelihara ibadah/ persekutuannya dengan TUHAN. Sebaliknya orang secara fisik bisa saja tidak kemana-mana, tinggal di tempat, tetapi dia sudah pergi dari hadapan TUHAN, sebab dia menghentikan ibadah dan persekutuannya dengan TUHAN. Dalam hal Kain, dia memang pergi mengembara sesuai dengan hukuman TUHAN, tetapi disamping itu dia memutuskan hubungannya dengan TUHAN, itulah yang dimaksudkan dengan - "Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN."
Yang perlu kita perhatikan selanjutnya adalah akibat atau hasil Kain meninggalkan TUHAN itu mengejutkan. Keturunan Kain, yi orang-orang yang mengabaikan TUHAN justru menjadi tokoh pembangunan dunia yang pertama - Kota pertama di dunia dibangun oleh Kain ("Kemudian Kain mendirikan suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh" Kejadian 4: 17). Keturunan Kain menjadi perintis atau pionir kaum pengembara dan peternak (Kejadian 4: 20 - "Ada melahirkan Yabal; dialah yang menjadi bapa orang yang diam dalam kemah dan memelihara ternak), penemu musik (kecapi dan suling) sekaligus pemusik pertama di dunia (Kejadian 4: 21 - Nama adiknya ialah Yubal; dialah yang menjadi bapa semua orang yang memainkan kecapi dan suling) dan yang terpenting agaknya adalah menjadi penemu tembaga dan besi yang dipakai luas sekali mulai dari alat rumah tangga, transportasi, alat-alat pertanian sampai senjata (Kejadian 4: 19 - Tubal-Kain, bapa semua tukang tembaga dan tukang besi) , dan pelopor dari perkawinan poligami (Lamekh mengambil isteri dua orang - Kejadian 4: 19). Mereka jauh meninggalkan orang-orang saleh keturunan Set dalam segala bidang kehidupan duniawi. Mengapa bisa demikian? Karena mereka/ keturunan Kain memusatkan seluruh perhatiannya kepada dunia dan sama sekali mengabaikan Tuhan.
Pelajaran bagi kita adalah: Apa saja yang menjadi pusat perhatian sdr, di situlah sdr berhasil. Orang yang memusatkan perhatiannya pada dunia akan berhasil di dunia, orang yang memusatkan perhatiannya pada kecemasan akan menjadi orang yang cemas, orang yang memusatkan perhatiannya pada perkara-perkara yang rohani akan menjadi orang yang rohani. Sdr-lah yang menentukan mau menjadi orang yang berhasil dalam bidang apa. Tetapi sdr harus paham akan peringatan Tuhan Yesus ini: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya" (Markus 8: 36). Karena itu kalau sdr memang beriman pada Tuhan Yesus, pikirkanlah (pusatkan perhatianmu, fokuslah) pada perkara-perkara yang diatas (y.i. kerajaan Allah), bukan yang di bumi (Kolose 3: 1 dan 2) dan yang lainnya (yang duniawi, materi) akan ditambahkan ke padamu ("Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" Matius 6: 33)


Hangus namun masih mentah

"Efraim mencampurkan dirinya di antara bangsa-bangsa, Efraim telah menjadi roti bundar yang tidak dibalik" (Hosea 7 : 8)
Roti bundar adalah menu sehari-hari orang Israel purba. Dibuat dari adonan tepung yang dibentuk menjadi bundar lalu di-panggang di atas batu. Supaya matangnya merata, dalam proses pembuatannya roti tsb harus dibolak-balik. Roti bundar yang tidak dibalik menjadi roti yang gosong/ angus di satu sisi sedang di sisi satunya mentah. Tidak bisa dimakan, tidak ada gunanya alias dibuang.
Efraim adalah satu suku yang utama di Israel. Yakub menubuatkan berkat yang istimewa bagi Efraim. Seperti semua orang waktu itu ingin dikenyangkan oleh roti bundar yang dibuatnya, begitulah Tuhan ingin dipuaskan oleh Efraim yang diberkati-Nya. Namun di mata Tuhan, Efraim seperti roti bundar yang dibentuk dari adonan yang baik, tetapi menjadi seperti roti bundar yang tidak dibalik.
Orang yang membuat roti bundar yang tidak dibalik adalah orang yang lalai dan bodoh. Roti bundar yang tidak dibalik menggam-barkan kehidupan yang tidak seimbang, kehidupan yang tidak berguna, kehidupan yang tidak berkenan di mata Tuhan.
Tidak seharusnya Efraim menjadi seperti itu, karena dia diberkati - adonan dari bahan terbaik, tetapi Efraim gagal membentuk dirinya dengan baik. Mengapa?
1. Lalai dan bodoh. Dia bersahabat akrab sekali dengan bangsa-bangsa kafir yang jahat, bersekutu dengan mereka dalam berbagai bidang pemerintahan, kehidupan maupun iman. Begitulah Efraim dengan lalai dan bodoh  mengabaikan berkat Tuhan yang telah diberikan pada mereka. Berkat Tuhan itu menjadi rusak dan  tidak terwujud dalam mereka. Atau dengan kata lain, Efraim gagal mewujudkan berkat Tuhan yang telah mereka terima, untuk menjadi kehidupan yang berguna dan berkenan kepada Tuhan.
2. Kehidupan yang tidak seimbang. Satu sisi gosong/ angus sedang sisi lainnya mentah. Manusia hidup di dua dunia, yaitu dunia jasmani dan dunia rohani. Keseimbangan keduanya haruslah dijaga. Efraim hanya memperhatikan dunia jasmaniahnya saja, karena itu untuk menjaga kelangsungan jasmaninya, mereka bersekutu dengan musuh-musuh jasmani yang mengelilingi-nya dan melupakan Allah-nya (Yahweh). Persekutuan tsb. menyebabkan Efraim meniru gaya hidup dan kepercayaan kafir y.i. penyembahan berhala. Efraim melalaikan dunia rohaninya. Akibatnya Efraim kehilangan identitas dirinya sebagai umat Tuhan yang diberkatiNya.
Bangsa atau orang yang kehilangan identitas dirinya adalah bangsa atau orang yang berada diambang kehancuran.
Jadi perhatikan dengan seimbang kehidupan jasmaniah dan rohani sdr. agar menjadi roti bundar yang baik dan berkenan/ memuaskan hati Tuhan.


Tuesday, October 29, 2013

Belas Kasihan Tuhan Yesus

Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-muridNya pergi bersama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertaiNya berbondong-bondong, Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibnya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihaat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambi menghampiri usungan itu IA menyentuhnya dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya." (Lukas 7: 11 - 15).

Selama kurang lebih tiga setengah tahun pelayanannya sebagai Manusia, Tuhan Yesus menyembuhkan beribu-ribu orang dari penyakit, melepaskan orang dari kuasa/ belenggu/ kerasukan setan, dan membangkitkan tiga orang dari kematian. Tuhan Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus, seorang kepala rumah ibadat, seorang yang terpandang dan dihormati ditengah masyarakat Yahudi. Menjelang kematianNya Dia membangkitkan Lazarus, seorang yang dikasihiNya. Perlu diperhatikan, bahwa Yairus dan saudara-saudara perempuan Lazarus, y.i. Martha dan Maria, memang memohon pertolonganNya.  Tetapi di Nain tidak ada orang yang meminta Dia membangkitkan pemuda yang mati itu. Mengapa Tuhan Yesus membangkitkannya? Dia kasihan kepada janda yang ditinggal mati anak tunggalnya itu, dicatat di ayat 13: "Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Ya, hati Tuhan Yesus dipenuhi/ tergerak oleh belas kasihan waktu Dia melihat janda itu menangis tersedu-sedu, karena kehilangan satu-satunya harapan yang dimilikinya didunia, yaitu anak laki-laki, anak tunggalnya telah mati. Perlu diketahui dalam struktur masyarakat kuno, seorang janda tidak mempunyai harapan untuk hidup layak, kecuali ada saudara laki-laki almarhum suaminya mau menikahinya atau bila ia mempunyai anak laki-laki yang akan bertanggung jawab untuk kelangsungan/ jaminan hidup ibunya. Saya menyimpulkan perbuatan Tuhan Yesus ini sebagai perwujudan atau bukti bahwa "DIA datang untuk menolong orang yang sama sekali tidak memiliki harapan. Dia datang untuk membangkitkan pengharapan orang yang putus asa, Dia datang untuk menghapus air mata orang yang putus asa.
Saya percaya bahwa sekarang ini pun DIA sudah datang dan sedang menghampiri saudara yang putus asa/ tidak punya harapan dan DIA berfirman yaitu Firman yang berkuasa membangkitkan orang mati. Perhatikan orang mati mendengarkan firmanNya lalu bangkit hidup kembali. Bila saudara mendengarkan firmanNya, harapan saudara yang sudah mati pun dibangkitkanNya - dihidupkanNya kembali.

Thursday, October 24, 2013

Akibat Salah Pilih

"Ketika orang memilih allah baru, maka terjadilah perang di pintu gerbang." (Hakim-Hakim 5: 8)

Bangsa Israel sedang terpuruk. Mereka jatuh ke tangan Yabin, raja Kanaan, yang memerintah dengan tangan besi dan menindas mereka dengan keras (Hakim-hakim 5: 2- 3). Krisis yang sangat berat menimpa mereka, tidak ada jaminan keamanan, kejahatan meraja lela, perampok/ penyamun mengintai di jalan seluruh negeri. Hakim-hakim 5: 6 menuliskan keadaan sbb; "Dalam jaman Samgar bin Anat, dalam jaman Yael, kafilah tidak ada lagi dan orang-orang yang dalam perjalanan terpaksa menempuh jalan yang berbelit-belit. Penduduk pedusunan diam-diam saja di israel, ya mereka diam-diam." Kafilah adalah rombongan pedagang, tidak ada kafilah berarti perdagangan macet; orang harus menempun perjalanan yang berbelit-belit, bahkan mereka memilih untuk diam-diam saja di dusun-dusun, satu-satunya penjelasan adalah karena perjalanan tidak aman, penyamun y.i. orang-orang raja Yabin mengintai dimana-mana. Selanjutnya dalam Hakim-hakim 5: 8 dituliskan bahwa dipintu gerbng terjadi perang. Di Israel purba, pintu gerbang adalah kantor pemerintahan kota, di situ pula para hakim/ tua-tua kota memutuskan perkara - pengadilan. Bila di pintu gerbang terjadi perang, berarti pemerintahan kacau balau dan terjadi ketidak pastian hukum. Mengapa semua krisis dan kekacauan itu terjadi? Karena orang Israel memilih allah baru. Ternyata mereka salah pilih. Salah pilih membawa krisis, keterpurukan dan kekacauan.
Perlu saudara sadari, bahwa hidup ini dipenuhi rangkaian pilihan. Kita memilih apa yang kita kerjakan, memilih apa yang kita makan, memilih pasangan hidup, memilih pemimpin negara, provinsi, kota, kabupaten, kepala desa, ketua rw dan ketua rt - dan banyak lagi yang lainnya. Bila ingin hidup yang sejahtera, pilihlah yang benar. Memilih yang benar mungkin kita kalah suara, tetapi orang yang memilih yang benar akan hidup. Yang terutama, pilihlah Allah yang benar, yaitu Allah Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus. "Memang ada banyak "allah" dan bamuak "tuhan" yang demikian, namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup" (1 Korintus 8: 5 - 6). Jadi satu-satunya pilihan yang benar adalah memilih "Allah Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus. Jangan pernah meninggalkan imanmu (jangan sekali -sekali undur dan atau murtad dari imanmu) dan yang kedua pilihlah pemimpin yang benar. Israel baru bisa mengakhiri krisisnya setelah mereka memilih Debora (Dalam hakim-hakim 5: 7 b dituliskan :"Sampai engkau bangkit, Debora, bangkit sebagai ibu Israel"). Berdoalah agar Tuhan membangkitkan pemimpin yang benar dan pilihlah pemimpin yang benar.

Wednesday, October 23, 2013

Apa Yang Diperhatikan Tuhan ?

"Dua macam batu timbangan, dua macam takaran, kedua-duanya adalah kekejian bati TUHAN. 
"Dua macam batu timbangan adalah kekejian bagi TUHAN, dan neraca yang serong itu tidak baik." (Amsal Salomo 20: 10 dan 23)

Rata-rata orang mengakui bahwa Tuhan memperhatikan segala hal. tidak ada yang terluput dari perhatian Tuhan. Tetapi pengakuan tsb. acap kali bertentangan dengan prakteknya. Banyak sekali orang-orang yang menganggap Tuhan tidak memperhatikan caranya berbisnis, berdagang, bekerja atau bagaimana caranya memperlakukan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Amsal Salomo 20, dua kali diulangi bahwa Tuhan memperhatikan dengan serius batu timbangan, takaran dan neraca. Neraca, batu timbangan dan takaran tidak bisa dilepaskan dari perdagangan (jual - beli). Hampir semua komoditi diperdagangkan memakai neraca, batu timbangan dan takaran, y.i. ukuran kilogram, liter dan meter. Berarti Tuhan memperhatikan dengan serius jalannya perdagangan. Memakai dua macam batu timbangan dan neraca yang serong adalah mencari keuntungan dengan menipu, itu adalah kekejian bagi Tuhan dan pasti berakhir dalam malapetaka, dalam Amsal Salomo 21 : 6 dituliskan : "Memperoleh harta benda dengan lidah dusta adalah kesia-siaan yang lenyap dari orang yang mencari maut.'
Tetapi secara tersirat, batu timbangan, takaran dan neraca selalu kita tetapkan dalam banyak sekali aspek kehidupan sehari-hari, misalnya dalam menimbang dan memutuskan hukum, dalam menerapkan aturan, dalam menilai derajat seseorang atau menghormati seseorang. Dalam ungkapan lain disebutkan: "Memandang Muka," yang menyebabkan perlakuan berbeda terhadap orang berbeda dalam kasus yang sama. MIsalnya: Menghukum berat orang yang dianggap tidak berarti dan menutup mata terhadap kesalahan yang sama yang dilakukan orang yang kita hormati --> pencuri ayam (orang miskin) dihukum 3 bulan penjara, menteri yang korupsi dihukum tiga tahun penjara, padahal jumlah korupsinya sama dengan 10 juta ekor ayam padahal koruptor adalah penegak hukum/ aturan yang seharusnya melindungi hukum atau aturan. Keluar penjara, sang koruptor kaya raya, tetapi si pencuri ayam makin miskin dan terlunta-lunta. Atau dalam hal memperlakukan dengan hormat seseorang yang dianggap terhormat dan menyepelekan orang yang dianggap kurang/ tidak terhormat. Itu sama saja dengan neraca yang serong dan dua macam batu timbangan dan takaran. Ingatlah, bahwa Tuhan memperhatikannya dan itu adalah kekejian di mata Tuhan.

Tuesday, October 22, 2013

Menyertakan Tuhan Dalam Hidup ! "Bagaimana Caranya?"

Kita sering mendengar bahwa orang yang menyertakan Tuhan dalam hidupnya akan diberkati dalam segala aspek kehidupannya (Keluarga, kesehatan, bisnis, karir, dsb). Tetapi bagaimanakah caranya agar "Tuhan menyertai kita?"
Sebenarnya secara umum Tuhan sendiri sudah berjanji untuk menyertai umatNya sampai akhir/ sampai kesudahan alam, seperti yang dikatakan Tuhan Yesus kepada rasul-rasulNya, sbb: "...... ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Matius 28: 20). Ironisnya begitu seringnya dan begitu banyaknya orang yang tidak merasakan penyertaan Tuhan secara pribadi dalam hidupnya. Pada hemat saya persoalannya bukan pada Tuhan, tetapi pada kita y.i. menyertakan Dia atau mengabaikan Dia secara pribadi. Dua langkah berikut ini semoga membantu kita mengalami kenyataan "Penyertaan Tuhan" dalam hidup kita, sehingga kita bisa menyertakan DIA dalam hidup kita..
1. Amos 3 : 3 - "Berjalankan dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?" Ini adalah prinsip yang sederhana, dua orang tidak akan berjalan bersama-sama bila mereka belum membuat janji. Penyertaan Tuhan pun tidak akan menjadi kenyataan dalam hidup kita secara pribadi, bila kita dan Tuhan belum berjanji. Contohnya; Secara umum Tuhan menyertai orang Israel dalam perjalanannya di padang gurun, yang dinyatakan dengan adanya Tiang Awan di siang hari dan Tiang Api di malam hari. Tetapi dalam Keluaran 33: 15 - 17, Musa secara khusus/ spesifik minta penyertaan Tuhan, kata Musa: "Kami hanya akan berangkat kalah: 'Engkau menyuruh' dan 'Engkau membimbing'. Doa Musa ini merupakan satu janji, kalau Tuhan menyertai, maka Tuhan menjadi Bossnya. Tuhan mengabulkan doa Musa ini dan sebaliknya Musa pun melakukan apa yang dijanjikannya - Dalam Bilangan 9: 17 - 23, khususnya di ayat 23 dituliskan: "Atas titah TUHAN mereka berkeman dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat; mereka memelihara kewajibannya kepada TUHAN, menurut titah TUHAN dengan perantaraan Musa." Dalam penerapan sekarang adalah: Jadikan DIA narasumber satu-satunya dalam segala aspek kehidupan sdr, y.i. dengan menjadikan FIRMANNYA sebagai buku manual kehidupan sdr. Jangan melakukan semua hal yang berlawanan dengan kebenaran yi. FirmanNya.
2. Kejadian 5: 22 - 24 - "Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.' Menyertakan Allah dalam hidup berarti hidup bergaul dengan Alah. Kita pasti enggan bergaul dengan orang yang hanya dekat-dekat kepada kita kalau ada maunya. Orang yang bergaul karib dengan kita adalah orang yang dekat pada kita diwaktu suka atau duka, dia tertawan bersama kita, menangis bersama kita, dia tidak melakukan hal-hal yang tidak kita sukai dan sebaliknya kita pun melakukan hal yang sama terhadap dia. Dengan kata lain, kedua pihak saling memberi dan menerima secara seimbang. Kita memang tidak mungkin memberi dan menerima secara seimbang terhadap Tuhan. Tetapi, banyak yang keterlaluan juga, yaitu hanya datang dan berbicara kepada Tuhan (berdoa) dengan membawa daftar permintaan, tuntutan yang tak habis-habisnya terhadap penggenapan janjiNya.
Kita perlua bergaul dengan Allah, yaitu dengan memperhatikan apa disukai atau tidak disukai Allah. Dalam Mazmur 25: 14 dikatakan Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjianNya diberitahukanNya kepada mereka. Tuhan membenci kejahatan, dan arti takut akan Tuhan adalah membenci kejahatan - "Takut akan TUHAN adalah membenci kejahatan;" (Amsal Salomo 8: 13). Disamping itu, bergaul dengan Allah berarti berbagi suka dan duka kita dengan Allah. Bacalah kitab Mazmur, maka sdr mendapati bagaimana pemazmur berbicara tentang segala hal kepada Allah, misalnya tentang keindahan alam semesta yang dilihatnya (Mazmur 19), kepuasan hidupnya (Mazmur 23), sukacitanya (Mazmur 149) dan juga dosanya (Mazmur 51), dsb. 
Bila kita melakukannya maka itu artinya kita menyertakan Allah dalam kehidupan kita..

Friday, October 18, 2013

TUHAN, apa yang KAU pikirkan?

Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya! (Mazmur 139:17)

Cucu saya yang mulai belajar menggambar dan menulis menunjukkan gambar yang dibuatnya pada saya. Saya cuma melihat corat-coret yang simpang siur, tetapi pasti ada yang dipikirkannya waktu dia mencoret-coret, jadi saya bertanya: “Nathan itu gambar apa?” Dia menjawab: “Mobil.” Bila pikiran anak kecil yang sederhana saja tidak bisa saya mengerti, apakah mungkin saya memahami pikiran Tuhan? Lihatlah ciptaan Tuhan yang ada disekitar kita, dan “Apakah yang Tuhan pikirkan waktu menciptakannya? Rumah saya rusak, karena kayu-kayu keropos dimakan rayap. Rayap itu sangaat mengganggu dan merugikan saya. Apa yang Tuhan pikirkan waktu DIA menciptakan rayap? Apa yang Tuhan pikirkan waktu DIA menciptakan kecoa, lalat, nyamuk, tikus - mahluk yang menjijikkan, mengganggu manusia dan menyebarkan penyakit itu? Pertanyaan ini bisa dilanjutkan tak habis-habisnya, karena ciptaanNYA yang tak terhitung jenisnya dan karena perbuatanNYA yang tak terbatas. Apa yang Tuhan pikirkan waktu DIA menenun saya dan saudara dalam kandungan ibu kita masing-masing (“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku” – Mazmur 139: 13). Apa yang Tuhan pikirkan waktu DIA menempatkan kita di desa, kota atau Negara kita sekarang? Apa yang Tuhan pikirkan waktu kita menghadapi masalah hidup atau waktu kita hidup senang? Pemazmur berkata: “Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-MU semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya” (Mazmur 139: 16). Berarti semua yang terjadi atas kita sekarang ini sudah dilihatNya dan sudah diketahuiNya dari sejak semua. Jabi, mengapa Dia membiarkan semua yang baik dan buruk ini terjadi? Dalam Mazmur 139: 17, Daud berkata: “Aku tidak bisa memahami pikiranMu, ya Allah.” 
Karena mustahil kita bisa memahami pikiran Allah, maka yang penting sekarang adalah bukan berusaha memahami pikiran Allah, tetapi “bagaimana kita menyikapi Allah dengan segala pemikiranNya.” Kita pernah menyanyikan: “JalanMu tak terselami, oleh setiap hati kami. Tapi satu hal ku percaya, Ada rencana yang indah, …… dst” Seperti Daud, marilah kita dengan iman menyikapi Allah dan berkata: “Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku” (Mazmur 139: 23- 24). Artinya: Daud memutuskan untuk selalu berada dipihak Tuhan. Karena orang fasik membenci Tuhan, maka Daud pun membenci orang fasik. Selanjutnya Daud berkata: “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mazmur 139: 23 – 24). Berarti, menyikapi Tuhan Yang Maha Tahu, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Ada, Yang Maha Kudus, Yang Maha Kasih dst ….., Daud memutuskan untuk bersikap terbuka kepada Tuhan, dia tidak menyembunyikan apa pun terhadap Tuhan, bahkan memohon Tuhan memeriksa kehidupannya, menguji pikirannya agar jalannya tidak serong/ tidak menyimpang dari kebenaran dan mohon pimpinan Tuhan agar bisa hidup di jalan yang kekal.

Sunday, September 29, 2013

Berpegang pada kebenaran

"Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar. Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakkukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum. Juga janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya." (Keluaran 23: 1 - 3).
Kesulitan kita untuk bersikap benar adalah karena kita tidak selalu berada dalam lingkungan yang mendukung kita. Bila kita tidak memiliki prinsip hidiup yang kuat sebagai landasan kehidupan kita, kita akan cenderung ikut-ikutan dengan pendapat mayoritas yang tidak selalu benar.
Kejahatan sering nampak menguntungkan, sehingga tidak ada satu tempat pun di dunia ini yang bebas dari kejahatan. Sejak jaman Musa, telah ada orang-orang yang berusaha membelokkan kebenaran/ hukum untuk memperoleh keuntungan. Itulah sebabnya Dalam Keluaran 23: 2 tertulis: Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkarang janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum. Umat Tuhan bukan hanya dilarang melakukan kejahatan, tetapi juga dilarang menjadi saksi dusta untuk membantu orang yang bersalah - "Janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar" (Keluaran 23: 1). Kita pun dilarang menyebarkan kabar bohong (gosip) - "Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong" (Keluaran 23: 1). Allah menghendaki umatNya tidak memihak siapa pun yang bersalah, termasuk tidak boleh memihak orang miskin yang bersalah - "Janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya" Keluaran 23: 3. Tentu saja hal ini tidak berarti bahwa Allah membenarkan orang yang memihak orang kaya - "Orang yang menindas orang lemah untuk menguntungkan diri atau memberi hadiah kepada orang kaya, hanya merugikan diri saja" (Amsal 22: 16). Seharusnya kita membela orang benr, bukan orang miskin atau orang kaya.
Agar kita bisa hidup dalam kebenaran dan tidak ikut-ikutan terhadap pendapat massa yang keliru, kita perlu memperhatikan beberapa petunjuk berikkut ini. Pertana: Kita perlu membaca dan mempelajari firman Tuhan dengan tekun agar kita bisa memahami kehendak Tuhan dalam setiap pengambilan keputusan. Kedua: Kita perlu bergaul dalam lingkungan yang baik, karena "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik" (1 Korintus 15: 33). Ketiga: Kita perlu bersikap kritis terhadap pendapat umum, termasuk kita harus bersikap kritis saat menonton TV atau membaca surat kabar. Bila kita malas untuk berpikir atau kita tidak memiliki prinsip hidup yang benar, kita akan hanyut mengikuti arus.

Friday, September 27, 2013

Permuliakanlah TUHAN, Allahmu !

"Permuliakanlah TUHAN, Allahmu, sebelum IA membuat hari menjadi gelap, sebelum kakimu tersandung di atas bukit-bukit yang diliputi senja, sementara kamu menantikan terang, tetapi IA menjadikan hari kelam pekat dan mengubahnya menjadi gelap gulita." (Yeremia 13: 6)

Kehendak TUHAN adalah agar kita mempermuliakan DIA selama masih ada kesempatan atau waktu. Kapankah waktu yang kita miliki? Kita hidup di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Masa lalu sudah lewat atau lepas dari tangan kita, kita tidak bisa kembali ke masa lalu meski pun keadaan kita sekarang adalah akibat masa lalu kita. Masa yang akan datang belum menjadi milik kita dan belum tentu bisa kita miliki. Yang kita miliki hanya "sekarang". Jadi, yang pasti adalah "sekarang" kita bisa mempermuliakan TUHAN atau tidak mempermuliakan TUHAN. 
Orang yang sekarang tidak mempermuliakan TUHAN, kemungkinan besar di masa yang akan datang pun tidak akan pernah bisa mempermuliakan TUHAN, apa lagi bila masa y.a.d. mengalami malapetaka yang dilukiskan oleh nabi Yeremia sebagai: Hari yang menjadi gelap, kaki tersandung dan harapan yang tidak terpenuhi. 
Pada saat kita mempermuliakan TUHAN, kita mengakui DIA-lah yang berkuasa dan mengendalikan segala sesuatunya dalam hidup kita dan mengakui semua yang ada pada kita atau yang kita capai berasal dari DIA.
Dengan apakah kita mempermuliakan DIA? 
Pertama: Dalam Amsal 3: 9 dituliskan sebagai berikut: "Muliakanlah TUHAN dengan  hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu." Secara singkat artinya adalah: Kita memuliakan TUHAN melalui persembahan kita.
Kedua: Dalam Ibrani 13: 15 dituliskan tentang: "Ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya." Misalnya waktu kita bermazmur, menyanyikan pujian, menyembah DIA dan mengucapkan hal-hal yang berguna atau memberkati orang lain.
Sebagai catatan yang perlu diperhatikan adalah: Bila kita tidak hati-hati kita bisa menghina Tuhan. Dalam Amsal 17: 5 dituliskan: "Siapa mengolok-olok orang miskin menghina Penciptanya ....." Mengolok-olok berarti kita mengucapkan perkataan yang menghina atau merendahkan, atau menyepelekan. Kita harus mengetahui bahwa disamping berkat Tuhan menjadikan kaya, bisa juga kemiskinan berasal dari Tuhan. Dalam 1 Samuel 2: 7 tertulis:  "TUHAN membuat miskin dan membuat kaya." Kaya atau miskin, Tuhan-lah yang membuatnya. Jadi, mari kita benar-benar menjaga sikap dan perkataan kita terutama terhadap orang yang miskin, agar kita memuliakan Tuhan, terlebih baik kalau kita bermurah hati atau berbelas kasihan kepada orang miskin - "Menolong orang miskin sama saja dengan memberi pinjaman kepada TUHAN - dan IA akan memberi bunga yang tinggi untuk pinjaman kita itu" (Amsal Salomo 19: 17 - Firman Allah Yang HIdup - Alkitab dalam bahasa sehari-hari). *JP

Tuesday, September 24, 2013

Orang Yang Sangat Beruntung

Raja Manasye adalah raja Yehuda yang masa pemerintahannya paling lama (55 tahun) dan dia sendiri adalah salah seorang raja Yehuda yang umurnya paling panjang (67 tahun adalah usia yang panjang untuk jaman dahulu - rata-rata raja Yehuda meninggal diusia 50 tahunan). Berdasarkan kedua kenyataan tsb. bisa dikatakan bahwa Manasye diberkati Tuhan. Mengapa Tuhan memberkati Manasye? Mari kita pelajari kehidupannya untuk menjadi peringatan sekali gus contoh.
I. Awal yang buruk. Raja Manasye adalah seorang raja yang paling jahat di mata Tuhan. Dalam Alkitab dituliskan demikian: "Manasye raja Yehuda, telah melakukan kekejian-kekejian ini, berbuat jahat lebih daripada segala yang telah dilakukan oleh orang Amori yang mendahului dia ...... Lagi pula Manasye mencurahkan darah orang yang tidak bersalah demikian banyak, hingga dipenuhinya Yerusalem dari ujung ke ujung, belum termasuk dosa-dosanha hang mengakibatkan orang Yehuda berdosa ..... (2 Raja-raja 21: 11 dan 16). Jadi, Manasye adalah penyembah berhala, dia membunuhi lawan-lawan politiknya y.i. orang-orang yang tidak setuju dengan kejahatannya - menurut cerita orang Yahudi, salah seorang korbannya adalah nabi Yesaya yang mati digergaji oleh Manasye, dia menyesatkan rakyatnya menjadi penyembah berhala dan dia mengabaikan semua firman Tuhan yang disampaikan kepadanya, sebagimana yang tertulis dalam 2 Tawarikh 33: 10 - "Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Manasye dan rakyatnya, tetapi mereka tidak menghiraukannya."
II. Kehancuran Total. "Oleh sebab itu TUHAN mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel" (2 Tawarikh 33: 11). Karena kejahatan Manasye yang begitu besar dan dia tidak menghiraukan peringatan Tuhan kepadanya, akhirnya Tuhan menjatuhkan hukuman yang sangat berat. Negaranya dikalahkan oleh Asyur dan dia sendiri diseret ke Babel dengan cara yang sangat menyakitkan dan merendahkan (dengan kaitan dan belenggu yang berat).
III. Keputusan yang tepat. "Dalam keadaan sangat terdesak ini, ia berusaha melunakkan hati TUHAN, Allahnya; ia sangat merendahkan diri di hadapan Allah nenekmoyangnya, dan berdoa kepadaNya ........ dan Manasye mengakui bahwa TUHAN itu Allah (2 Tawarikh 33: 12 dan 13). Kehancurannya itu menyebabkan Manasye sadar akan dirinya dan semua perbuatannya yang jahat dan menyakitkan hati Tuhan. Dia mengambil keputusan yang tepat, yaitu (1) Berusaha melunakkan hati TUHAN dan (2) Sangat merendahkan diri di hadapan Allah nenek moyangnya (YHWH) dan (3) Berdoa kepada TUHAN dan (4) Mengakui bahwa TUHAN (YHWH) itu Allah (Elohim). Manasye benar-benar bertobat.
IV. PEMULIHAN TOTAL. Dalam 2 Tawarikh 33: 12 - 17 dituliskan bahwa : Tuhan menerima kembali Manasye yang telah bertobat itu. Tuhan dengan penuh kemurahan menyatakan kuasaNya - DIA memulihkan Manasye, DIA menyebabkan raja Asyur membebaskan Manasye dan mengembalikan kedudukannya sebagai raja di Yerusalem. Kemudian Tuhan membuka jalan bagi Manasye untuk membangun kembali semua yang sudah runtuh. Manasye pun membuktikan pertobatannya dengan sepanjang umurnya sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan.
Apakah sdr ingin dipulihkan. Prinsipnya tetap, yaitu: Mencari Tuhan, pertobatan dan merendahkan diri dihadapan Tuhan (rendah hati).

Sunday, September 15, 2013

Menjadi tua itu pasti; Menjadi dewasa adalah keputusan

"Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, KEDEWASAAN PENUH, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala." (Efesus 4: 13- 15).

Dengan berlalunya waktu, semua ciptaan yang ada di alam semesta ini akan menjadi tua. Menjadi tua berarti menjadi makin lemah dan berakhir dengan kematian.
Menjadi dewasa adalah hal yang berbeda. Bertumbuh menjadi dewasa berarti menjadi orang yang kuat, berpengertian, berpengetahuan dan bertanggung jawab.
Banyak yang menjadi tua tanpa pernah menjadi dewasa, karena menjadi dewasa memang diperlukan keputusan dan tekad yang kuat.
Orang Kristen yang dewasa adalah orang Kristen yang imannya makin kuat dan terus menjadi makin kuat sampai pada akhirnya bertemu dengan Tuhan Yesus sendiri dalam kemuliaan yang sama dengan DIA.
Menjadi tua bukanlah rencana Allah. Dosa yang menyebabkan semua mahluk menjadi tua dan berakhir dengan kematian.
Rencana Allah bagi semua anakNya di dalam Tuhan Yesus adalah: Pertumbuhan menuju kedewasaan rohani, di mana Tuhan Yesus sendirilah yang menjadi tujuan dan model dari kedewasaan rohani itu: - "Bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah Kepala" (Efesus 4: 15). Orang yang bertumbuh ini adalah orang yang (1) Memiliki man dan pengetahuan yang benar tentang Kristus - "Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah" (Efesus 4: 13). (2) Tidak diombang-ambingkan oleh berbagai pengajaran palsu. Ciri pengajaran palsu adalah pengajaran yang dalam tempo singkat menjadi tren, namun setelah beberapa waktu dilupakan orang (Efesus 4: 14). dan (3) Teguh berpegang kepada kebenaran dan kasih (Efesus 4: 15). Jadi, bertumbuh menjadi dewasa berarti terus menerus berubah dimana kita makin memiliki karakter Kristus.

Tuesday, September 10, 2013

Iman menyebabkan terjadi mujizat untuk mewujudkan kehendak Tuhan

"Karena iman maka Abraham tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanuya telah dikatakan: "Keturunan yang bersal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." Karena ia (Abraham) berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali." Ibrani 11 : 17 – 19

Kita tidak menyukai pencobaan, tetapi pencobaan adalah unsur vital untuk membuktikan kemurnian iman seseorang. Abraham, bapa orang beriman pun dicobai. Tuhan memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan Ishak, anak yang dijanjikan Tuhan untuk membuat keturunan Abraham menjadi bangsa yang besar. Masalahnya adalah mempersembahkan Ishak, berarti menjadikan Ishak korban bakaran di atas mezbah, untuk itu Ishak harus mati lebih dulu padahal Ishak saat itu masih anak-anak, belum punya keturunan. Dengan mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran, berarti keturunan Abraham terputus dan janji Tuhan tentang bangsa yang besar tidak akan terwujud. Perintah Tuhan ini benar-benar satu pencobaan, karena sepertinya perintah Tuhan untuk mempersembahkan Ishak bertentangan dengan janji Tuhan bahwa dari Ishaklah Abraham mendapat keturunan yang menjadi bangsa umat pilihan Tuhan. Dalam situasi seperti itu umumnya orang akan menarik kesimpulan Tuhan tidak mungkin memberikan perintah yang bertentangan, karena itu pastilah salah satu perintah itu bukan dari Tuhan. Kalau saya orang itu, pastilah saya bilang yang salah adalah perintah untuk mempersembahkan Ishak; itu bukan perintah Tuhan sebab bertentangan dengan janjiNya.
Iman menyebabkan orang bergaul dengan Tuhan, Abraham saat itu paling sedikit sudah 35 tahun bersahabat dengan Tuhan, maka dia mengenal karakter Tuhan dengan sungguh-sungguh. Dia benar-benar mempercayai bahwa Tuhan pasti menggenapi janjiNya melalui Ishak. Karena itu dia berpikir, kalau pun Ishak harus mati sebagai korban bakaran, maka Tuhan pasti membangkitkannya dari kematian (Ibrani 11: 19). Imannya membuat dia berani melihat adanya mujizat, d.h.i. kebangkitan Ishak, berarti Ishak tetap hidup untuk menggenapi janji Tuhan padanya.


Iman menyebabkan terjadi mujizat untuk mewujudkan kehendak Tuhan.

Iman memampukan kita melakukan yang mustahil

"Karena iman maka ia (Abraham) juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena Abraham menganggap DIA yang memberikan  janji itu setia. Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya" (Ibrani 11: 11 – 12)

Satu segi yang sangat menarik pada Abraham dan Sara adalah iman memberikan mereka kekuatan untuk melakukan yang mustahil. Seperti yang telah kita dengar dan ketahui, Tuhan berjanji memberikan keturunan yang sangat banyak sehingga menjadi satu bangsa yang besar kepada Abraham. Janji itu diberikan pada waktu Abraham berumur 75 tahun dan Sara berumur 65 tahun. Siapa diantara kita pasangan suami isteri yang umurnya sudah lebih dari 60 tahun mau mengimani janji Tuhan bila Dia berjanji “Aku akan memberikan anak kepadamu”. Meski pun umur orang dulu memang ada yang lebih panjang dari umur orang sekarang, Alkitab mengatakan bahwa Abraham dan Sara sebenarnya sudah mati pucuk (istilah modernnya adalah “menopause”), artinya sudah tidak punya benih untuk melahirkan keturunan. Disamping itu, orang yang sudah menopause (terutama perempuan), struktur tubuhnya sudah begitu berubah sehingga dia tidak akan mungkin mempunyai kekuatan untuk hamil dan melahirkan anak. Ilmu kedokteran membuktikan bahwa usia terbaik bagi perempuan untuk melahirkan anak adalah dibawah 35 tahun, diatas usia itu banyak masalah bagi ibu dan anak. Begitu pula dengan laki-laki, benih dari laki-laki tua sudah lemah dan kemungkinan menghasilkan keturunan yang lemah atau cacat jauh lebih besar.

Iman Abraham dan Sara menyebabkan mereka beroleh kekuatan untuk melakukan hal yang mustahil, yaitu hamil dan melahirkan keturunan y.i. Ishak dan sekarang ini menjadi orang Israel) yang terbukti sepanjang sejarah tetap ada sebagai satu bangsa walaupun ribuan tahun tersebar diseluruh dunia.


Iman menyebabkan orang mampu melakukan perkara yang besar/ mustahil. Janji Tuhan selalu sesuatu yang besar atau bahkan mustahil dilakukan atau diwujudkan bila tanpa iman.

Friday, September 6, 2013

Iman Menyebabkan Ketaatan

"Karena iman, maka Nuh - dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan - dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya" (Ibrani 11: 7) - baca juga Kejadian 6: 9 – 22

Orang yang bertekun dalam iman membuktikan imannya dalam bentuk “taat” pada perintah Tuhan. Penulis surat Ibrani menuliskan Nuh sebagai contoh bagaimana iman menyebabkan ketaatan. 
Nuh adalah orang yang ketaatannya pada Tuhan tidak bisa dipertanyakan lagi. Kejadian 6 menuliskan bumi dipenuhi oleh orang-orang yang menjalankan kehidupan yang sangat jahat penuh dengan kekerasan. Pernyataan “Penuh dengan kekerasan” berarti orang saling melakukan kekerasan terhadap sesamanya, mungkin sekali seperti yang dilakukan oleh Lamekh, keturunan ke tujuh dari Kain yang hidup sejaman dengan Nuh, keturunan ke delapan dari Set (Kejadian 4: 23-24). Kebanyakan orang biasanya langsung atau tidak langsung menganut pendapat: “semua orang melakukannya, apa salahnya bila saya sedikit-sedikit saja menyesuaikan diri dengan mereka.” Tetapi, Nuh yang taat berkata dan hidup dengan patokan: Meskipun seluruh dunia melakukan yang jahat, tetapi aku hanya hidup dan berbuat sesuai dengan perintah Tuhan. Meskipun perintah Tuhan tidak masuk akal/ logika semua orang, Nuh tetap melakukan perintah Tuhan dengan setia. Buktinya: Nuh selama 120 tahun (lebih lama dari umur hidup manusia sekarang) dengan taat membangun bahtera di tengah daratan.
Kita semua orang beriman, apakah ada bukti ketaatan kita kepada Tuhan dengan melakukan perintah-perintahNya yang tidak masuk akal manusia kita? Misalnya: Mengasihi dan memberkati musuh kita; membuang kepahitan hati terhadap orang yang menyakiti kita; membayar persepuluhan dengan benar (Khusus untuk yang disebut terakhir ini saya acapkali mendapati orang lebih mentaati iblis yang berkata: “Enak sekali pendetamu menerima perpuluhanmu yang begitu besar, padahal apa kerjanya pendetamu!” Lalu banyak orang tidak membayarkan atau membayarkan persepuluhan menurut kemauannya sendiri).

Ingat: Iman menyebabkan orang tanpa ragu-ragu taat pada perintah Tuhan.

Iman Menentukan Keakraban Seseorang Dengan Tuhan

"Karena iman Henokh terangkat supaya ia tidak mengalami kematian dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian bahwa ia berkenan kepada Allah" Ibrani 11: 6; 
"Setelah Henokh hidup enam puluh lima tahun, ia memperanakkan Metusalah. Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, ........ Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah," Kejadian 5: 21- 24


Pernahkah saudara menyadari, bahwa tingkat kepercayaanmu terhadap seseorang yang menentukan seberapa akrab saudara bisa bergaul dengan orang tersebut? Secara umum orang berpendapat bahwa pernikahan haruslah didasarkan oleh “cinta”. Tetapi cinta saja tidak cukup untuk membangun pernikahan yang baik. Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang mengambil keputusan untuk menjadi suami isteri, seharusnya keduanya saling mempercayai. Dan hasilnya adalah keduanya bergaul akrab dan bahagia selama mereka bisa memelihara tingkat kepercayaan yang mereka miliki di hari pernikahan mereka. Sayangnya ada banyak orang mengambil keputusan pernikahan karena berbagai alasan yang lain, misalnya kekayaan, pangkat, ras y.i. perkawinan yang dibangun atas dasar apa keuntungan yang saya dapatkan melalui perkawinan ini. Perkawinan seperti ini menyebabkan pasangan suami isteri tsb tidak bisa bergaul akrab, selalu penuh perhitungan satu sama lain dan berakhir dengan ketidak bahagiaan. 
Tahukah sdr, bahwa hubungan Tuhan dengan umatNya selalu digambarkan sebagai hubungan perkawinan?  Perhatikan tokoh yang menjadi contoh hari ini. Henokh bergaul akrab dengan Tuhan dan pada akhirnya Tuhan mengambil keputusan untuk hidup serumah dengan Henokh, karena iman (kepercayaan) Henokh kepadanya. Jadi, Iman menyebabkan orang bergaul akrab dengan Tuhan.

Iman menyebabkan orang memberi yang terbaik kepada Tuhan

Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati (Ibrani 11 : 4) dan Kejadian 4


Kain dan Habel saudara kandung. Mereka dibesarkan dalam satu keluarga yang beriman. Kain dan Habel pun menjadi orang yang beriman (dalam pandangan manusia). Tetapi, ternyata ada perbedaan yang sangat besar antara keduanya, karena iman keduanya berbeda. Iman Kain adalah iman yang hanya dimulut, bukan dihati, karena itu dia mengabaikan perintah Tuhan dalam hal persembahan. Menurut logika Kain, apa saja bisa diberikan kepada Tuhan, tidak ada bedanya. Habel mempunyai iman yang sejati, imannya dinyatakan dimulut, imannya bersumber dari hatinya dan imannya dinyatakan dengan perbuatan yang sesuai. Iman itulah yang menyebabkan Habel dari dasar hatinya bukan dari logikanya, tanpa ragu-ragu memberikan yang sulung yaitu yang terbaik dari ternaknya sebagai korban kepada Tuhan (kejadian 4: 4), sebab dia tahu itulah yang dikehendaki atau diinginkan Tuhan. Memberikan yang sulung dari ternak adalah tindakan iman dan pengorbanan, karena siapa yang bisa memastikan bahwa induk ternak yang anak sulungnya dipersembahkan itu sudah pasti akan melahirkan anak-anak yang lain? Bagaimana kalau induk itu kemudian mati, atau mandul setelah melahirkan anak yang sulung? Keadaannya sangat berbeda dengan hasil pertanian, bisa dikatakan mustahil untuk menentukan yang sulung dari panen apa-pun. Misalnya: Di sebidang sawah adalah padi yang siap dituai, manakah yang sulung? Apakah yang pertama dituai itu yang sulung? Atau yang dituai di hari pertama itu yang sulung? Dan disamping itu hasil pertanian bisa dikatakan lebih pasti bahwa setelah diambil yang sulung (katakan saja panen di hari pertama) ada yang bisa diambil - bahkan lebih banyak dari yang dipersembahkan - oleh si pemilik. 
Iman yang sejati, menyebabkan Habel memberikan yang terbaik kepada Tuhan, itu sebabnya Tuhan berkenan kepadanya. Secara singkat dapat dikatakan sbb: “Iman menyebabkan seseorang dari dasar hatinya memberikan yang terbaik kepada Tuhan, yaitu yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebaliknya orang tak beriman akan memberikan persembahan sembarangan kepada Tuhan.”

Bertekun dalam iman

Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upay yang menantikannya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. Tetapi orang-KU yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka AKU tidak berkenan kepadanya." Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup (Ibrani 10: 35, 36, 38, 39)


Pernah seorang bertanya pada saya: “Oom, kalau saya berbuat dosa, lalu mati, apakah saya masuk sorga?” Lalu ada seorang lain lagi yang bercerita sbb: “Dok, saudara saya hidup seenaknya sendiri, dia melakukan 5 M (main, minum, mabok, madat dan madon). Baru-baru ini dalam sebuah KKR dia mengambil keputusan untuk percaya pada Tuhan Yesus. Sekarang ini dia rajin beribadah, tetapi anehnya dia tetap saja melakukan 5 M. Saudara saya itu berkata: Saya diselamatkan oleh iman bukan oleh perbuatan, disamping itu pendeta berkata sekali selamat akan tetap selamat. Bagaimana pendapat dokter?” 
Saya bukan ahli theology, tetapi seorang praktisi. Saya tidak tahu dan tidak mengerti apa yang diperdebatkan oleh sarjana-sarjana theology, tentang keselamatan menurut ajaran Armenian atau Calvinis. Tetapi, saya tahu yang dikatakan oleh firman Tuhan y.i.: Selama seseorang tekun berpegang pada imannya, maka Allah berkenan padanya dan itu artinya orang itu selamat. Bukti orang bertekun dalam imannya adalah hidupnya melakukan kehendak Allah. Dan kehendak Allah adalah: Pengudusan kita, bacalah ayat-ayat berikut ini: - "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan (berhenti madon); Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak menusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan RohNya yang kudus kepada kamu," (1 Tesalonika 4 ayat 3, 7 dan 8) Jadi seorang yang hidup dalam dosa adalah orang yang tidak tekun berpegang pada imannya atau meninggalkan imannya, maka Allah tidak berkenan kepadanya dan itu berarti masuk pehukuman Tuhan sendiri yaitu neraka. Dengan kata lain, yang masuk sorga hanyalah orang yang tekun berpegang pada imannya dalam Tuhan Yesus yaitu orang yang percaya Tuhan Yesus menyucikan segala dosanya bila dia bertobat dan percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Allah Yang Tunggal. Pertobatan dan imannya itu dibuktikan dengan hidup dalam kekudusan.

Wednesday, September 4, 2013

Memang Lidah Tidak Bertulang

Yerusalem sedang dikepung rapat oleh tentara Babel, kekalahan sudah di depan mata. Dalam keadaan  terdesak tanpa harapan itu, Raja Zedekia mengajak seluruh penduduk Yerusalem membuat perjanjian untuk melaksanakan firman Tuhan, khususnya dalam melaksanakan perintah Tuhan tentang budak Ibrani, y.i. Bila ada orang Israel menjadi budak dari sesama orang Israel, maka pada tahun ke 7, budak itu harus dimerdekakan (Raja Zedekia mengikat perjanjian dengan segenap rakyat .... supaya setiap orang melepaskan budaknya bangsa Ibrani .... sehingga tidak ada seorangpun lagi yang memperbudak seorang Yehuda saudaranya .... Orang-orang itu menyetujui, lalu melepaskan mereka - Yeremia 34: 8 - 10). Keputusan mereka itu berkenan di hadirat Tuhan, sehingga Tuhan menggerakkan hati raja Nebukadnezar untuk menarik mundur tentaranya dari Yerusalem. Zedekia dan seluruh bangsanya menarik nafas lega. Sayangnya, mereka dalam kelegaan itu bukannya bersyukur kepada Tuhan dan selanjutnya hidup dalam kebenaran, tetapi mereka justru menyesali keputusan perjanjian mereka untuk membebaskan budak-budak mereka. Karena itu setiap orang menangkap kembali budak-budak yang telah mereka merdekakan (Tetapi sesudah itu mereka berbalik pikiran, lalu mengambil kembali budak lelaki dan perempuan yang telah mereka lepaskan sebagai orang merdeka itu dan menundukkan mereka menjadi budak laki-laki dan perempuan lagi - Yeremia 34: 11). Akibat tindakan mereka itu, Tuhan mencanangkan hukuman yang berat, tentera Babel kembali ke Yerusalem (Sesungguhnya demikianlah firman TUHAN, Aku memberi perintah dan membawa mereka (tentara Babel) kembali ke kota ini untuk memeranginya, merebutnya dan menghanguskannya dengan api. Aku akan membuat kota-kota Yehuda menjadi ketandusan tanpa penduduk - Yeremia 34: 22), mengepung dan sampai akhirnya meruntuhkan Yerusalem dan membawa raja Zedekia, keluarganya, semua pembesarnya dan penduduk Yerusalem sebagai tawanan ke Babel.

Dalam keadaan terdesak, banyak orang yang membuat nazar atau perjanjian dengan Tuhan untuk mengorbankan sesuatu, atau untuk hidup benar dll asal / agar Tuhan mau menolongnya. Tetapi jangan seperti orang Israel, bila Tuhan menolong, tetap laksanakan nazar atau perjanjianmu itu dengan konsisten, maka pertolongan Tuhan dalam kehidupanmu akan berkesinambungan. *JP

Aku Wedi Karo Bojomu !

Secara kebetulan saya menemukan satu lagu yang agaknya cukup populer di antara penggemar dangdut di Ngawi – Jawatimur. Sebagian syairnya kurang lebih sbb: Salahkah bila aku mencintaimu, sebab kamu pun mencintaiku. Tapi aku wedi karo bojomu. Pinginku sms-san, aku wedi karo bojomu. Pinginku telfon-telfonan, aku wedi karo bojomu. Pinginku ketemuan, aku wedi karo bojomu, Pinginku bilang sayang, aku wedi karo bojomu. Syair lagu yang gila, tetapi perlu dipahami sebagai gejala perubahan nilai-nilai moral dan norma masyarakat kearah yang negatif. Memang sejak jaman purba ada perselingkuhan, tetapi ada perbedaan yang besar dengan yang terjadi sekarang. Dulu orang berusaha untuk menghindari perselingkuhan dan ada rasa malu untuk berselingkuh. Akibatnya meskipun orang dulu dan sekarang sama banyaknya yang hatinya tertarik untuk berselingkuh, banyak orang  jaman dulu yang tidak melaksanakan keinginannya untuk berselingkuh. Jaman sekarang, orang menganggap berselingkuh itu wajar, mengkhianati pasangan hidup itu bukan masalah besar, bahkan ada cukup banyak orang yang justru sengaja mencari kesempatan  untuk berselingkuh. Dulu orang Kristen memperhatikan firman/ perintah Tuhan  untuk setia sampai mati terhadap seorang pasangan hidup dan hidup dalam kebenaran. Sayang sekali, sekarang banyak orang Kristen yang ikut hanyut dalam norma moral kontemporer membiarkan terjadinya ketidak setiaan dalam keluarga. Tapi yang benar adalah: Tuhan Yesus tidak berubah – janjiNya, kuasaNya, perintahNya, norma kebenaran dan kekudusanNya, dulu sekarang dan selamanya, termasuk juga firmanNya/ perintahNya sebagai berikut ini : "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu. Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus," 1 Tesalonika 4 : 4 - 7. (*JP)

Friday, August 30, 2013

Tetap Memiliki Harapan Meskipun Situasi Tanpa Harapan

"Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorang pun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku - kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka -, tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakah dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa. Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam KerajaanNya di sorga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin." (2 Timotius 4 :16 – 18)
Kaisar Nero membakar kota Roma. Untuk menyembunyikan perbuatannya dia menuduh orang Kristen yang membakar kota Roma. Lalu dia menganiaya orang Kristen. Orang-orang Kristen dibunuh dengan cara dibakar, disalib, dijadikan mangsa binatang buas, dijadikan tontonan penduduk Roma. Disaat seperti itu Paulus dihadapkan pada sidang pengadilan. Ternyata dengan berbagai alasan semua teman-temannya meninggalkan dia, dia kesepian dan tidak ada seorangpun mau membelanya. Padahal orang-orang seperti Aleksander telah banyak berbuat kejahatan terhadapnya a.l. dengan memberi kesaksian yang memberatkan Paulus (ay 14). Situasinya sungguh mengecewakan. Namun Paulus tidak kehilangan harapan, mengapa? Karena harapannya disandarkan pada Tuhan. Saat kehilangan atau ditinggalkan teman-teman, ia yakin tetap didampingi dan dikuat-kan Tuhan. Itulah sebabnya Paulus tetap memperhatikan kesejahteraan iman jemaat Kristus, karena itu dia mengirimkan seorang temannya yang masih menyertainya - Tikhikus ke Efesus (Tikhikus telah kukirim ke Efesus - 2 Timotius 4: 12). Harapan Paulus terbentang jauh ke depan, bukan hanya sebatas menang dalam persidangan. Paulus yakin ia akan diselamatkan Tuhan sampai masuk surga ("Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di sorga" - 2 Timotius 4: 18).
Pelajaran bagi kita adalah: Teman sangat penting terutama dalam kesusahan. Tetapi yang terpenting adalah Siapa yang menjadi teman kita dan kepada Siapa kita meletakkan pengharapan kita. Jika berharap pada manusia, kita pasti kecewa. Taruhlah harapan kita kepada Tuhan yang tidak berubah dalam segala keadaan. Kita bisa saja kehilangan teman, harta  atau  jabatan.   Namun   jangan   sampai  kehilangan Tuhan dan kehilangan harapan di dalam Tuhan. *JP


Berkat Tuhanlah Yang Menjadikan Kaya

Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya; Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh; ....... (Amsal Salomo 10 : 22 dan 11: 28)
Seringkali kali dalam Alkitab dituliskan bahwa "Tuhan menjadikan kaya." Artinya: Orang yang diberkati Tuhan tidak akan miskin. Kekayaan Tuhan memiliki arti yang sangat luas. Bila kekayaan hanya dikaitkan dengan harta, maka arti kekayaan itu sangat sempit. Sehubungan dengan harta benda, perlu saudara ingat, bahwa dunia pun bisa memberikan harta, iblis pun bisa memberikan harta, itu sebabnya orang yang nyupang berkelimpahan harta. Karena bagi kebanyakan orang kekayaan hanya dikaitkan dengan harta, maka kebanyakan orang memiliki sikap yang salah terhadap kekayaan, yaitu berharap pada hartanya. Tuhan berfirman orang yang mempercayakan diri pada kekayaannya (hartanya) akan jatuh.
Yang benar adalah: Tuhan memberkati orang benar dengan kekayaan. Di dalam berkat Tuhan itu terkandung pemberian harta, sehingga kita bisa memenuhi seluruh kebutuhan jasmani kita sesuai dengan kekayaan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus sebagaimana dijanjikan dalam ayat ini: "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus" (Filipi 4: 19). Tetapi yang lebih penting adalah Tuhan memberkati orang benar dengan kekayaan yang tidak bisa diberikan dunia, yaitu damai sejahtera dan sukacita : "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu" (Yohanes 14: 27), doa yang dijawab: "Apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak." (Yohanes 14: 13) dan kuasa: "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi," (Kisah Rasul 1: 8).

Jadi berkat Tuhan menjadikan kita kaya dalam segala hal y.i. meliputi harta, damai sejahtera, sukacita, doa yang dijawab dan kuasa. Dengan semua kekayaan itulah orang bisa dan harus menjalani hidup yang memuliakan Tuhan. *JP

Selalu Ada Harapan, karena Kasih KaruniaNya Tak Terbatas

Firman yang datang dari Tuhan kepada Yeremia, bunyinya: "Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataanKu kepadamu." Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. Apabila bejana yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana baru menurut apa yang baik pada pemandangannya. Kemudian datanglah firman Tuhan kepadaku, bunyinya: "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada ku seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman Tuhan. Sungguh seperti tanah liat di tangan tukang periuk demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel. (Yeremia 18 : 1 - 6)
Dalam firman Tuhan bahwa orang Yehuda seperti tanah liat di tangan penjunan, tersirat makna Tuhan memberikan kasih karunia yang tak terbatas terhadap orang Yehuda. Pada kenyataannya waktu itu, orang Yehuda sudah benar-benar menjalani satu kehidupan yang sangat rusak. Begitu rusaknya sehingga nampaknya sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Tetapi Tuhan berkata: "Mereka adalah tanah liat di tangan penjunan." Di tangan penjunan, tidak ada tanah liat yang begitu gagal dibentuk atau yang begitu rusak sehingga tidak dapat dibentuk ulang. Tanah liat bisa saja sejuta kali
gagal dibentuk, tetapi tanah liat itu masih bisa diproses dan dibentuk ulang. Selama belum dibakar, rusak bagaimanapun parahnya kerusakan, bejana tanah liat masih bisa diperbaiki, karena itu tidak akan dibuang. Itu melukiskan panjang sabar dan tak terbatasnya kasih karunia Allah. Tidak ada hidup yang begitu rusak sehingga tidak bisa diperbaiki. Tidak ada hidup yang dianggap percuma saja dibentuk ulang, karena terus menerus rusak.

Dalam kasih karuniaNya Tuhan mau membentuk kembali orang yang rusak dan hancur seperti bejana tanah liat yang rusak, yang pecah atau yang salah bentuk, meskipun harus melalui proses yang berat dan menyakitkan. Selama belum dibakar dalam api, bejana hidup kita ini masih ada harapan untuk diperbaiki dan dibentuk ulang oleh Tuhan menjadi hidup yang indah dan berarti dihadapan hadiratNya. Tetapi pada waktu kematian datang dan api neraka dinyalakan, maka sudah terlambat untuk memperbaiki diri yang ada hanyalah kebinasaan kekal dan penderitaan kekal. *JP

Berhikmat berbeda dengan berpendidikan

Pemulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian (Amsal Salomo 9: 10)

Akhir-akhir ini Indonesia kembali digegerkan oleh korupsi. Memang sampai sekarang di Indonesia korupsi sepertinya tidak ada habisnya, tetapi kali ini berbeda sebab yang tertangkap tangan oleh KPK adalah seorang profesor. Sampai harinya ditangkap KPK, dia dikenal luas sebagai ornag cerdas, berpendidikan tinggi, jujur dan pekerja keras. Betul-betul mengejutkan dia jadi koruptor. Dalam Amsal 9: 17- 18, dituliskan: Air curian manis, dan roti yang dimakan dengan sembunyi-sembunyi lezat rasanya. Tetapi orang tidak tahu, bahwa di sana ada arwah-arwah dan bahwa orang yang diundangnya ada di dalam dunia orang mati. Memang seperti yang dikatakan oleh mantan presiden Korea Selatan Roh Tae Woo: "Rasanya senang sekali waktu saya menerima uang jutaan dollar (y.i. uang suap yang diterimanya), tetapi setelah itu hasilnya adalah mantan presiden itu (dan semua koruptor) meringkuk di penjara dan menanggung malu seumur hidupnya.
Koruptor adalah pejabat tinggi, orang-orang berpendidikan tinggi, orang-orang pandai, IQnya pasti tinggi, tetapi mengapa semua itu tidak bisa mencegah mereka menjadi koruptor - atau istilah kasarnya mencuri? Korupsi adalah perbuatan jahat. Amsal 8: 13 - "Takut akan Tuhan ialah membenci kejahatan." Jadi, koruptor melakukan kejahatan karena dia tidak takut akan Tuhan." Bila dirangkaikan dengan Amsal 9: 10 y.i. Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, maka kesimpulannya: Orang yang berbuat jahat adalah orang yang tidak takut akan Tuhan dan orang yang tidak takut akan Tuhan adalah orang yang tidak berhikmat. Tahukah saudara bahwa dalam Alkitab berulang-ulang dikatakan bahwa orang yang tidak berhikmat adalah orang bodoh?
Kesimpulannya: Berhikmat atau bodoh, tidak ditentukan oleh tingginya pendidikan atau hebatnya gelar, tetapi ditentukan oleh keputusan hati untuk memilih "Hidup takut akan Tuhan" atau "Hidup tidak takut akan Tuhan."
Pilihan saudara ?

Salah dua kali

Sebab dua kali umatKu berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air. (Yeremia 2: 13)

Air adalah kebutuhan terpenting untuk hidup. Bahan makanan sangat banyak dan bervariasi, sebut saja gandum, jelai, padi, jagung, singkong, ketela, kentang, sagu, beraneka ragam daging dan ikan, beraneka ragam sayur mayur dan buah-buahan. Orang mungkin hanya memiliki satu saja dari makanan tsb. dan bisa hidup. Tetapi air tidak dapat digantikan oleh apa pun, artinya untuk hidup tidak ada alternatif lain kecuali memiliki air. Tanpa makanan pun orang masih bisa hidup berminggu-minggu asal ada air.
Tuhan antara lain menggambarkan DiriNya sebagai Sumber Air Yang Hidup. Tanah yang memiliki sumber air adalah tanah yang subur dan hidup. Hati manusia sering digambarkan sebagai tanah. Oleh Tuhan maka hati kita menjadi hidup subur dan berbuah. Sayangnya orang Israel menukarkan Tuhan dengan yang bukan allah (Yeremia 2: 11). Akibatnya hidup mereka menjadi tandus, artinya: Tidak diberkati, penuh masalah, kekurangan, kalah dsb. Orang yang hidup di tanah kering, menggali kolam atau waduk untuk menampung air dari sumber yang lain -biasanya air hujan atau air sungai. Sayangnya, kolamnya pun bocor, sehingga air yang ditampung di dalamnya lenyap begitu saja. Seperti itulah kehidupan orang yang meninggalkan Tuhan. Orang itu berusaha menghilangkan kekeringan atau ketandusan hatinya atau mengatasi masalahnya dengan menggali kolam dalam hatinya untuk menampung pertolongan dari siapa saja selain dari Tuhan. Dan hasilnya sia-sia, sebab kolamnya bocor, berarti tidak ada penyelesaian dari masalahnya. Hidupnya tetap kering dan tandus. Tuhan berkata orang yang seperti itu kejahatanannya dobel, yaitu pertama meninggalkan Tuhan dan kedua mengandalkan dirinya sendiri dan orang lain y.i. suatu usaha yang sia-sia.
Jadi, dalam keadaan apa pun (senang atau susah, sukses atau bermasalah, sehat atau sakit), hiduplan bersama dengan Tuhan, Mata Air Yang Hidup itu.

Milik Kristus

Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah (1 Korintus 3: 23)

Saya sering berdiri di balkon mengamat-amati jemaat yang mulai berdatangan. Satu kali ada yang menarik perhatian saya. Seorang saura memarkir mobilnya, lalu dia keluar membawa lap dan dengan hati-hati mengelap kaca depan mobilnya. Saya pikir, mengapa dia tidak mengelap mobil saya yang diparkir tidak jauh dari situ? Jawabnya sederhana, dia memelihara miliknya sendiri. Setiap orang akan menjaga miliknya dan apa yang dimilikinya itu dipergunakan untuk memberi kepuasan kepada pemiliknya.
Keadaan yang sama juga berlaku dalam hubungan kita dengan Tuhan. Tuhan adalah pemilik kita, atau kita adalah milik Tuhan. Tuhan memeteraikan kita sebagai miliknya dengan Roh KudusNya di dalam kita, sebagaimana yang tertulis dalam 1 Korintus 6: 19 ini : "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah - dan bahwa kamu bukan milikmu sendiri?" Tuhan mengharapkan kita memberikan kepuasan kepadaNya dengan cara hidup yang memuliakan Dia - "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" Sebaliknya dari pihak Tuhan, Dia memelihara dan menjaga kita dengan sempurna

Thursday, August 15, 2013

Pertolongan Pada Waktunya

Pertolongan Pada Waktunya

Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yant telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri tahta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. (Ibrani 4 : 14 - 16)
               
Dunia ini susah, sehingga semua orang yang hidup di dalamnya hidup dalam kesusahan. Lamekh menamakan anak-nya: "Nuh", karena dia mengharapkan peng-hiburan di dalam dunia yang penuh susah payah ini (Kejadian 5: 29). Namun kesusahan manusia di dunia ini berlangsung terus menerus, karena itu Tuhan Yesus menasihatkan: "Kesusahan sehari cukup-lah untuk sehari" (Mat 6: 34) - artinya jangan membawa kesusahan hari esok ke hari ini.
Ada orang yang tidak menyembunyikan kesusahannya, ada orang yang menyembunyikan kesusahannya dengan topeng kekuasaan dan atau kemewahan.
Kesusahan sangat melemahkan orang, sehingga orang menjadi putus asa, atau hidup dalam kekuatiran akan hari esok. Putus asa maupun  kuatir, menjerumuskan orang dalam pencobaan untuk berbuat dosa, misalnya menjadi nekad atau mencuri (copet, maling, perampok, koruptor), atau hidup dalam hawa nafsu.
Tuhan Yesus berkata bahwa Dia datang untuk menolong orang susah (Lukas 4: 18- 19). Jadi kalau saudara susah, mintalah pertolongan pada Tuhan Yesus. Hal ini sudah sering sekali diajar-kan pada saudara.
1)                   Datanglah kepadaNya dengan penuh keberanian. Biasanya orang susah dengan takut-takut datang minta pertolongan. Tetapi Tuhan mengundang orang beriman untuk datang dengan penuh keberanian kepadaNya.
2)                   Datanglah ke tahta AnugerahNya. Bagi orang tidak beriman tahta Tuhan Yesus adalah tahta penghakiman, tetapi bagi orang beriman tahta itu adalah tahta anugerah. Ketahuilah, Tuhan Yesus duduk di tahtaNya sebagai Imam Besar yang agung. Imam adalah perantara antara manusia dengan Allah. Melalui imamlah orang bisa datang kepada Allah untuk menyampaikan sesuatu. Tuhan Yesus adalah satu-satunya perantara yang bisa menjembatani orang beriman dengan Allah Bapa. Bila saudara datang pada Tuhan Yesus yang sekarang duduk ditahta anugerah itu, saudara datang ketempat dan Pribadi yang tepat untuk mendapat pertolongan.
3)                   Menerima pertolongan pada waktunya. Tuhan tidak berlambat-lambat menolong saudara. Ada dua macam pertolongan yang Tuhan berikan kepada semua orang yang datang padaNya - "Pencobaan -pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yant tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu IA tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, IA akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya" (1 Korintus 10: 13), yaitu:
Ø  Dia Memberikan Kekuatan untuk menghadapi atau menanggung kesusahanmu. Kesusahan sangat melemahkan orang, sehingga orang jatuh dalam pencobaan dan dikalahkan oleh dosa. Tetapi Dia mengubah kita menjadi kuat,  seperti Dia yang tidak berbuat dosa walaupun dalam kelemahanNya sebagai manusia telah dicobai. Seberat apa pun kesusahan kita, di dalam Tuhan Yesus itu tidak akan pernah melampaui kekuatan kita.
Ø  Jalan keluar Pada WaktuNYA. Kita tidak akan terus menerus berada dalam kesusahan sekarang ini, karena Dia menolong kita.  Tuhan menjamin bahwa Dia juga memberikan jalan keluar pada waktuNya.  *John


Friday, August 2, 2013

Tuhan Menyediakan Upah


“Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya. Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak. 2 Yohanes 1: 8-9.
Ada dua macam upah yang Tuhan sediakan, yaitu upah yang terbaik untuk membalaskan bagi orang-orang yang memiliki dan melakukan firmanNya dan upah yang berisi hukuman terhadap orang-orang yang selama hidup di dunia ini melakukan kejahatan. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.” (Wahyu 22:12). Oleh karena itu Yohanes memperingatkan kita agar tetap tekun di dalam ajaran Kristus dan kita harus hidup menurut perintah-Nya.” (2 Yohanes 1:6a), terlebih-lebih di akhir zaman ini, “...banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus.” (2 Yohanes 1:7). Ketahuilah bahwa setiap jerih payah yang kita lakukan untuk Tuhan itu tidak akan pernah sia-sia, sebab Tuhan telah menyediakan upahnya, Dia bukan Tuhan yang berhutang.
Selain daripada itu, Tuhan kita adalah Allah yang tidak bisa dipermainkan, dan Dia adalah Allah yang membalas, seperti ada terlulis: “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (Galatia 6:7). Ingatlah bahwa apa yang kita kerjakan di dunia yang fana ini, akan sangat menentukan kehidupan kekal akan datang. Banyak orang hanya memperhatikan dan mementingkan kehidupan yang sementara saja di dunia ini, tanpa menghiraukan perkara-perkara rohani, padahal firman Tuhan melalui Paulus kepada jemaat di Kolose mengatakan, “Pikirkanlah perkara yang diatas, bukan yang di bumi.” (Kolose 3:2). Kalau tidak demikian, buat apa kita repot-repot melayani Tuhan. Jangan sampai hati kita terikat dengan harta atau kekayaan kita, sebab semua yang ada pada kita itu merupakan titipan dari Tuhan yang dipercayakan kepada kita, termasuk anak-anak kita! Semua yang kita miliki di dunia adalah sementara, dan tidak ada sesuatupun yang akan kita bawa pada waktu kita kembali ke rumah Bapa. Lebih baik kita ber-investasi buat kehidupan yang kekal!

Tuhan menyediakan upah kepada orang yang takut akan Dia.
Pdt  Ir Suyapto T, M.Th