Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa
besar jumlahnya! (Mazmur 139:17)
Cucu saya yang mulai belajar menggambar dan menulis
menunjukkan gambar yang dibuatnya pada saya. Saya cuma melihat corat-coret yang
simpang siur, tetapi pasti ada yang dipikirkannya waktu dia mencoret-coret,
jadi saya bertanya: “Nathan itu gambar apa?” Dia menjawab: “Mobil.” Bila
pikiran anak kecil yang sederhana saja tidak bisa saya mengerti, apakah mungkin
saya memahami pikiran Tuhan? Lihatlah ciptaan Tuhan yang ada disekitar kita,
dan “Apakah yang Tuhan pikirkan waktu menciptakannya? Rumah saya rusak, karena kayu-kayu keropos dimakan rayap. Rayap itu sangaat mengganggu dan merugikan saya. Apa yang Tuhan pikirkan waktu DIA menciptakan rayap? Apa yang Tuhan pikirkan waktu DIA menciptakan kecoa, lalat, nyamuk, tikus - mahluk yang menjijikkan, mengganggu manusia dan menyebarkan penyakit itu? Pertanyaan ini bisa dilanjutkan tak
habis-habisnya, karena ciptaanNYA yang tak terhitung jenisnya dan karena
perbuatanNYA yang tak terbatas. Apa yang Tuhan pikirkan waktu DIA menenun saya
dan saudara dalam kandungan ibu kita masing-masing (“Sebab Engkaulah yang
membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku” – Mazmur 139:
13). Apa yang Tuhan pikirkan waktu DIA menempatkan kita di desa, kota atau Negara
kita sekarang? Apa yang Tuhan pikirkan waktu kita menghadapi masalah hidup atau
waktu kita hidup senang? Pemazmur berkata: “Mata-Mu melihat selagi aku bakal
anak, dan dalam kitab-MU semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum
ada satu pun dari padanya” (Mazmur 139: 16). Berarti semua yang terjadi atas
kita sekarang ini sudah dilihatNya dan sudah diketahuiNya dari sejak semua.
Jabi, mengapa Dia membiarkan semua yang baik dan buruk ini terjadi? Dalam
Mazmur 139: 17, Daud berkata: “Aku tidak bisa memahami pikiranMu, ya Allah.”
Karena mustahil kita bisa memahami pikiran Allah, maka yang
penting sekarang adalah bukan berusaha memahami pikiran Allah, tetapi “bagaimana
kita menyikapi Allah dengan segala pemikiranNya.” Kita pernah menyanyikan: “JalanMu
tak terselami, oleh setiap hati kami. Tapi satu hal ku percaya, Ada rencana
yang indah, …… dst” Seperti Daud, marilah kita dengan iman menyikapi Allah dan berkata: “Masakan aku
tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN dan tidak merasa jemu
kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? Aku sama sekali membenci
mereka, mereka menjadi musuhku” (Mazmur 139: 23- 24). Artinya: Daud memutuskan
untuk selalu berada dipihak Tuhan. Karena orang fasik membenci Tuhan, maka Daud
pun membenci orang fasik. Selanjutnya Daud berkata: “Selidikilah aku, ya Allah,
dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah,
apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mazmur 139: 23 –
24). Berarti, menyikapi Tuhan Yang Maha Tahu, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Ada,
Yang Maha Kudus, Yang Maha Kasih dst ….., Daud memutuskan untuk bersikap
terbuka kepada Tuhan, dia tidak menyembunyikan apa pun terhadap Tuhan, bahkan
memohon Tuhan memeriksa kehidupannya, menguji pikirannya agar jalannya tidak
serong/ tidak menyimpang dari kebenaran dan mohon pimpinan Tuhan agar bisa
hidup di jalan yang kekal.
No comments:
Post a Comment