Kita sering mendengar bahwa orang yang menyertakan Tuhan dalam hidupnya akan diberkati dalam segala aspek kehidupannya (Keluarga, kesehatan, bisnis, karir, dsb). Tetapi bagaimanakah caranya agar "Tuhan menyertai kita?"
Sebenarnya secara umum Tuhan sendiri sudah berjanji untuk menyertai umatNya sampai akhir/ sampai kesudahan alam, seperti yang dikatakan Tuhan Yesus kepada rasul-rasulNya, sbb: "...... ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Matius 28: 20). Ironisnya begitu seringnya dan begitu banyaknya orang yang tidak merasakan penyertaan Tuhan secara pribadi dalam hidupnya. Pada hemat saya persoalannya bukan pada Tuhan, tetapi pada kita y.i. menyertakan Dia atau mengabaikan Dia secara pribadi. Dua langkah berikut ini semoga membantu kita mengalami kenyataan "Penyertaan Tuhan" dalam hidup kita, sehingga kita bisa menyertakan DIA dalam hidup kita..
1. Amos 3 : 3 - "Berjalankan dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?" Ini adalah prinsip yang sederhana, dua orang tidak akan berjalan bersama-sama bila mereka belum membuat janji. Penyertaan Tuhan pun tidak akan menjadi kenyataan dalam hidup kita secara pribadi, bila kita dan Tuhan belum berjanji. Contohnya; Secara umum Tuhan menyertai orang Israel dalam perjalanannya di padang gurun, yang dinyatakan dengan adanya Tiang Awan di siang hari dan Tiang Api di malam hari. Tetapi dalam Keluaran 33: 15 - 17, Musa secara khusus/ spesifik minta penyertaan Tuhan, kata Musa: "Kami hanya akan berangkat kalah: 'Engkau menyuruh' dan 'Engkau membimbing'. Doa Musa ini merupakan satu janji, kalau Tuhan menyertai, maka Tuhan menjadi Bossnya. Tuhan mengabulkan doa Musa ini dan sebaliknya Musa pun melakukan apa yang dijanjikannya - Dalam Bilangan 9: 17 - 23, khususnya di ayat 23 dituliskan: "Atas titah TUHAN mereka berkeman dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat; mereka memelihara kewajibannya kepada TUHAN, menurut titah TUHAN dengan perantaraan Musa." Dalam penerapan sekarang adalah: Jadikan DIA narasumber satu-satunya dalam segala aspek kehidupan sdr, y.i. dengan menjadikan FIRMANNYA sebagai buku manual kehidupan sdr. Jangan melakukan semua hal yang berlawanan dengan kebenaran yi. FirmanNya.
2. Kejadian 5: 22 - 24 - "Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.' Menyertakan Allah dalam hidup berarti hidup bergaul dengan Alah. Kita pasti enggan bergaul dengan orang yang hanya dekat-dekat kepada kita kalau ada maunya. Orang yang bergaul karib dengan kita adalah orang yang dekat pada kita diwaktu suka atau duka, dia tertawan bersama kita, menangis bersama kita, dia tidak melakukan hal-hal yang tidak kita sukai dan sebaliknya kita pun melakukan hal yang sama terhadap dia. Dengan kata lain, kedua pihak saling memberi dan menerima secara seimbang. Kita memang tidak mungkin memberi dan menerima secara seimbang terhadap Tuhan. Tetapi, banyak yang keterlaluan juga, yaitu hanya datang dan berbicara kepada Tuhan (berdoa) dengan membawa daftar permintaan, tuntutan yang tak habis-habisnya terhadap penggenapan janjiNya.
Kita perlua bergaul dengan Allah, yaitu dengan memperhatikan apa disukai atau tidak disukai Allah. Dalam Mazmur 25: 14 dikatakan Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjianNya diberitahukanNya kepada mereka. Tuhan membenci kejahatan, dan arti takut akan Tuhan adalah membenci kejahatan - "Takut akan TUHAN adalah membenci kejahatan;" (Amsal Salomo 8: 13). Disamping itu, bergaul dengan Allah berarti berbagi suka dan duka kita dengan Allah. Bacalah kitab Mazmur, maka sdr mendapati bagaimana pemazmur berbicara tentang segala hal kepada Allah, misalnya tentang keindahan alam semesta yang dilihatnya (Mazmur 19), kepuasan hidupnya (Mazmur 23), sukacitanya (Mazmur 149) dan juga dosanya (Mazmur 51), dsb.
Bila kita melakukannya maka itu artinya kita menyertakan Allah dalam kehidupan kita..
No comments:
Post a Comment