Pengumuman

Salam sejahtera,

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Melalui blog ini, kita dapat tetap mempelajari Firman Tuhan, dimanapun dan setiap waktu dengan mengakses melalui komputer atau handphone. Mari kita jangan lelah untuk mengerjakan pekerjaan yang baik.
Tuhan memberkati kita semua.

Kata MUTIARA minggu ini : Bahagia adalah sebuah pilihan

Tim penggembalaan

Sunday, September 29, 2013

Berpegang pada kebenaran

"Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar. Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakkukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum. Juga janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya." (Keluaran 23: 1 - 3).
Kesulitan kita untuk bersikap benar adalah karena kita tidak selalu berada dalam lingkungan yang mendukung kita. Bila kita tidak memiliki prinsip hidiup yang kuat sebagai landasan kehidupan kita, kita akan cenderung ikut-ikutan dengan pendapat mayoritas yang tidak selalu benar.
Kejahatan sering nampak menguntungkan, sehingga tidak ada satu tempat pun di dunia ini yang bebas dari kejahatan. Sejak jaman Musa, telah ada orang-orang yang berusaha membelokkan kebenaran/ hukum untuk memperoleh keuntungan. Itulah sebabnya Dalam Keluaran 23: 2 tertulis: Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkarang janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum. Umat Tuhan bukan hanya dilarang melakukan kejahatan, tetapi juga dilarang menjadi saksi dusta untuk membantu orang yang bersalah - "Janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar" (Keluaran 23: 1). Kita pun dilarang menyebarkan kabar bohong (gosip) - "Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong" (Keluaran 23: 1). Allah menghendaki umatNya tidak memihak siapa pun yang bersalah, termasuk tidak boleh memihak orang miskin yang bersalah - "Janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya" Keluaran 23: 3. Tentu saja hal ini tidak berarti bahwa Allah membenarkan orang yang memihak orang kaya - "Orang yang menindas orang lemah untuk menguntungkan diri atau memberi hadiah kepada orang kaya, hanya merugikan diri saja" (Amsal 22: 16). Seharusnya kita membela orang benr, bukan orang miskin atau orang kaya.
Agar kita bisa hidup dalam kebenaran dan tidak ikut-ikutan terhadap pendapat massa yang keliru, kita perlu memperhatikan beberapa petunjuk berikkut ini. Pertana: Kita perlu membaca dan mempelajari firman Tuhan dengan tekun agar kita bisa memahami kehendak Tuhan dalam setiap pengambilan keputusan. Kedua: Kita perlu bergaul dalam lingkungan yang baik, karena "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik" (1 Korintus 15: 33). Ketiga: Kita perlu bersikap kritis terhadap pendapat umum, termasuk kita harus bersikap kritis saat menonton TV atau membaca surat kabar. Bila kita malas untuk berpikir atau kita tidak memiliki prinsip hidup yang benar, kita akan hanyut mengikuti arus.

Friday, September 27, 2013

Permuliakanlah TUHAN, Allahmu !

"Permuliakanlah TUHAN, Allahmu, sebelum IA membuat hari menjadi gelap, sebelum kakimu tersandung di atas bukit-bukit yang diliputi senja, sementara kamu menantikan terang, tetapi IA menjadikan hari kelam pekat dan mengubahnya menjadi gelap gulita." (Yeremia 13: 6)

Kehendak TUHAN adalah agar kita mempermuliakan DIA selama masih ada kesempatan atau waktu. Kapankah waktu yang kita miliki? Kita hidup di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Masa lalu sudah lewat atau lepas dari tangan kita, kita tidak bisa kembali ke masa lalu meski pun keadaan kita sekarang adalah akibat masa lalu kita. Masa yang akan datang belum menjadi milik kita dan belum tentu bisa kita miliki. Yang kita miliki hanya "sekarang". Jadi, yang pasti adalah "sekarang" kita bisa mempermuliakan TUHAN atau tidak mempermuliakan TUHAN. 
Orang yang sekarang tidak mempermuliakan TUHAN, kemungkinan besar di masa yang akan datang pun tidak akan pernah bisa mempermuliakan TUHAN, apa lagi bila masa y.a.d. mengalami malapetaka yang dilukiskan oleh nabi Yeremia sebagai: Hari yang menjadi gelap, kaki tersandung dan harapan yang tidak terpenuhi. 
Pada saat kita mempermuliakan TUHAN, kita mengakui DIA-lah yang berkuasa dan mengendalikan segala sesuatunya dalam hidup kita dan mengakui semua yang ada pada kita atau yang kita capai berasal dari DIA.
Dengan apakah kita mempermuliakan DIA? 
Pertama: Dalam Amsal 3: 9 dituliskan sebagai berikut: "Muliakanlah TUHAN dengan  hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu." Secara singkat artinya adalah: Kita memuliakan TUHAN melalui persembahan kita.
Kedua: Dalam Ibrani 13: 15 dituliskan tentang: "Ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya." Misalnya waktu kita bermazmur, menyanyikan pujian, menyembah DIA dan mengucapkan hal-hal yang berguna atau memberkati orang lain.
Sebagai catatan yang perlu diperhatikan adalah: Bila kita tidak hati-hati kita bisa menghina Tuhan. Dalam Amsal 17: 5 dituliskan: "Siapa mengolok-olok orang miskin menghina Penciptanya ....." Mengolok-olok berarti kita mengucapkan perkataan yang menghina atau merendahkan, atau menyepelekan. Kita harus mengetahui bahwa disamping berkat Tuhan menjadikan kaya, bisa juga kemiskinan berasal dari Tuhan. Dalam 1 Samuel 2: 7 tertulis:  "TUHAN membuat miskin dan membuat kaya." Kaya atau miskin, Tuhan-lah yang membuatnya. Jadi, mari kita benar-benar menjaga sikap dan perkataan kita terutama terhadap orang yang miskin, agar kita memuliakan Tuhan, terlebih baik kalau kita bermurah hati atau berbelas kasihan kepada orang miskin - "Menolong orang miskin sama saja dengan memberi pinjaman kepada TUHAN - dan IA akan memberi bunga yang tinggi untuk pinjaman kita itu" (Amsal Salomo 19: 17 - Firman Allah Yang HIdup - Alkitab dalam bahasa sehari-hari). *JP

Tuesday, September 24, 2013

Orang Yang Sangat Beruntung

Raja Manasye adalah raja Yehuda yang masa pemerintahannya paling lama (55 tahun) dan dia sendiri adalah salah seorang raja Yehuda yang umurnya paling panjang (67 tahun adalah usia yang panjang untuk jaman dahulu - rata-rata raja Yehuda meninggal diusia 50 tahunan). Berdasarkan kedua kenyataan tsb. bisa dikatakan bahwa Manasye diberkati Tuhan. Mengapa Tuhan memberkati Manasye? Mari kita pelajari kehidupannya untuk menjadi peringatan sekali gus contoh.
I. Awal yang buruk. Raja Manasye adalah seorang raja yang paling jahat di mata Tuhan. Dalam Alkitab dituliskan demikian: "Manasye raja Yehuda, telah melakukan kekejian-kekejian ini, berbuat jahat lebih daripada segala yang telah dilakukan oleh orang Amori yang mendahului dia ...... Lagi pula Manasye mencurahkan darah orang yang tidak bersalah demikian banyak, hingga dipenuhinya Yerusalem dari ujung ke ujung, belum termasuk dosa-dosanha hang mengakibatkan orang Yehuda berdosa ..... (2 Raja-raja 21: 11 dan 16). Jadi, Manasye adalah penyembah berhala, dia membunuhi lawan-lawan politiknya y.i. orang-orang yang tidak setuju dengan kejahatannya - menurut cerita orang Yahudi, salah seorang korbannya adalah nabi Yesaya yang mati digergaji oleh Manasye, dia menyesatkan rakyatnya menjadi penyembah berhala dan dia mengabaikan semua firman Tuhan yang disampaikan kepadanya, sebagimana yang tertulis dalam 2 Tawarikh 33: 10 - "Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Manasye dan rakyatnya, tetapi mereka tidak menghiraukannya."
II. Kehancuran Total. "Oleh sebab itu TUHAN mendatangkan kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel" (2 Tawarikh 33: 11). Karena kejahatan Manasye yang begitu besar dan dia tidak menghiraukan peringatan Tuhan kepadanya, akhirnya Tuhan menjatuhkan hukuman yang sangat berat. Negaranya dikalahkan oleh Asyur dan dia sendiri diseret ke Babel dengan cara yang sangat menyakitkan dan merendahkan (dengan kaitan dan belenggu yang berat).
III. Keputusan yang tepat. "Dalam keadaan sangat terdesak ini, ia berusaha melunakkan hati TUHAN, Allahnya; ia sangat merendahkan diri di hadapan Allah nenekmoyangnya, dan berdoa kepadaNya ........ dan Manasye mengakui bahwa TUHAN itu Allah (2 Tawarikh 33: 12 dan 13). Kehancurannya itu menyebabkan Manasye sadar akan dirinya dan semua perbuatannya yang jahat dan menyakitkan hati Tuhan. Dia mengambil keputusan yang tepat, yaitu (1) Berusaha melunakkan hati TUHAN dan (2) Sangat merendahkan diri di hadapan Allah nenek moyangnya (YHWH) dan (3) Berdoa kepada TUHAN dan (4) Mengakui bahwa TUHAN (YHWH) itu Allah (Elohim). Manasye benar-benar bertobat.
IV. PEMULIHAN TOTAL. Dalam 2 Tawarikh 33: 12 - 17 dituliskan bahwa : Tuhan menerima kembali Manasye yang telah bertobat itu. Tuhan dengan penuh kemurahan menyatakan kuasaNya - DIA memulihkan Manasye, DIA menyebabkan raja Asyur membebaskan Manasye dan mengembalikan kedudukannya sebagai raja di Yerusalem. Kemudian Tuhan membuka jalan bagi Manasye untuk membangun kembali semua yang sudah runtuh. Manasye pun membuktikan pertobatannya dengan sepanjang umurnya sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan.
Apakah sdr ingin dipulihkan. Prinsipnya tetap, yaitu: Mencari Tuhan, pertobatan dan merendahkan diri dihadapan Tuhan (rendah hati).

Sunday, September 15, 2013

Menjadi tua itu pasti; Menjadi dewasa adalah keputusan

"Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, KEDEWASAAN PENUH, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala." (Efesus 4: 13- 15).

Dengan berlalunya waktu, semua ciptaan yang ada di alam semesta ini akan menjadi tua. Menjadi tua berarti menjadi makin lemah dan berakhir dengan kematian.
Menjadi dewasa adalah hal yang berbeda. Bertumbuh menjadi dewasa berarti menjadi orang yang kuat, berpengertian, berpengetahuan dan bertanggung jawab.
Banyak yang menjadi tua tanpa pernah menjadi dewasa, karena menjadi dewasa memang diperlukan keputusan dan tekad yang kuat.
Orang Kristen yang dewasa adalah orang Kristen yang imannya makin kuat dan terus menjadi makin kuat sampai pada akhirnya bertemu dengan Tuhan Yesus sendiri dalam kemuliaan yang sama dengan DIA.
Menjadi tua bukanlah rencana Allah. Dosa yang menyebabkan semua mahluk menjadi tua dan berakhir dengan kematian.
Rencana Allah bagi semua anakNya di dalam Tuhan Yesus adalah: Pertumbuhan menuju kedewasaan rohani, di mana Tuhan Yesus sendirilah yang menjadi tujuan dan model dari kedewasaan rohani itu: - "Bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah Kepala" (Efesus 4: 15). Orang yang bertumbuh ini adalah orang yang (1) Memiliki man dan pengetahuan yang benar tentang Kristus - "Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah" (Efesus 4: 13). (2) Tidak diombang-ambingkan oleh berbagai pengajaran palsu. Ciri pengajaran palsu adalah pengajaran yang dalam tempo singkat menjadi tren, namun setelah beberapa waktu dilupakan orang (Efesus 4: 14). dan (3) Teguh berpegang kepada kebenaran dan kasih (Efesus 4: 15). Jadi, bertumbuh menjadi dewasa berarti terus menerus berubah dimana kita makin memiliki karakter Kristus.

Tuesday, September 10, 2013

Iman menyebabkan terjadi mujizat untuk mewujudkan kehendak Tuhan

"Karena iman maka Abraham tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanuya telah dikatakan: "Keturunan yang bersal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." Karena ia (Abraham) berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali." Ibrani 11 : 17 – 19

Kita tidak menyukai pencobaan, tetapi pencobaan adalah unsur vital untuk membuktikan kemurnian iman seseorang. Abraham, bapa orang beriman pun dicobai. Tuhan memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan Ishak, anak yang dijanjikan Tuhan untuk membuat keturunan Abraham menjadi bangsa yang besar. Masalahnya adalah mempersembahkan Ishak, berarti menjadikan Ishak korban bakaran di atas mezbah, untuk itu Ishak harus mati lebih dulu padahal Ishak saat itu masih anak-anak, belum punya keturunan. Dengan mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran, berarti keturunan Abraham terputus dan janji Tuhan tentang bangsa yang besar tidak akan terwujud. Perintah Tuhan ini benar-benar satu pencobaan, karena sepertinya perintah Tuhan untuk mempersembahkan Ishak bertentangan dengan janji Tuhan bahwa dari Ishaklah Abraham mendapat keturunan yang menjadi bangsa umat pilihan Tuhan. Dalam situasi seperti itu umumnya orang akan menarik kesimpulan Tuhan tidak mungkin memberikan perintah yang bertentangan, karena itu pastilah salah satu perintah itu bukan dari Tuhan. Kalau saya orang itu, pastilah saya bilang yang salah adalah perintah untuk mempersembahkan Ishak; itu bukan perintah Tuhan sebab bertentangan dengan janjiNya.
Iman menyebabkan orang bergaul dengan Tuhan, Abraham saat itu paling sedikit sudah 35 tahun bersahabat dengan Tuhan, maka dia mengenal karakter Tuhan dengan sungguh-sungguh. Dia benar-benar mempercayai bahwa Tuhan pasti menggenapi janjiNya melalui Ishak. Karena itu dia berpikir, kalau pun Ishak harus mati sebagai korban bakaran, maka Tuhan pasti membangkitkannya dari kematian (Ibrani 11: 19). Imannya membuat dia berani melihat adanya mujizat, d.h.i. kebangkitan Ishak, berarti Ishak tetap hidup untuk menggenapi janji Tuhan padanya.


Iman menyebabkan terjadi mujizat untuk mewujudkan kehendak Tuhan.

Iman memampukan kita melakukan yang mustahil

"Karena iman maka ia (Abraham) juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena Abraham menganggap DIA yang memberikan  janji itu setia. Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya" (Ibrani 11: 11 – 12)

Satu segi yang sangat menarik pada Abraham dan Sara adalah iman memberikan mereka kekuatan untuk melakukan yang mustahil. Seperti yang telah kita dengar dan ketahui, Tuhan berjanji memberikan keturunan yang sangat banyak sehingga menjadi satu bangsa yang besar kepada Abraham. Janji itu diberikan pada waktu Abraham berumur 75 tahun dan Sara berumur 65 tahun. Siapa diantara kita pasangan suami isteri yang umurnya sudah lebih dari 60 tahun mau mengimani janji Tuhan bila Dia berjanji “Aku akan memberikan anak kepadamu”. Meski pun umur orang dulu memang ada yang lebih panjang dari umur orang sekarang, Alkitab mengatakan bahwa Abraham dan Sara sebenarnya sudah mati pucuk (istilah modernnya adalah “menopause”), artinya sudah tidak punya benih untuk melahirkan keturunan. Disamping itu, orang yang sudah menopause (terutama perempuan), struktur tubuhnya sudah begitu berubah sehingga dia tidak akan mungkin mempunyai kekuatan untuk hamil dan melahirkan anak. Ilmu kedokteran membuktikan bahwa usia terbaik bagi perempuan untuk melahirkan anak adalah dibawah 35 tahun, diatas usia itu banyak masalah bagi ibu dan anak. Begitu pula dengan laki-laki, benih dari laki-laki tua sudah lemah dan kemungkinan menghasilkan keturunan yang lemah atau cacat jauh lebih besar.

Iman Abraham dan Sara menyebabkan mereka beroleh kekuatan untuk melakukan hal yang mustahil, yaitu hamil dan melahirkan keturunan y.i. Ishak dan sekarang ini menjadi orang Israel) yang terbukti sepanjang sejarah tetap ada sebagai satu bangsa walaupun ribuan tahun tersebar diseluruh dunia.


Iman menyebabkan orang mampu melakukan perkara yang besar/ mustahil. Janji Tuhan selalu sesuatu yang besar atau bahkan mustahil dilakukan atau diwujudkan bila tanpa iman.

Friday, September 6, 2013

Iman Menyebabkan Ketaatan

"Karena iman, maka Nuh - dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan - dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya" (Ibrani 11: 7) - baca juga Kejadian 6: 9 – 22

Orang yang bertekun dalam iman membuktikan imannya dalam bentuk “taat” pada perintah Tuhan. Penulis surat Ibrani menuliskan Nuh sebagai contoh bagaimana iman menyebabkan ketaatan. 
Nuh adalah orang yang ketaatannya pada Tuhan tidak bisa dipertanyakan lagi. Kejadian 6 menuliskan bumi dipenuhi oleh orang-orang yang menjalankan kehidupan yang sangat jahat penuh dengan kekerasan. Pernyataan “Penuh dengan kekerasan” berarti orang saling melakukan kekerasan terhadap sesamanya, mungkin sekali seperti yang dilakukan oleh Lamekh, keturunan ke tujuh dari Kain yang hidup sejaman dengan Nuh, keturunan ke delapan dari Set (Kejadian 4: 23-24). Kebanyakan orang biasanya langsung atau tidak langsung menganut pendapat: “semua orang melakukannya, apa salahnya bila saya sedikit-sedikit saja menyesuaikan diri dengan mereka.” Tetapi, Nuh yang taat berkata dan hidup dengan patokan: Meskipun seluruh dunia melakukan yang jahat, tetapi aku hanya hidup dan berbuat sesuai dengan perintah Tuhan. Meskipun perintah Tuhan tidak masuk akal/ logika semua orang, Nuh tetap melakukan perintah Tuhan dengan setia. Buktinya: Nuh selama 120 tahun (lebih lama dari umur hidup manusia sekarang) dengan taat membangun bahtera di tengah daratan.
Kita semua orang beriman, apakah ada bukti ketaatan kita kepada Tuhan dengan melakukan perintah-perintahNya yang tidak masuk akal manusia kita? Misalnya: Mengasihi dan memberkati musuh kita; membuang kepahitan hati terhadap orang yang menyakiti kita; membayar persepuluhan dengan benar (Khusus untuk yang disebut terakhir ini saya acapkali mendapati orang lebih mentaati iblis yang berkata: “Enak sekali pendetamu menerima perpuluhanmu yang begitu besar, padahal apa kerjanya pendetamu!” Lalu banyak orang tidak membayarkan atau membayarkan persepuluhan menurut kemauannya sendiri).

Ingat: Iman menyebabkan orang tanpa ragu-ragu taat pada perintah Tuhan.

Iman Menentukan Keakraban Seseorang Dengan Tuhan

"Karena iman Henokh terangkat supaya ia tidak mengalami kematian dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian bahwa ia berkenan kepada Allah" Ibrani 11: 6; 
"Setelah Henokh hidup enam puluh lima tahun, ia memperanakkan Metusalah. Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, ........ Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah," Kejadian 5: 21- 24


Pernahkah saudara menyadari, bahwa tingkat kepercayaanmu terhadap seseorang yang menentukan seberapa akrab saudara bisa bergaul dengan orang tersebut? Secara umum orang berpendapat bahwa pernikahan haruslah didasarkan oleh “cinta”. Tetapi cinta saja tidak cukup untuk membangun pernikahan yang baik. Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang mengambil keputusan untuk menjadi suami isteri, seharusnya keduanya saling mempercayai. Dan hasilnya adalah keduanya bergaul akrab dan bahagia selama mereka bisa memelihara tingkat kepercayaan yang mereka miliki di hari pernikahan mereka. Sayangnya ada banyak orang mengambil keputusan pernikahan karena berbagai alasan yang lain, misalnya kekayaan, pangkat, ras y.i. perkawinan yang dibangun atas dasar apa keuntungan yang saya dapatkan melalui perkawinan ini. Perkawinan seperti ini menyebabkan pasangan suami isteri tsb tidak bisa bergaul akrab, selalu penuh perhitungan satu sama lain dan berakhir dengan ketidak bahagiaan. 
Tahukah sdr, bahwa hubungan Tuhan dengan umatNya selalu digambarkan sebagai hubungan perkawinan?  Perhatikan tokoh yang menjadi contoh hari ini. Henokh bergaul akrab dengan Tuhan dan pada akhirnya Tuhan mengambil keputusan untuk hidup serumah dengan Henokh, karena iman (kepercayaan) Henokh kepadanya. Jadi, Iman menyebabkan orang bergaul akrab dengan Tuhan.

Iman menyebabkan orang memberi yang terbaik kepada Tuhan

Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati (Ibrani 11 : 4) dan Kejadian 4


Kain dan Habel saudara kandung. Mereka dibesarkan dalam satu keluarga yang beriman. Kain dan Habel pun menjadi orang yang beriman (dalam pandangan manusia). Tetapi, ternyata ada perbedaan yang sangat besar antara keduanya, karena iman keduanya berbeda. Iman Kain adalah iman yang hanya dimulut, bukan dihati, karena itu dia mengabaikan perintah Tuhan dalam hal persembahan. Menurut logika Kain, apa saja bisa diberikan kepada Tuhan, tidak ada bedanya. Habel mempunyai iman yang sejati, imannya dinyatakan dimulut, imannya bersumber dari hatinya dan imannya dinyatakan dengan perbuatan yang sesuai. Iman itulah yang menyebabkan Habel dari dasar hatinya bukan dari logikanya, tanpa ragu-ragu memberikan yang sulung yaitu yang terbaik dari ternaknya sebagai korban kepada Tuhan (kejadian 4: 4), sebab dia tahu itulah yang dikehendaki atau diinginkan Tuhan. Memberikan yang sulung dari ternak adalah tindakan iman dan pengorbanan, karena siapa yang bisa memastikan bahwa induk ternak yang anak sulungnya dipersembahkan itu sudah pasti akan melahirkan anak-anak yang lain? Bagaimana kalau induk itu kemudian mati, atau mandul setelah melahirkan anak yang sulung? Keadaannya sangat berbeda dengan hasil pertanian, bisa dikatakan mustahil untuk menentukan yang sulung dari panen apa-pun. Misalnya: Di sebidang sawah adalah padi yang siap dituai, manakah yang sulung? Apakah yang pertama dituai itu yang sulung? Atau yang dituai di hari pertama itu yang sulung? Dan disamping itu hasil pertanian bisa dikatakan lebih pasti bahwa setelah diambil yang sulung (katakan saja panen di hari pertama) ada yang bisa diambil - bahkan lebih banyak dari yang dipersembahkan - oleh si pemilik. 
Iman yang sejati, menyebabkan Habel memberikan yang terbaik kepada Tuhan, itu sebabnya Tuhan berkenan kepadanya. Secara singkat dapat dikatakan sbb: “Iman menyebabkan seseorang dari dasar hatinya memberikan yang terbaik kepada Tuhan, yaitu yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Sebaliknya orang tak beriman akan memberikan persembahan sembarangan kepada Tuhan.”

Bertekun dalam iman

Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upay yang menantikannya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. Tetapi orang-KU yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka AKU tidak berkenan kepadanya." Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup (Ibrani 10: 35, 36, 38, 39)


Pernah seorang bertanya pada saya: “Oom, kalau saya berbuat dosa, lalu mati, apakah saya masuk sorga?” Lalu ada seorang lain lagi yang bercerita sbb: “Dok, saudara saya hidup seenaknya sendiri, dia melakukan 5 M (main, minum, mabok, madat dan madon). Baru-baru ini dalam sebuah KKR dia mengambil keputusan untuk percaya pada Tuhan Yesus. Sekarang ini dia rajin beribadah, tetapi anehnya dia tetap saja melakukan 5 M. Saudara saya itu berkata: Saya diselamatkan oleh iman bukan oleh perbuatan, disamping itu pendeta berkata sekali selamat akan tetap selamat. Bagaimana pendapat dokter?” 
Saya bukan ahli theology, tetapi seorang praktisi. Saya tidak tahu dan tidak mengerti apa yang diperdebatkan oleh sarjana-sarjana theology, tentang keselamatan menurut ajaran Armenian atau Calvinis. Tetapi, saya tahu yang dikatakan oleh firman Tuhan y.i.: Selama seseorang tekun berpegang pada imannya, maka Allah berkenan padanya dan itu artinya orang itu selamat. Bukti orang bertekun dalam imannya adalah hidupnya melakukan kehendak Allah. Dan kehendak Allah adalah: Pengudusan kita, bacalah ayat-ayat berikut ini: - "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan (berhenti madon); Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak menusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan RohNya yang kudus kepada kamu," (1 Tesalonika 4 ayat 3, 7 dan 8) Jadi seorang yang hidup dalam dosa adalah orang yang tidak tekun berpegang pada imannya atau meninggalkan imannya, maka Allah tidak berkenan kepadanya dan itu berarti masuk pehukuman Tuhan sendiri yaitu neraka. Dengan kata lain, yang masuk sorga hanyalah orang yang tekun berpegang pada imannya dalam Tuhan Yesus yaitu orang yang percaya Tuhan Yesus menyucikan segala dosanya bila dia bertobat dan percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Allah Yang Tunggal. Pertobatan dan imannya itu dibuktikan dengan hidup dalam kekudusan.

Wednesday, September 4, 2013

Memang Lidah Tidak Bertulang

Yerusalem sedang dikepung rapat oleh tentara Babel, kekalahan sudah di depan mata. Dalam keadaan  terdesak tanpa harapan itu, Raja Zedekia mengajak seluruh penduduk Yerusalem membuat perjanjian untuk melaksanakan firman Tuhan, khususnya dalam melaksanakan perintah Tuhan tentang budak Ibrani, y.i. Bila ada orang Israel menjadi budak dari sesama orang Israel, maka pada tahun ke 7, budak itu harus dimerdekakan (Raja Zedekia mengikat perjanjian dengan segenap rakyat .... supaya setiap orang melepaskan budaknya bangsa Ibrani .... sehingga tidak ada seorangpun lagi yang memperbudak seorang Yehuda saudaranya .... Orang-orang itu menyetujui, lalu melepaskan mereka - Yeremia 34: 8 - 10). Keputusan mereka itu berkenan di hadirat Tuhan, sehingga Tuhan menggerakkan hati raja Nebukadnezar untuk menarik mundur tentaranya dari Yerusalem. Zedekia dan seluruh bangsanya menarik nafas lega. Sayangnya, mereka dalam kelegaan itu bukannya bersyukur kepada Tuhan dan selanjutnya hidup dalam kebenaran, tetapi mereka justru menyesali keputusan perjanjian mereka untuk membebaskan budak-budak mereka. Karena itu setiap orang menangkap kembali budak-budak yang telah mereka merdekakan (Tetapi sesudah itu mereka berbalik pikiran, lalu mengambil kembali budak lelaki dan perempuan yang telah mereka lepaskan sebagai orang merdeka itu dan menundukkan mereka menjadi budak laki-laki dan perempuan lagi - Yeremia 34: 11). Akibat tindakan mereka itu, Tuhan mencanangkan hukuman yang berat, tentera Babel kembali ke Yerusalem (Sesungguhnya demikianlah firman TUHAN, Aku memberi perintah dan membawa mereka (tentara Babel) kembali ke kota ini untuk memeranginya, merebutnya dan menghanguskannya dengan api. Aku akan membuat kota-kota Yehuda menjadi ketandusan tanpa penduduk - Yeremia 34: 22), mengepung dan sampai akhirnya meruntuhkan Yerusalem dan membawa raja Zedekia, keluarganya, semua pembesarnya dan penduduk Yerusalem sebagai tawanan ke Babel.

Dalam keadaan terdesak, banyak orang yang membuat nazar atau perjanjian dengan Tuhan untuk mengorbankan sesuatu, atau untuk hidup benar dll asal / agar Tuhan mau menolongnya. Tetapi jangan seperti orang Israel, bila Tuhan menolong, tetap laksanakan nazar atau perjanjianmu itu dengan konsisten, maka pertolongan Tuhan dalam kehidupanmu akan berkesinambungan. *JP

Aku Wedi Karo Bojomu !

Secara kebetulan saya menemukan satu lagu yang agaknya cukup populer di antara penggemar dangdut di Ngawi – Jawatimur. Sebagian syairnya kurang lebih sbb: Salahkah bila aku mencintaimu, sebab kamu pun mencintaiku. Tapi aku wedi karo bojomu. Pinginku sms-san, aku wedi karo bojomu. Pinginku telfon-telfonan, aku wedi karo bojomu. Pinginku ketemuan, aku wedi karo bojomu, Pinginku bilang sayang, aku wedi karo bojomu. Syair lagu yang gila, tetapi perlu dipahami sebagai gejala perubahan nilai-nilai moral dan norma masyarakat kearah yang negatif. Memang sejak jaman purba ada perselingkuhan, tetapi ada perbedaan yang besar dengan yang terjadi sekarang. Dulu orang berusaha untuk menghindari perselingkuhan dan ada rasa malu untuk berselingkuh. Akibatnya meskipun orang dulu dan sekarang sama banyaknya yang hatinya tertarik untuk berselingkuh, banyak orang  jaman dulu yang tidak melaksanakan keinginannya untuk berselingkuh. Jaman sekarang, orang menganggap berselingkuh itu wajar, mengkhianati pasangan hidup itu bukan masalah besar, bahkan ada cukup banyak orang yang justru sengaja mencari kesempatan  untuk berselingkuh. Dulu orang Kristen memperhatikan firman/ perintah Tuhan  untuk setia sampai mati terhadap seorang pasangan hidup dan hidup dalam kebenaran. Sayang sekali, sekarang banyak orang Kristen yang ikut hanyut dalam norma moral kontemporer membiarkan terjadinya ketidak setiaan dalam keluarga. Tapi yang benar adalah: Tuhan Yesus tidak berubah – janjiNya, kuasaNya, perintahNya, norma kebenaran dan kekudusanNya, dulu sekarang dan selamanya, termasuk juga firmanNya/ perintahNya sebagai berikut ini : "Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu. Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus," 1 Tesalonika 4 : 4 - 7. (*JP)