“Orang Filistin itu berkumpul, lalu bergerak
maju, dan berkemah dekat Sunem. Saul mengumpulkan seluruh orang Israel, lalu
mereka berkemah di Gilboa. Ketika Saul melihat tentara Filistin itu, maka
takutlah ia dan hatinya sangat gemetar. Dan Saul bertanya kepada TUHAN (YHWH),
tetapi TUHAN tidak menjawab dia baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik
dengan perantaraan para nabi. Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: “Carilah
bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi
kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya.” (1 Samuel 28: 4 – 7).
Demikianlah Saul mati karena perbuatannya
yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman
TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak meminta
petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia ………. (1 Tawarikh 10: 13, 14)
Bila
kita bertanya kepada Saul, mengapa dia pergi minta pertolongan dukun/ pemanggil
arwah? Jawabannya kurang lebih adalah: “Kalau Tuhan menjawab doaku, pasti aku
tidak ke dukun.” Jawaban seperti itulah yang tersirat dalam perkataannya kepada
arwah yang “menurut sang dukun” muncul dari dalam bumi, Saul sendiri tidak
melihat arwah itu - 1 Samuel 28: 13 – 14. Kepada sang “arwah” (dalam tanda
petik sebab hanya dilihat oleh sang dukun), Saul berkata: Allah telah undur
dari padaku, Ia tidak menjawab aku lagi ….. dst. Sebab itu aku memanggil engkau
supaya engkau memberitahukan kepadaku apa yang harus kuperbuat” (1 Samuel 28:
15). Kalau mau diucapkan lebih gamblang lagi, Saul sebenarnya bermaksud: “Aku
ke dukun, itu salahnya Tuhan! Siapa suruh Dia tidak menjawab doaku.”
Tetapi
tentang Saul ke dukun, Tuhan berkata lain, yaitu: “Saul tidak pernah minta
petunjuk Tuhan atau tidak pernah bertanya kepada Tuhan” (1 Tawarikh 10 : 13 –
14).
Bagaimana
bisa terjadi perbedaan yang begitu besar? Di satu pihak, Saul berkata bahwa dia
berdoa, tetapi di pihak lain Tuhan tidak tidak pernah mendengar Saul berdoa?
Kejadiannya mungkin bisa dilukiskan seperti telepon yang salah sambung. Doa itu
seperti telepon kepada Allah. Bila kita berdoa bisa digambarkan kita sedang
menelepon Tuhan. Seperti telepon salah sambung, begitulah gambaran doa yang
dipanjatkan oleh orang berdosa yang tidak bertobat (“Kita tahu bahwa Allah
tidak mendengarkan orang-orang berdosa” – Yohanes 9: 31a). Saul tidak pernah
bertobat dari semua dosa yang dilakukannya (Dosa Saul adalah: “i” tidak taat
pada Tuhan; “ii” dengki dan iri hati sehingga dia berkali-kali ingin membunuh
Daud; dan: “iii” Saul membunuh 85 orang imam di kota Nob yang dituduhnya
menolong Daud, selanjutnya: “iv” dia pun membunuh seluruh penduduk kota Nob).
Dari dosa-dosa itu Saul tidak pernah menyesal dan bertobat. Dosa-dosanya itulah
yang memisahkan dia dari Tuhan, hubungannya dengan Tuhan terputus, maka doanya
pun tidak mencapai hadirat Tuhan (Yesaya 59: 2 à
“Yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan
yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak
mendengar, ialah segala dosamu” ). Saul menyalahkan Tuhan sebagai penyebab dia “terpaksa”
ke dukun. Seperti Saul, begitulah juga sikap banyak orang berdosa yang tidak
bertobat, y.i. menyalahkan Tuhan sebagai penyebab mereka “terpaksa” bertindak
salah (mencari pertolongan dukun, melakukan tindakan kriminal, dsb).
Menyalahkan
Tuhan adalah tindakan “konyol” dan sama sekali tidak membawa kebaikan. Pergi ke
dukun adalah dosa yang sangat menghancurkan (Yesaya 8: 19 – 22), itulah
sebabnya TUHAN membunuh Saul (1 Tawarikh 10: 13 – 14).
Perlu
saudara camkan baik-baik, Tuhan selalu mendengarkan doa orang yang bertobat dan
Dia menolong mereka, tidak peduli besarnya dosa mereka, misalnya Ahab, seorang
yang paling jahat, waktu dia bertobat, merendahkan diri di hadapan Tuhan, maka
Tuhan Yang Maha Pengampun, Pengasih dan Penyayang, mendengarkan doanya (1
Raja-Raja 21: 29). *JP
No comments:
Post a Comment