Pengumuman

Salam sejahtera,

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Melalui blog ini, kita dapat tetap mempelajari Firman Tuhan, dimanapun dan setiap waktu dengan mengakses melalui komputer atau handphone. Mari kita jangan lelah untuk mengerjakan pekerjaan yang baik.
Tuhan memberkati kita semua.

Kata MUTIARA minggu ini : Bahagia adalah sebuah pilihan

Tim penggembalaan

Tuesday, May 21, 2013

"Salahnya Tuhan !" - Benarkah ?


“Orang Filistin itu berkumpul, lalu bergerak maju, dan berkemah dekat Sunem. Saul mengumpulkan seluruh orang Israel, lalu mereka berkemah di Gilboa. Ketika Saul melihat tentara Filistin itu, maka takutlah ia dan hatinya sangat gemetar. Dan Saul bertanya kepada TUHAN (YHWH), tetapi TUHAN tidak menjawab dia baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi. Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: “Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya.” (1 Samuel 28: 4 – 7).
Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia ………. (1 Tawarikh 10: 13, 14)
Bila kita bertanya kepada Saul, mengapa dia pergi minta pertolongan dukun/ pemanggil arwah? Jawabannya kurang lebih adalah: “Kalau Tuhan menjawab doaku, pasti aku tidak ke dukun.” Jawaban seperti itulah yang tersirat dalam perkataannya kepada arwah yang “menurut sang dukun” muncul dari dalam bumi, Saul sendiri tidak melihat arwah itu - 1 Samuel 28: 13 – 14. Kepada sang “arwah” (dalam tanda petik sebab hanya dilihat oleh sang dukun), Saul berkata: Allah telah undur dari padaku, Ia tidak menjawab aku lagi ….. dst. Sebab itu aku memanggil engkau supaya engkau memberitahukan kepadaku apa yang harus kuperbuat” (1 Samuel 28: 15). Kalau mau diucapkan lebih gamblang lagi, Saul sebenarnya bermaksud: “Aku ke dukun, itu salahnya Tuhan! Siapa suruh Dia tidak menjawab doaku.”
Tetapi tentang Saul ke dukun, Tuhan berkata lain, yaitu: “Saul tidak pernah minta petunjuk Tuhan atau tidak pernah bertanya kepada Tuhan” (1 Tawarikh 10 : 13 – 14).
Bagaimana bisa terjadi perbedaan yang begitu besar? Di satu pihak, Saul berkata bahwa dia berdoa, tetapi di pihak lain Tuhan tidak tidak pernah mendengar Saul berdoa? Kejadiannya mungkin bisa dilukiskan seperti telepon yang salah sambung. Doa itu seperti telepon kepada Allah. Bila kita berdoa bisa digambarkan kita sedang menelepon Tuhan. Seperti telepon salah sambung, begitulah gambaran doa yang dipanjatkan oleh orang berdosa yang tidak bertobat (“Kita tahu bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa” – Yohanes 9: 31a). Saul tidak pernah bertobat dari semua dosa yang dilakukannya (Dosa Saul adalah: “i” tidak taat pada Tuhan; “ii” dengki dan iri hati sehingga dia berkali-kali ingin membunuh Daud; dan: “iii” Saul membunuh 85 orang imam di kota Nob yang dituduhnya menolong Daud, selanjutnya: “iv” dia pun membunuh seluruh penduduk kota Nob). Dari dosa-dosa itu Saul tidak pernah menyesal dan bertobat. Dosa-dosanya itulah yang memisahkan dia dari Tuhan, hubungannya dengan Tuhan terputus, maka doanya pun tidak mencapai hadirat Tuhan (Yesaya 59: 2 à “Yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” ). Saul menyalahkan Tuhan sebagai penyebab dia “terpaksa” ke dukun. Seperti Saul, begitulah juga sikap banyak orang berdosa yang tidak bertobat, y.i. menyalahkan Tuhan sebagai penyebab mereka “terpaksa” bertindak salah (mencari pertolongan dukun, melakukan tindakan kriminal, dsb).   
Menyalahkan Tuhan adalah tindakan “konyol” dan sama sekali tidak membawa kebaikan. Pergi ke dukun adalah dosa yang sangat menghancurkan (Yesaya 8: 19 – 22), itulah sebabnya TUHAN membunuh Saul (1 Tawarikh 10: 13 – 14).
Perlu saudara camkan baik-baik, Tuhan selalu mendengarkan doa orang yang bertobat dan Dia menolong mereka, tidak peduli besarnya dosa mereka, misalnya Ahab, seorang yang paling jahat, waktu dia bertobat, merendahkan diri di hadapan Tuhan, maka Tuhan Yang Maha Pengampun, Pengasih dan Penyayang, mendengarkan doanya (1 Raja-Raja 21: 29). *JP

No comments:

Post a Comment