Pengumuman

Salam sejahtera,

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Melalui blog ini, kita dapat tetap mempelajari Firman Tuhan, dimanapun dan setiap waktu dengan mengakses melalui komputer atau handphone. Mari kita jangan lelah untuk mengerjakan pekerjaan yang baik.
Tuhan memberkati kita semua.

Kata MUTIARA minggu ini : Bahagia adalah sebuah pilihan

Tim penggembalaan

Monday, May 27, 2013

Tuhan Itu Baik

"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turun bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Roma 8: 28)

Tanggal 18 Agustus 2010 di pinggir jalan tol Waru - Surabaya, saya berdiri bengong melihat mobil saya ringsek akibat tabrakan beruntun. Terlintas di benak saya ayat Roma 8: 28 dan saya berkata kepada Tuhan: "Tuhan, coba tunjukkan di mana kebaikan dalam kecelakaan yang saya alami ini!" Dengan lemah lembut, namun pasti Dia berkata: "Bagi orang yang mengasihi Aku dan yang terpanggil dalam rencana-Ku !"
Beberapa hari sebelum kecelakaan itu terjadi, saya berangkat untuk pelayanan pedesaan di Jawa Tengah, selesai pelayanan tsb. saya melanjutkan perjalanan ke Malang menengok ibu mertua yang sudah lama sakit dan pulangnya terjadilah kecelakaan tsb.
Saya berdoa dan berkata: "Baik, Tuhan saya pikir saya mengasihiMu dan terpanggil untuk melakukan pelayanan selama beberapa hari ini. Karena itu saya tunggu saatnya saya melihat kebaikan dari peristiwa ini." Saya tinggalkan mobil di Surabaya untuk perbaikan dan pulang. Setelah kecelakaan tsb. saya bisa dikatakan terus menerus menderita sakit kepala, saya foto kepala dan tulang leher, nampaknya ada sedikit cedera di tulang leher. Mula-mula sakit kepala itu bisa hilang dengan obat-obatan sederhana (panadol dan sejenisnya), tetapi masuk minggu ke 4, sakit kepala itu makin menjadi-jadi sampai akhirnya di hari ke 35 sejak kecelakaan itu, saya bangun pagi dan mendapati tubuh bagian kanan saya lumpuh. Saya pikir saya terserang stroke dan dokter ahli syaraf yang memeriksa saya pagi itu pun sependapat bahwa saya terserang stroke akibat penyumbatan pembuluh darah otak. Dokter berkata, untuk menunda CT scan beberapa hari sampai gejala menjadi tenang. Tetapi anak saya ngotot untuk dilakukan CT scan segera dan dokter menyetujuinya. Ternyata saya menderita perdarahan dalam kepala yang menekan dan mendorong otak kiri saya ke kanan. Itulah yang menyebabkan kelumpuhan bagian kanan tubuh saya. Saya dibawa ke RS Siloam Tangerang, disana saya ditolong oleh Prof  Eka dan timnya. Saya masuk ruang operasi sekitar pukul 10 - 11 malam, dan tahu-tahu saya terjaga di ruang operasi dan mendengar dokter sedang bicara dan bekerja di kepala saya. Saya coba menggerakkan tangan kanan dan kaki kanan saya, ternyata bisa. Melihat saya bergerak-gerak, Prof  Eka menyuruh saya diam, beliau berkata bahwa operasi sudah hampir selesai. Puji Tuhan, selesai tindakan tsb. saya sadar dan bisa menggerakkan bagian kanan tubuh saya. Untuk masalah tsb. saya di opname 4 hari, dan pulang dalam keadaan sehat dan sampai sekarang tidak ada gejala sisa sedikit pun dari peristiwa tsb. diatas.
Peristiwa tsb. menyadarkan saya bahwa manusia itu rapuh; bahwa manusia itu perlu orang lain dan bahwa banyak orang mengasihi saya. Mereka menolong saya, bahkan orang yang tidak saya kenal pun menolong saya. Dan semua itu terjadi karena Tuhan itu baik.
Percayakah sdr. bahwa  Tuhan itu baik bagi sdr?
Setiap mengingat seluruh peristiwa tersebut, saya teringat pujian ini:
            S'mua baik, s'mua baik
            Apa yang t'lah Kau perbuat di dalam hidupku
            S'mua baik, sunggu teramat baik
            Kau jadikan hidupku berarti.

Doa saya, kiranya Tuhan Yesus memberkati saudara. (J.P.)

Penderitaan Sebagai Anugerah

Penderitaan sebagai Anugerah
Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.(1 Petrus 2:19-20)
Setelah kita menerima Tuhan dan diselamatkan, kita hidup dalam kasih karunia Allah. Ini bukan berarti masalah hidup tidak ada, semua aman, tapi justru proses/ujian-ujian masalah hidup terasa semakin berat. Namun waktu kita mengalami penderitaan kita kuat dan bisa mengatasi, itu adalah anugerah dan ini berkenan kepada Tuhan.
Tentu kita paham bahwa pederitaan manusia dan penyebabnya adalah beragam. Ada penderitaan yg terjadi karena sakit penyakit; ada karena ditinggal pergi atau dikhianati orang yg dicintainya; ada pederitaan karena berbagai kesalahan & dosa, termasuk salah dlm mengambil keputusan dan menentukan langkah kehidupan bahkan ada penderitaan karena berbuat baik dan benar. Beberapa penyebab penderitaan karena tindak kejahatan: membunuh, merampok, mencuri, tertangkap korupsi, dll.
Kita pun tdk luput dari penderitaan (memikul salib) karena keputusan beriman kepada Yesus. Banyak orang melakukan kebenaran, kebaikan dan pelayanan tapi harus menanggung banyak penderitaan.
I Petrus 2:19-20 menyatakan adanya perbedaan penderitaan karena berbuat dosa dan penderitaan karena berbuat baik. Menderita sebagai pengikut Kristus, adalah suatu kasih karunia dan mulia. “ Terjemahan WBTC mengatakan, Kalau kamu menderita karena berbuat yang baik dan kamu sabar menanggungnya, itulah yang berkenan bagi Allah. (PB WBTC).
    Beberapa contoh masalah yang kita hadapi yang berkenan kepada Allah:
-       Kita dibenci orang karena Kristus kita sabar dan tidak membalas, itu berkenan kepada Allah.
-       Kita harus berkorban untuk sesuatu yang tidak ada sangkut paut langsung dengan kita, itu berkenan kepada Allah.
-       Kita dicaci maki tapi tidak membalas itu berkenan kepada Allah.
Maka sebagai anak Allah, kita melakukan kebaikan, kebenaran, kasih, pelayanan & ketaatan kepada Tuhan, tapi pun masih menderita, baiklah kita tetap memandang kepada Allah dan percaya bahwa kita dikaruniai kekuatan iman dan kesabaran untuk dapat menanggungnya.

Bila ada orang yang meremehkan, menghina, menghujat diri kita karena pelayanan, kasih & kebenaran yang kita lakukan, mungkin secara manusiawi membuat kita bersedih dan lemah semangat, namun ingatlah kasih karunia Allah, maka niscaya rasa sakit & sedih di hati itu segera lenyap, karena akan digantikan oleh Tuhan dengan sukacita & kebahagiaan sorgawi. (Pdt Ir. Suyapto Tandyawasesa, M.Th.)

Thursday, May 23, 2013

Bahagia Adalah Hasil Dari Sikap Hidup


Dalam khotbah di bukit ini, Tuhan Yesus menekankan bahwa kehidupan yang bahagia adalah hasil atau akibat dari sikap hidup yang tepat. Ada 9 sikap hidup yang tepat dan masing-masing sikap hidup itu membawa kebahagiaan tersendiri. Mari kita lihat:
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga" (Matius 5 : 3)
Hidup bahagia adalah keinginan semua orang. Allah Bapa kita pun menginginkan manusia hidup bahagia. Kenyataannya adalah manusia beranggapan kebahagiaannya tergantung dari apa yang dimilikinya, terutama berapa banyak harta yang dimilikinya. Dengan demikian dalam konsep manusia adalah: kaya identik dengan bahagia, miskin identik dengan tidak bahagia. Manusia tetap ngotot dengan konsep ini, meskipun melihat amat banyak bukti bahwa konsep itu salah. Tuhan Yesus mengajarkan konsep Allah tentang kebahagiaan: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah." Miskin di hadapan Allah tidak berkaitan dengan kaya atau miskin harta dunia, tetapi berkaitan dengan sikap hidup. Orang yang miskin di hadapan adalah orang yang hidup dengan kesadaran bahwa dia tidak mempunyai kemampuan apa pun untuk mengatur hidupnya, karena itu dia berserah sepenuhnya dan bergantung sepenuhnya ke pada Allah. Artinya: si kaya tidak mempercayai hartanya dan sebaliknya si miskin tidak putus asa karena tidak memiliki uang. Orang-orang yang seperti inilah disebut miskin di hadapan Allah, dan mereka bahagia karena mereka memiliki Kerajaan Sorga. Bila sdr kaitkan ayat ini dengan Matius 6: 33, maka sdr bisa tahu bahwa miskin di hadapan Allah adalah cara untuk mencari kerajaan Sorga dan cara untuk berkecukupan dalam segala sesuatu dan itulah kebahagiaan.
"Berbahagialah orang berdukacita, karena mereka akan dihibur" (Matius 5 : 4)
Semua orang ingin bergembira, Tuhan pun ingin agar kita bersukacita, bahkan Tuhan memerintahkan agar kita senantiasa bersukacita (1 Tesalonika 5: 16 è"Bersukacitalah senantiasa"). Tetapi Tuhan Yesus juga berkata: "Berbahagialah orang yang berdukacita." Bisakah orang pada saat yang bersamaan bersukacita dan berdukacita? Jawabnya adalah: Kita harus bersukacita untuk apa dan harus berdukacita untuk apa? Kita harus bersyukur dan bersukacita untuk semua anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Tetapi kita harus berdukacita melihat keadaan dunia sekeliling kita yang penuh penderitaan, dosa dan kebinasaan. Orang dunia tertawa melihat dosa, bahkan bersukacita di atas penderitaan orang lain atau di atas kematian orang lain. Orang Kristen harus melihat keadaan dunia ini dari pandangan Tuhan. Tuhan berdukacita melihat keadaan dunia ini, maka seharusnya kita pun berdukacita melihat penderitaan dan dosa dunia ini. Dukacita Tuhan menyebabkan Tuhan melakukan sesuatu untuk menolong dunia ini, itu sebabnya Tuhan Yesus lahir sebagai manusia. Bila kita berdukacita terhadap keadaan dunia disekitar kita, maka kita pun mau tidak mau akan melakukan sesuatu untuk menolong dunia di sekitar kita. Bila kita melakukannya, maka kita berbahagia dengan penghiburan yang dari Tuhan sendiri.
"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi" (Matius 5 : 5)
Di dunia ini berlaku hukum siapa kuat dia yang menang. Si kuat menindas yang lemah. Dalam pengertian dunia, lemah lembut adalah cara seseorang berkata-kata. Itu sebabnya di dunia orang berkata-kata dengan lemah lembut, tetapi tindakannya kejam terhadap sesama. Jikalau lemah lembut hanya berkaitan dengan cara berkata-kata, maka Tuhan Yesus bukanlah orang yang lemah lembut, contohnya perkataanNya yang begitu keras terhadap orang Farisi ("Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik ...... dst" - Matius 23) yang menyulut kemarahan mereka, atau waktu Dia dengan keras memukul, mencambuk orang-orang yang berdagang di Bait Allah. Tetapi, Tuhan Yesus berkata: Aku lemah lembut (Mat 11: 29). Kelemah lembutan Tuhan Yesus dinyatakan dalam sikapNya dan tindakanNya yang berbelas kasihan melihat penderitaan orang lain, sehingga Dia menjamah orang sakit kusta, masuk ke rumah orang berdosa, menyembuhkan orang yang sakit. Sdr, di tahun yang baru ini marilah kita mengembangkan sikap lemah lembut ini dengan belajar dari DIA (Mat 11: 29). Dengan cara itu kita menolong orang lain dan dengan cara itu juga kita berbahagia. Tuhan Yesus menjanjikan berkat bagi orang yang lemah lembut: Ia akan memiliki bumi. Orang yang memiliki bumi, tentunya memiliki segala yang diperlukannya untuk mencukupi hidupnya dengan baik.
"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan" (Matius 5 : 6)
Tuhan Yesus berkata tentang: "Haus dan lapar akan kebenaran." Apakah kebenaran itu? Ada beberapa unsur yang terkandung dalam kebenaran, y.i. kejujuran, keterbukaan, keadilan, ketulusan dalam perkataan maupun perbuatan. Sayangnya kebenaran yang dikenal dunia sifatnya relatif. Ada hal-hal yang dulu dianggap benar, sekarang salah dan ada hal-hal yang dulu salah sekarang dianggap benar. Ada kelompok masyarakat yang menganggap benar bahkan memuji pengkhianatan, ada pula kelompok lain yang menganggap percabulan sebagai hal benar. Hal yang benar di Barat bisa salah di Timur dan sebaliknya. Dengan kata lain, sebenarnya dunia ini tidak mengetahui kebenaran yang hakiki. Orang yang haus dan lapar akan kebenaran, tidak akan bisa dipuaskan oleh dunia. Pilatus bertanya kepada Tuhan Yesus: "Apakah kebenaran itu?" (Yoh 18: 38a). Tuhan Yesus berkata: "Aku memberi kesaksian tentang kebenaran, ..." (Yoh 18: 37 b) dan   kepada   murid-murid-Nya,   Tuhan Yesus berkata: "Akulah Kebenaran" (Yoh 14: 6). Kebenaran adalah Tuhan Yesus sendiri. Orang yang haus dan lapar, pasti dengan sungguh-sungguh mencari makanan dan minuman untuk memuaskan dirinya. Begitulah orang yang haus dan lapar akan kebenaran harus dengan segenap hati datang kepada Tuhan Yesus dan mendengarkan apa yang difirmankanNya. Dan di hadirat Tuhan Yesus dia mendapat kepuasan yang sejati - kebahagiaan sejati.
"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan" (Matius 5 : 7)
Meski pun kemurahan hati selalu berkaitan dengan perbuatan baik/ pemberian, namun kemurahan hati bukan hanya sekedar memberikan sedekah kepada pengemis atau memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkannya. Misalnya bila di dompet sdr selalu ada uang beratus-ratus ribu rupiah (tidak pernah merasakan tanggal tua), maka memberikan sedekah cepek atau gopek kepada pengemis cacat bukanlah cermin kemurahan hati, atau sdr sedang berjalan-jalan santai lalu membantu orang jompo menyeberang jalan itu bukan cermin kemurahan hati. Dalam kemurahan hati terkandung unsur utama mengasihi, belas kasihan dan tanggung jawab. Tuhan Yesus berkata: "Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati" (Lukas 6: 36). Kemurahan hati Bapa di surga dinyatakan dengan kasih karuniaNya y.i. perbuatanNya yang baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterimakasih dan terhadap orang-orang jahat (Luk 6: 35 c). Dulu saya punya staf yang isterinya lari ke sana sini mencari hutang untuk membeli beras, staf tsb. dengan nyaman duduk di warung - makan, minum dan merokok. Staf saya itu tidak murah hati, terhadap keluarganya sendiri ia tidak murah hati, apalagi terhadap orang lain. Sdr marilah kita mulai bermurah hati kepada orang-orang terkasih kita y.i. anak, isteri atau suami kita sendiri. Dengan kasih, belas kasihan dan tanggung jawab utamakan kepentingan atau kebutuhan mereka, meski pun untuk itu sdr harus mengorbankan kepentingan atau kebutuhanmu. Lalu perluaslah tindakan seperti itu kepada orang-orang lain yang Tuhan pertemukan denganmu. Tuhan berjanji, kebahagiaan adalah milik orang yang murah hati, karena dia pun akan me-nerima kemurahan hati.
"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka  akan melihat Allah" (Matius 5 : 8)
Bila sdr. mendengarkan omongan kaum Seleb di T.V., perhatikan mereka ngomong seperti orang suci saja. Dan celakanya, omongan yang kedengarannya suci itu dipakai untuk membenarkan perbuatan atau tingkah laku mereka yang benar-benar tidak suci, misalnya untuk membenarkan perselingkuhannya atau perceraiannya, mereka bilang: "Tuhan sudah menentukan jodoh saya dengan dia sampai di sini." Yang mereka lakukan itu adalah "kepalsuan." Tuhan Yesus berkata, tentang "Suci hatinya", bukan suci perkataannya. Suci hatinya dinyatakan dalam "Perkataan Yang Suci" disahkan oleh "Perbuatan Yang Suci" sesuai dengan perkataannya. Orang yang suci hatinya, tidak mencari-cari perkataan baik agar perbuatannya yang najis kelihatan suci. Orang yang suci hatinya dengan lugas akan berkata "ya" kalau memang "ya" dan "tidak" kalau memang "tidak." Dengan kata lain, dalam kesucian hati terkandung unsur kejujuran, ketulusan dan kebenaran yang mutlak. Kebenaran yang mutlak adalah Tuhan Yesus sendiri, karena itu, hanya orang yang ada di dalam Tuhan Yesus dan berjalan atau hidup bersama Tuhan Yesuslah bisa suci hatinya, Tuhan Yesus selalu menyucikannya dengan DarahNya sendiri. Hanya orang yang suci hatinya seperti itulah yang akan melihat Allah (Ibrani 12: 14b è kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan), dan di situlah terletak kebahagiaan yang sejati.

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Matius 5 : 9)
Dalam Mikha 7: 6 dinubuatkan sebagai berikut: "Sebab anak laki-laki menghina ayahnya, anak perempuan bangkit melawan ibunya, menantu perempuan melawan ibu mertuanya, musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya." Sesuai nubuatan tersebut berarti dalam keluarga selalu ada pertengkaran dan kemarahan sehingga dapat dikatakan tidak ada damai di dalam keluarga. Keluarga tidak damai, masyarakat pnn tidak damai. Dua hal penting yang menyebabkan tidak ada damai y.i. (1) Perkataan yang tidak benar, misalnya kebohongan atau perkataan yang kasar dan (2) Perbuatan yang jahat a.l. KDRT, Tidak setia, Seenaknya sendiri.
Jadi bagaimana kita bisa menjadi pembawa damai? Yaitu (1) Bila kita menjaga  perkataan. Sesuai Amsal Salomo 15: 1, perkataan yang lemah lembut sangat berguna untuk membawa damai, asalkan perkataan itu bersumber dari hati yang tulus. Kalau hati tidak tulus, maka perkataan yang lemah lembut adalah alat untuk menipu. (2) Perbuatan baik. Sesuai Roma 12: 30, perbuatan baik terhadap seteru (menolong seteru) berdampak perdamaian (Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api diatas kepalanya). Kemudian tertulis dalam Matius 5: 39 perkataan Tuhan Yesus bahwa, kita harus berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepada kita, misalnya dengan mengalah (itulah arti sederhana dari ungkapan: Siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu). Dengan melakukan semuanya itu di rumah, kita adalah pembawa damai di keluarga dan keluarga yang damai menyebabkan masyarakat damai. Tuhan Yesus berkata Di situlah kebahagiaan kita, sebab dengan itu kita diakui (disebut) sebagai anak-anak Allah.
"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu" (Matius 5 : 10 - 12)
Dan yang terakhir Tuhan Yesus menekankan bahwa kita berbahagia bila kita rela menderita demi kebenaran, menderita demi Tuhan Yesus dan bila kita rela menanggung fitnah karena kita hidup dalam Tuhan Yesus. Ini tidak ada kaitannya dengan kaya atau miskin, tetapi pada sikap hidup yang teguh di dalam Tuhan. Sebab tidak selalu terjadi orang yang dianiaya itu miskin harta, dan sebaliknya tidak selalu terjadi tidak ada aniaya berarti kaya. Tuhan Yesus berkata bahwa semua nabi telah dianiaya. Dan yang pasti Tuhan Yesus berfirman bahwa seperti dunia menganiaya Tuhan Yesus, begitulah dunia akan menganiaya orang yang mengikut Tuhan Yesus (Yoh 15: 20 è "....... Jikalau meeka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; ....."). Aniaya dalam tingkat yang paling ringan adalah perlakuan yang berbeda, diskriminatif terhadap pengikut Tuhan Yesus, atau perlakuan tidak adil - misalnya hambatan kenaikan pangkat/ jabatan atau hambatan dalam melanjutkan pendidikan, fitnah (saya pernah mendengar fitnah bahwa orang Kristen itu sex bebas) dll hambatan yang dibuat untuk menyulitkan pengikut Tuhan Yesus. Dalam tingkat yang paling berat bisa berarti penjara sampai pembunuhan. Tetapi Tuhan Yesus berkata, justru dalam aniaya itulah terletak kebahagiaan dan sukacita dan kegembiraan pengikut-pengikutnya. Bila belum pernah mengalaminya kita tidak bisa memahami apakah benar orang bisa berbahagia, bersukacita dan bergembira waktu dianiaya karena Tuhan Yesus. Tetapi selama 2000 tahun sejarah gereja membuktikan bahwa sampai hari ini orang-orang yang rela menderita aniaya karena Nama Tuhan Yesus adalah orang yang berbahagia sebagai pemilik kerajaan Surga.

Allah Mengingat Saudara


Maka Allah mengingat Nuh dan segala binatang liar dan segala ternak, yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu, dan Allah membuat angin menghembus melalui bumi, sehingga air itu turun (Kejadian 8: 1) 

“Tekanan terbesar terhadap seorang yang sedang berada dalam penderitaan (masalah, pencobaan, aniaya dll) adalah pikiran bahwa dia ditinggalkan sendiri oleh teman-teman, sahabat, saudara dan gerejanya. Tetapi 2 Korintus 6: 10 mengatakan: Meski pun  kita tidak memiliki apa pun, tetapi sebenarnya memiliki segala sesuatu. Aku tidak miskin dan tidak dilupakan. Saudara pun tidak miskin, tidak pernah sendirian dan tidak pernah dilupakan.
Sebenarnya, Nuh adalah orang yang paling kesepian dan dilupakan di dunia. Dia hidup sendirian ditengah dua banjir. 600 tahun pertama, dia sebagai orang benar, hidup sendirian ditengah banjir dosa yang melanda seluruh dunia. Kemudian diusia Nuh yang ke 600 tahun, Allah mengirimkan penghukuman, yaitu air bah yang memusnahkan seluruh mahluk hidup di kolong langit. Sekarang, disegala penjuru Nuh dikelilingi oleh kematian dan air. Dari jendela bahtera yang terlihat hanya air, langit dan kesunyian, tanpa kejelasan kapan air akan  surut  dan  kehidupan  normal didaratan dapat dimulai lagi. Tetapi Nuh tidak ditinggalkan dan tidak dilupakan oleh Allah. Allah mengingat Nuh, maka dibuatNya Nuh ada dalam bahtera waktu air bah datang dan kemudian dibuatNya pula air bah menjadi surut, sehingga Nuh sekeluarga bisa keluar dan membangun kehidupan baru diatas daratan.
Mengapa Allah mengingat Nuh? Karena Allah melihat hati Nuh dan didapati-Nya:
1.      Kehidupan Nuh yang benar (Kejadian 6: 9 -> Nuh adalah seorang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah). Ditengah-tengah banjir dosa, Nuh tetap hidup di dalam kebenaran.
2.      Komitmennya untuk taat pada Allah (Kejadian 6: 22 -> Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya). 120 tahun lamanya (lebih lama dari umur orang jaman sekarang), dia melakukan perintah Allah dengan tepat.
Akibatnya: Allah mengingat Nuh dan terjadilah mjizat, harapan terwujud, segala masalah dibereskan.
Tuhan Yesus berkata: “Keadaan diakhir jaman adalah seperti keadaan di jaman Nuh” (Matius 24: 25). Hiduplah dalam teladan Nuh, maka Allah mengingat saudara dan akibatnya dalam kehidupan saudara terjadi mujizat, harapan terwujud, segala masalah dibereskan dan diatas segalanya keselamatan bagi saudara.
Maukah saudara? *JP

Tuesday, May 21, 2013

"Salahnya Tuhan !" - Benarkah ?


“Orang Filistin itu berkumpul, lalu bergerak maju, dan berkemah dekat Sunem. Saul mengumpulkan seluruh orang Israel, lalu mereka berkemah di Gilboa. Ketika Saul melihat tentara Filistin itu, maka takutlah ia dan hatinya sangat gemetar. Dan Saul bertanya kepada TUHAN (YHWH), tetapi TUHAN tidak menjawab dia baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi. Lalu berkatalah Saul kepada para pegawainya: “Carilah bagiku seorang perempuan yang sanggup memanggil arwah; maka aku hendak pergi kepadanya dan meminta petunjuk kepadanya.” (1 Samuel 28: 4 – 7).
Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia ………. (1 Tawarikh 10: 13, 14)
Bila kita bertanya kepada Saul, mengapa dia pergi minta pertolongan dukun/ pemanggil arwah? Jawabannya kurang lebih adalah: “Kalau Tuhan menjawab doaku, pasti aku tidak ke dukun.” Jawaban seperti itulah yang tersirat dalam perkataannya kepada arwah yang “menurut sang dukun” muncul dari dalam bumi, Saul sendiri tidak melihat arwah itu - 1 Samuel 28: 13 – 14. Kepada sang “arwah” (dalam tanda petik sebab hanya dilihat oleh sang dukun), Saul berkata: Allah telah undur dari padaku, Ia tidak menjawab aku lagi ….. dst. Sebab itu aku memanggil engkau supaya engkau memberitahukan kepadaku apa yang harus kuperbuat” (1 Samuel 28: 15). Kalau mau diucapkan lebih gamblang lagi, Saul sebenarnya bermaksud: “Aku ke dukun, itu salahnya Tuhan! Siapa suruh Dia tidak menjawab doaku.”
Tetapi tentang Saul ke dukun, Tuhan berkata lain, yaitu: “Saul tidak pernah minta petunjuk Tuhan atau tidak pernah bertanya kepada Tuhan” (1 Tawarikh 10 : 13 – 14).
Bagaimana bisa terjadi perbedaan yang begitu besar? Di satu pihak, Saul berkata bahwa dia berdoa, tetapi di pihak lain Tuhan tidak tidak pernah mendengar Saul berdoa? Kejadiannya mungkin bisa dilukiskan seperti telepon yang salah sambung. Doa itu seperti telepon kepada Allah. Bila kita berdoa bisa digambarkan kita sedang menelepon Tuhan. Seperti telepon salah sambung, begitulah gambaran doa yang dipanjatkan oleh orang berdosa yang tidak bertobat (“Kita tahu bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa” – Yohanes 9: 31a). Saul tidak pernah bertobat dari semua dosa yang dilakukannya (Dosa Saul adalah: “i” tidak taat pada Tuhan; “ii” dengki dan iri hati sehingga dia berkali-kali ingin membunuh Daud; dan: “iii” Saul membunuh 85 orang imam di kota Nob yang dituduhnya menolong Daud, selanjutnya: “iv” dia pun membunuh seluruh penduduk kota Nob). Dari dosa-dosa itu Saul tidak pernah menyesal dan bertobat. Dosa-dosanya itulah yang memisahkan dia dari Tuhan, hubungannya dengan Tuhan terputus, maka doanya pun tidak mencapai hadirat Tuhan (Yesaya 59: 2 à “Yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” ). Saul menyalahkan Tuhan sebagai penyebab dia “terpaksa” ke dukun. Seperti Saul, begitulah juga sikap banyak orang berdosa yang tidak bertobat, y.i. menyalahkan Tuhan sebagai penyebab mereka “terpaksa” bertindak salah (mencari pertolongan dukun, melakukan tindakan kriminal, dsb).   
Menyalahkan Tuhan adalah tindakan “konyol” dan sama sekali tidak membawa kebaikan. Pergi ke dukun adalah dosa yang sangat menghancurkan (Yesaya 8: 19 – 22), itulah sebabnya TUHAN membunuh Saul (1 Tawarikh 10: 13 – 14).
Perlu saudara camkan baik-baik, Tuhan selalu mendengarkan doa orang yang bertobat dan Dia menolong mereka, tidak peduli besarnya dosa mereka, misalnya Ahab, seorang yang paling jahat, waktu dia bertobat, merendahkan diri di hadapan Tuhan, maka Tuhan Yang Maha Pengampun, Pengasih dan Penyayang, mendengarkan doanya (1 Raja-Raja 21: 29). *JP

Friday, May 17, 2013

ARTI ANUGERAH


Matius 11 : 27 - 28

Saya mengajak saudara berkhayal/ berimajinasi, sbb: Ada seorang gelandangan kotor dan bau mendekati sdr dan berkata: "Bapak/ Ibu siapa namanya? Dimana tinggalnya? Saya bernama 'Anu', saya tidak punya tempat tinggal. Bolehkah saya mampir kerumah Bapak/ Ibu?" Kira-kira maukah sdr berkenalan dengan si gelandangan dan memberinya kesempatan mampir ke rumah sdr? Saya rasa jawabannya adalah 99,9% sdr menolak perkenalan tsb.
Tetapi bagaimana bila yang terjadi sebaliknya. Ada seorang gelandangan dan sdr jatuh kasihan padanya. Sdr menghampirinya dan berkata kepadanya: "Bapak/ Ibu perkenalkan saya bernama 'Anu', pekerjaan saya 'anu', saya mengundang bapak/ ibu mampir ke rumah saya di jalan 'anu', saya tunggu kedatangannya kapan saja." Bagaimana reaksi si gelandangan tsb? Saya rasa jawabannya 99,9% menyambut perkenalan tsb dengan gembira. Itulah "anugerah."
Pemazmur  berkata: " Aku  ini  kecil  dan hina" (Maz 119: 141). Saya sangat bersyukur, sebab sesuai Matius 11: 27 ("Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya), Allah Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus datang kepada saya dan sdr - menyatakan diri kepada kita sehingga kita bisa mengenal Dia dan bahkan Dia berkata: "Kapan saja kamu perlu, datanglah padaKu, aku akan menolong kamu." (Matius 11: 28 - Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu; Ibrani 4: 16 - Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya).
Ironisnya, justru kitalah seringkali malas datang kepadaNya untuk mendapat per-tolongan, malah seringkali banyak orang berpikir "DIA-lah yang butuh kita dan bukan kita yang perlu DIA." 

Thursday, May 16, 2013

JANGAN LARI, TETAPI HADAPI MASALAHMU BERSAMA TUHAN


Kejadian 32 : 22 - 32

Yakub mempunyai masalah dengan Esau, saudaranya. Untuk menghindari kemarahan Esau, Yakub melarikan diri ke rumah Laban, pamannya, di Haran. Dalam pelarian tsb. pada suatu malam Tuhan menampakkan Diri melalui mimpi kepada Yakub dan berjanji, bahwa Dia menyertai, memberkati dan memberikan tanah Kanaan yang saat itu ditinggalkannya kepada Yakub. Selama dua puluh tahun Yakub tinggal bersama Laban di Haran, kehidupannya tidak bisa dikatakan buruk, meskipun dia sempat ditipu berkali-kali oleh pamannya. Dalam waktu 20 tahun di Haran, Yakub yang semua datang hanya membawa sebuah tongkat bertumbuh menjadi keluarga yang besar (dia memiliki 4 isteri dan 12 anak) dan sejumlah besar ternak. Tetapi, Yakub belum sepenuhnya menerima penggenapan janji Tuhan, y.i. dia belum di Kanaan - Tanah Perjanjian Tuhan kepadanya. Kemudian Tuhan memerintahkan kepadanya untuk pulang ke Kanaan (Kejadian 31: 2 sbb "Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Yakub: "Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan Aku akan menyertai engkau.""). 
Taat pada perintah Tuhan, ditambah lagi sikap sang paman dan keluarganya yang makin tidak bersahabat, maka Yakub pulang ke Kanaan. Namun, diperbatasan Kanaan Yakub mendapat hambatan yang nampaknya tidak mungkin dapat diatasinya, yaitu: masalah lama dengan Esau, saudaranya. Waktu mendengar kabar dari utusan Yakub tentang kedatangan Yakub, Esau yang pernah sumbar untuk membunuh Yakub segera berangkat membawa 400 tentara bersenjata. Mendengar kabar tentang Esau tsb. Yakub sangat ketakutan, namun dia banyak akal. Untuk melunakkan hati Esau, dia memberikan banyak ternak. Untuk menyelamatkan keluarganya, dia membagi kafilahnya sedemikian rupa sehingga anak isterinya sedapat-dapatnya bisa dijaga keselamatannya. Tetapi tindakanya itu tidak bisa menyingkirkan ketakutannya. Maka, dia berpaling ke pada Tuhan dalam doa yang sangat serius - bersungguh-sungguh, dalam Alkitab diungkapkan sebagai: Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing .............. sahut Yakub: "Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku" (Kejadian 32: 24 dan 26 b). Dengan kata lain dalam pergumulan doanya Yakub tidak mau berhenti, sampai dia menerima berkat atau jawaban Tuhan. Tuhan memberkati Yakub, tetapi dituliskan pula bahwa "Tuhan memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sejak itu Yakub menjadi pincang." Yakub yang sedang dalam masalah besar menghadapi Esau, sekarang kelihatannya berada dalam masalah yang lebih besar, keadaannya yang pincang menyebabkan dia tidak bisa lari dari Esau. 
Saya renungkan: Setelah Yakub berdoa nampaknya makin menghadapi jalan buntu. Dia sekarang cacat, kaki-nya yang pincang menyebabkan dia makin  tidak berdaya dan dia tidak bisa lari dari Esau. Akibatnya mau tidak mau dalam ketidak berdayaannya itu dia harus menghadapi Esau. Satu-satunya pilihan bagi Yakub adalah percaya pada Tuhan yang telah memberkatinya dan menjanjikan kemenangan padanya dengan mengganti namanya menjadi Israel (ay 28). Dia harus percaya bahwa dalam konfliknya dengan Esau, dia menang bersama Tuhan. Dari pernyataan Yakub di ayat 30 (perhatikan kata-kata ini: "..... nyawaku tertolong"), jelas bahwa Yakub memilih untuk percaya pada Tuhan dan hasilnya diungkapkan oleh Musa sebagai: Yakub melihat "matahari terbit" (ay 31) menggantikan kegelapan malam sebelumnya. Kenyataan berikutnya adalah: Esau datang dan pada saat dia melihat Yakub, Esau memeluk dan mencium Yakub. Masalah Yakub selesai secara ajaib dan jalan ke Kanaan negeri Perjanjian terbuka lebar baginya. 
Dalam menghadapi beratnya masalah dan pergumulan hidup ini, semoga sdr mengambil sikap dan keputusan seperti Yakub, yi.: Berdoa sampai Tuhan menjawab/ memberkati sdr. Sadari kelemahan sdr, jangan lari dari masalahmu, tetapi majulah bersama Tuhan menghadapi masalahmu. Dan sdr akan mengalami kebenaran firman ini: "Sebab jika aku lemah, maka aku kuat......., sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-KU menjadi sempurna" (2 Korintus 12: 9) dan tibalah saatnya saudara menerima penggenapan janji Tuhan pada sdr, yaitu kehidupan yang diberkati sepenuhnya.

AKIBAT AS-BUN (ASAL BUNYI / NGOMONG)


1 Samuel 14 : 23 - 45
Kita semua pernah As-Bun, alias bicara tanpa berpikir dulu, biasanya itu terjadi karena kita terlalu dikuasai emosi, bisa saja kita terburu-buru berjanji, atau sebaliknya terburu-buru marah atau mengutuk. Berbicara seperti itu selalu menimbulkan akibat yang sangat merugikan. Contohnya adalah Raja Saul. Saking bersemangatnya mengejar orang Filistin yang kalah dalam pertempuran, maka untuk mendorong tentaranya terus maju menyerang orang Filistin, Raja Saul mengucapkan kutuk yang gegabah, yang sama sekali tidak perlu diucapkannya dan memaksa rakyatnya untuk bersumpah. Perkataan kutuk Saul yang gegabah itu menyebabkan:  (1) Dia tidak bisa meraih kemenangan besar terhadap orang Filistin, sebab tentaranya bukan justru makin kuat, tetapi jadi lemah karena lapar dan haus. 1 Samuel 14: ay 28 à Dan seorang dari rakyat berbicara, katanya: “Ayahmu telah menyuruh rakyat bersumpah dengan bersungguh-sungguh, katanya: Terkutuklah orang yang memakan sesuatu pada hari ini; sebab itu rakyat letih lesu.” Akibatnya mereka gagal mencapai kemenangan yang seharusnya bias mereka raih, seperti yang dikatakan Yonatan sbb “Ayahku telah mencelakakan negeri; coba lihat, bagaimana terangnya mataku, setelah aku merasai sedikit dari madu ini. Apalagi, jika sekiranya rakyat pada hari ini boleh makan dengan bebas dari jarahan musuhnya, yang didapatnya! Tetapi sekarang tidaklah besar kekalahan di antara orang Filistin” (1 Samuel 14: 29- 30).    (2)  Menyebabkan rakyatnya berdosa. Begitu lapar dan hausnya tentara Israel, sehingga mereka menyembelih ternak jarahan dan dimakan begitu saja dengan darahnya juga (ay 31- 32). (3) Menjerumuskan dirinya sendiri dalam persoalan yang sangat sulit. Yonatan yang tidak tahu tentang kutuk ayahnya, telah makan madu (ay 27). Sekali lagi Saul bicara tanpa berpikir. Bacalah 1 Samuel 14: 38- 39 sbb à Lalu kata Saul: “Datanglah kemari, kamu segala pemuka raykat; berusahalah mengetahui apa sebab dosa ini terjadi pada hari ini. Sebab demi Tuhan yang hidup, yang menyelamatkan orang Israel, sekalipun itu disebabkan oleh Yonatan, anakku, maka ia pasti akan mati.” Saul tidak tahu bahwa Yonatanlah yang telah melanggar sumpah kutuk yang dibuatnya. Akibatnya sekarang Saul harus membunuh Yonatan (ay 44), perkataannya yang As-Bun menimpa dirinya sendiri. Kejadian ini berakhir dengan Saul kalah terhadap tekanan rakyatnya yang menuntut pembebasan Yonatan (ay 45), dalam hal ini dia ke-hilangan kewibawaannya sebagai raja dan musuhnya luput dari kekalahan total. Karena itu hendaklah kita selalu ingat nasihat ini :" Setiap orang hendaknya .......... lambat untuk berkata-kata dan juga lambat untuk marah" (Yakobus 1 : 19). *JP

Wednesday, May 15, 2013

TINDAKAN IMAN, BUKAN NEKAT

Berkatalah Yonatan kepada bujang pembawa senjatanya itu: "Mari kita menyeberang ke dekat pasukan pengawal orang-orang yang tidak bersunat ini. Mungkin TUHAN akan bertindak untuk kita, sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun sedikit orang." 
(1 Samuel 14: 6).

Orang beriman berani melakukan hal-hal yang mustahil dan berhasil. Namun, seringkali sukar membedakan antara tindakan yang dilakukan dengan iman atau tindakan orang nekat. Bagaimana membedakan tindakan iman dengan tindakan nekat? Dari peristiwa yang tertulis dalam 1 Samuel 14: 1 - 14 kita bisa mempelajari tindakan iman berbeda dengan nekat.
Dalam pertempuran melawan orang Filistin, orang Israel berada dalam posisi sangat terdesak. Orang Filistin telah menjarah dan menguasai sebagian besar wilayah Israel. Sedangkan dipihak Israel, sebagian besar tentaranya telah melarikan diri, bahkan banyak yang menyeberang ke pihak orang Filistin (Dalam 1 Samuel 14: 21, dikatakan tentang orang Ibrani/ Israel yang telah bergabung dengan tentara Filistin). Begitu terdesaknya orang Israel, sehingga di hari pertempuran itu mereka hanya memiliki 600 orang tentara dan dua bilah pedang/ lembing yang ditangan Saul dan Yonatan (1 Samuel 13: 22). Benarkah tidak ada harapan? Tidak, sebab selama masih ada orang beriman, selalu masih ada harapan. Yonatan memiliki iman dan pengharapan kepada Tuhan (1 Samuel 14: 6). Karena iman itulah Yonatan mempunyai harapan, maka Yonatan bertindak, bukan cuma duduk dan menggerutu di lobang-lobang persembunyiannya, mengenai keadaannya yang begitu buruk dan menderita. Tetapi, Yonatan juga tidak bertindak nekat semaunya sendiri seperti yang biasanya dilakukan oleh orang yang putus asa. Yonatan hanya mau bertindak bila Tuhan memimpinnya, seperti yang diungkapkan dalam kata-katanya sbb: Kata Yonatan: "Perhatikan, kita menyeberang ke dekat orang-orang itu dan memperlihatkan diri kepada mereka. Apabila kata mereka kepada kita begini: Berhentilah, sampai kami datang padamu, maka kita tinggal berdiri di tempat kita dan tidak naik mendapatkan mereka, tetapi apabila kata mereka begini: Naiklah ke mari, maka kita akan naik, sebab kalau demikian TUHAN telah menyerahkan mereka ke dalam tangan kita. Itulah tandanya bagi kita." (1 Samuel 14: 8 - 10). Yonatan sepenuhnya bertindak atas pimpinan Tuhan dan itulah yang membawanya ke pada kemenangan di dalam TUHAN, kemenangan yang sebenarnya mustahil dicapainya (1 Samuel 14: 12- 14). Inilah contoh tindakan iman. 
Sebaliknya, tindakan nekat adalah tindakan yang dilakkukan karena putus asa, tanpa mempedulikan pertimbangan orang lain atau tanpa mempedulikan kehendak dan pimpinan Tuhan. Orang nekat berkata: "Apa boleh buat, bagaimana nanti sajalah!" Mereka bertindak semaunya sendiri dengan taruhan mati atau hidup.
Tindakan iman dilakukan dengan kepastian: Berhasil! Sebab tidak ada yang musahil bagi orang percaya.(Markus 9: 23 b).
Jadi, dalam segala situasi kehidupan, betapa pun beratnya atau sulitnya kehidupan saudara, jangan pernah menjadi orang nekat dan bertindak semaunya sendiri (= bertindak bodoh), tetapi tetaplah beriman dan berharap, carilah dan tunggulah dengan segenap hati pimpinan Tuhan kemudian bertindaklah sesuai pimpinan-Nya.

Roh Kudus Membantu Kita Berdoa


Roh Kudus Membantu Kita Berdoa
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapan. (Roma 8:26)
.
Ketika kita sedang menghadapi pergumulan hidup yang berat seringkali kita tidak dapat berkata-kata karena kita tidak tahu apa yang harus kita katakan atau ucapkan, sebagaimana yang dialami oleh jemaat yang di Roma. Tapi dalam hal seperti itu kita patut bersyukur pada Tuhan, karena Roh Kudus akan menolong kita untuk menyampaikan setiap keluhan kita pada Tuhan ( Roma 8:26). Dan janji pertolongan ini diberikan bagi setiap orang percaya. Berdoa merupakan pekerjaan yang tidak mudah! Saat kita menghadapi masalah, lebih gampang bagi kita untuk langsung berpikir dan berusaha mencari jalan keluarnya daripada kita berdoa. Akan tetapi, berdoa merupakan suatu disiplin rohani yang amat penting bagi umat Tuhan. Dengan berdoa, kita menyatakan ketidakberdayaan dan kebergantungan kita kepada Tuhan. Dengan berdoa, kita belajar untuk menyesuaikan hidup kita dengan kehendak Tuhan. Dengan berdoa, kita belajar untuk mempercayai bahwa Tuhan bisa memakai semua keadaan dan semua peristiwa untuk menjadi kebaikan bagi kita. Apakah kita telah membiasakan diri untuk senantiasa berdoa dalam segala keadaan? Apakah kita telah membiasakan diri untuk mengandalkan pertolongan Roh Kudus dalam berdoa? Saya percaya kalau kita membiasakan diri melakukannya maka tidak ada masalah yang tidak dapat kita tanggung/menangkan karena Dia sudah mengalahkan. *PP
Penolong Yang Lain
Aku akan minta kepada Bapa, dan IA akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya IA menyertai kamu selama-lamanya. (Yohanes 14:16)

Ayat ini merupakan janji Tuhan Yesus kepada para muridNya yaitu untuk memberi  seorang  penolong yang lain. Kata "Penolong" berasal dari kata Yunani parakletos yang bisa berarti "Penolong, Penghibur, Pembela, atau Seseorang yang selalu mendampingi". Sedangkan kata "yang lain" berarti bahwa Roh Kudus menggantikan posisi Tuhan Yesus dalam hubungan dengan murid-murid-Nya.
Keberadaan Roh Kudus sebagai pengganti posisi Tuhan Yesus itu sangat penting bagi para murid. Pada saat para murid masih berada bersama-sama dengan Tuhan Yesus, mereka bisa mengandalkan Tuhan Yesus dalam menghadapi setiap permasalahan. Oleh karena itu, ketika Tuhan Yesus meninggalkan mereka, mereka pasti kebingungan karena kehilangan pegangan, sehingga posisi Roh Kudus sebagai pengganti posisi Tuhan Yesus itu sangat penting. Pada masa kini, kita sudah tidak mengalami kehadiran Tuhan Yesus secara fisik seperti yang dialami oleh para murid Tuhan Yesus waktu itu. Sekalipun demikian, Roh Kudus yang dijanjikan bagi para murid itu juga dijanjikan kepada kita. Bila kita merasa tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal besar bagi Tuhan, ingatlah bahwa Roh Kudus yang sama masih siap untuk mendampingi kita dan menolong kita menyelesaikan setiap permasalahan dalam hidup kita. Kita sendiri tidak berdaya, tetapi kita bersama dengan Roh Kudus akan membuat hal-hal yang tampak tak mungkin menjadi mungki. Oleh karena itu hadirkanlah Roh Kudus dalam kehidupan dan pelayanan kita! *PP

Dasar Kehidupan Rumah Tangga Yang Baik
Kolose 3:18-4:1   

Kalau kita membaca di media cetak dan nonton TV, memuat cukup banyak berita-berita tentang keluarga yang mengalami banyak masalah, terutama tentang hal-hal yang tidak seharusnya terjadi. Contohnya berita tentang perselingkuhan, perceraian, K.D.R.T., ketiadaan kejujuran, anak-anak yang melawan orang tua, dll. Sungguh hal yang demikian memprihatinkan dan mengkhawatirkan kita semua. Kita harus menyadari bersama bahwa ketidakberesan dalam lingkungan keluarga akan menyebabkan kekacauan dalam kehidupan bermasyarakat dan terus menimbulkan dampak buruk yang lebih besar dan lebih luas, termasuk dalam kehidupan berjemaat/gereja. Bagian dari firman Tuhan yang kita baca hari ini memberikan kita dasar yang benar untuk menciptakan suatu kehidupan keluarga yang baik dan bahagia yang diidamkan semua orang serta yang berkenan kepada Tuhan. Kalau setiap pribadi dalam keluarga hidup menurut patokan kebenaran ini maka dapat dipastikan akan terwujud keluarga yang bahagia dan setiap masalah yang ada akan mudah diatasi. Jadi dapat dikatakan bahwa kalau dalam keluarga tidak ada kebahagiaan, tidak ada damai, adalah akibat dari kehidupan yang tidak takut akan Tuhan dan tidak menuruti kehendak Tuhan. Banyak keluarga orang kristen hancur karena masing-masing anggotanya hidup menurut maunya sendiri dan mementingkan diri sendiri; pasti tidak bahagia. Oleh karena itu marilah kita hidup (suami-isteri) menurut ajaran Tuhan dan mengajar anak-anak kita untuk hidup takut akan Tuhan. Jangan pernah mendasarkan kehidupan rumah tangga anda menurut hikmat dunia dan teori nenek moyang, melainkan menurut firman Tuhan. *Tt
Binasa Karena Tidak Percaya
Yeremia 44:1-30

Thema tersebut di atas adalah suatu ungkapan yang tepat pada bagian firman Tuhan ini. Orang Yehuda dan penduduk Yerusalem mengalami kehancuran dan kotanya menjadi reruntuhan sebagai akibat perbuatan dosa yang mereka lakukan dan karena tidakmempercayai firman Tuhan yang mereka dengarkan. Sejumlah orang yang tersisa yang melarikan diri dan mengungsi ke Mesir, padahal berkali-kali Tuhan melarang mereka agar tidak mengungsi ke Mesir, tetap saja tidak percaya akan firman Tuhan yang disampaikan melalui nabi Yeremia dengan terus mengeraskan hati dan terus beribadah dan mempersembahkan kurban kepada allah asing yang sebetulnya bukan Allah. Perhatikan perkataan mereka ini yang menunjukkan betapa mereka tidak mau percaya dan mengeraskan hati, ayat 15-19. Oleh karena mereka tidak mau bertobat dan tegar tengkuk maka kebinasaan atas mereka tidak terelakkan lagi (ay.25-27). Hal ini adalah menjadi peringatan yang sangat serius bagi kita umat perjanjian baru agar tidak bersikap seperti umat Allah yang kita baca pada bagian firman Tuhan ini. Sebab sekalipun kita adalah umat Allah perjanjian baru, namun hidup memberontak kepada Tuhan dengan hati tidak percaya, tidak taat dan tidak menuruti friman-Nya, maka pasti dihukum. Tidak ada kebahagiaan dan tidak ada kehidupan bagi setiap orang yang tidak percaya dan yang memberontak kepada Tuhan sekalipun kelihatannya semua berjalan baik, namun akhirnya pasti binasa. Penting sekali kita mengoreksi hati kita dan perbuatan kita apakah seturut dengan firman dan kehendak Tuhan atau tidak. Kalau belum kita harus memperbaiki diri/bertobat.  *Tt

Wednesday, May 8, 2013

RENDAH HATI

"..... Belajarlah pada-Ku, karena Aku ........ rendah hati ....." (Matius 11: 29)

Di mana-mana kita bisa menjumpai orang yang rendah diri, tetapi jarang sekali kita berjumpa dengan orang yang rendah hati. Rendah diri (minder) bukan rendah hati. Hati orang yang "rendah diri" dikuasai pendapatnya sendiri, bahwa dirinya kurang dibandingkan dengan orang lain, misalnya kurang kaya, kurang pandai, kurang cantik, dan bisa semilyar kurang lainnya dibandingkan dengan orang. Karena merasa kurang, dia merasa orang lain menyepelekan atau merendahkan dirinya. Akibatnya orang yang rendah diri selalu gampang tersinggung. Dalam hatinya dia ingin semua orang memperhatikan dirinya, tetapi dipihak lain dia dihantui perasaan bahwa orang lain selalu memperhatikan kekurangannya. Rendah diri bersumber dari hati yang tidak bisa menerima dan tidak bisa bersyukur dengan keadaannya sendiri. Orang yang rendah diri, sebenarnya iri hati terhadap keberhasilan atau kelebihan orang lain. Orang yang rendah diri sebenarnya suka bersaing dan selalu merasa kalah dalam persaingannya melawan orang lain. Pada hakekatnya, rendah diri adalah dosa. Sebenarnya tidak ada alasan yang menyebabkan orang merasa lebih rendah dari orang lain, karena Tuhan berfirman bahwa setiap orang diciptakan dalam peta dan gambar Tuhan sendiri. Dengan kata lain semua orang diciptakan sama mulia dan sama derajatnya.
Rendah hati adalah satu sikap hidup di mana orang secara sadar dan suka rela dengan tidak memperhitungkan keadaan atau status dirinya sendiri selalu menganggap dan menerima orang lain sebagai lebih dari dirinya sendiri. Orang yang rendah hati memandang pada Tuhan Yesus sebagai teladan  hidupnya, dia tidak memandang atau membandingkan dirinya dengan orang lain. Karena itu orang yang rendah hati bisa menerima dan bersyukur dengan keadaan dirinya sendiri, bersyukur atas segala berkat, kelebihan dan keberhasilan orang lain.Orang yang rendah hati tidak mudah tersinggung. Orang yang rendah hati memperhatikan dan mempedulikan orang lain, seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus begitu memperhatikan dan mempedulikan kita, sehingga DIA rela mengorbankan segala-galanya untuk kebaikan kita. Rendah hati adalah perintah Tuhan dan kita harus mempelajarinya dari kehidupan Tuhan Yesus sendiri. 
Tuhan mempedulikan kehidupan orang yang rendah hati, "IA membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan IA mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati." (Mazmur 25: 9). Artinya:
1. "IA membimbing orang yang rendah hati menurut hukum." Hukum diberikan agar kehidupan menjadi teratur dan baik. Maka bila Ia membimbing orang yang rendah hati menurut hukum, kehidupan orang yang rendah hati adalah kehdiupan yang teratur bukan amburadul.
2. "IA mengajarkan jalanNya kepada orang yang rendah hati." Orang hidup adalah orang yang mengadakan perjalanan di wilayah yang belum pernah dilaluinya. Karena itu, kita memerlukan petunjuk jalan dan bimbingan agar selamat dan tidak tersesat dalam perjalanan hidup ini. Hanya Tuhan yang sudah melewati semua jalan hidup yang harus kita lalui. Jadi hanya Tuhan yang bisa memberikan bimbingan dengan tepat. Bila "IA mengajarkan jalanNya kepada orang yang rendah hati," akibatnya adalah orang yang rendah hati tidak akan tersesat dan pasti selamat dalam perjalanan hidupnyta.
3. Orang yang rendah hati diberkati. Dalam Mazmur 37: 11 dituliskan "Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah."
Karena itu: Jangan rendah diri, tetapi marilah kita belajar kerendahan hati dari Tuhan Yesus, maka hidup kita akan tenang."