Pengumuman

Salam sejahtera,

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Melalui blog ini, kita dapat tetap mempelajari Firman Tuhan, dimanapun dan setiap waktu dengan mengakses melalui komputer atau handphone. Mari kita jangan lelah untuk mengerjakan pekerjaan yang baik.
Tuhan memberkati kita semua.

Kata MUTIARA minggu ini : Bahagia adalah sebuah pilihan

Tim penggembalaan

Monday, November 9, 2015

Yang diperlukan untuk membangun pernikahan yang kuat

Rut 3: 7 – 18  

Baru-baru ini saya melihat beberapa pernikahan pasangan-pasangan muda di Youtube. Pernikahan-pernikahan yang sangat mahal itu diatur luar biasa indah dan khidmat! Sayangnya dalam perjalanan pernikahan banyak pasangan muda sekarang tidaklah indah dan khidmat. Pernikahan-pernikahan itu banyak yang hanya seumur jagung. Dalam Alkitab dituliskan tentang pasangan yang berbahagia, y.i. Rut dan Boaz. Rut perempuan asing (Moab) yang miskin, sedangkan Boaz adalah pria Israel yang kaya raya. Saya  beberapa kali mendapati, orang miskin yang mendapat pasangan kaya tidak seperti cinderella. Seringkali dalam perjalanan perkawinannya suami atau isteri yang miskin dihina oleh pasangannya yang kaya. Kebahagiaan Rut dan Boaz tidak diperoleh dari kekayaan Boaz, tetapi mereka memperoleh kebahagiaan itu karena karakter mereka yang baik. Boaz adalah pria yang murah hati, saleh,  peka terhadap perasaan Rut (ay 15- 17) dan bertanggung jawab (ay 18). Rut membuktikan karakternya yang setia kepada keluarga melalui kerelaannya mengikuti Naomi (1: 16) dan ketaatannya mencari seorang penebus sesuai hukum Taurat dan hal yang terakhir ini merupakan satu hal yang sangat dihargai di Israel. Boaz terkesan pada Rut karena karakter Rut yang baik. Dengan hikmat dan bijaksana mereka memutuskan membentuk keluarga. Keputusan mereka itu membuahkan keluarga yang sangat kuat – Daud dan bahkan Tuhan Yesus diturunkan dari keluarga Boaz – Rut. Penekanan percintaan modern pada penampilan, rupa (ganteng/ cantik), kekayaan bukanlah dasar yang tepat bagi komitmen perkawinan yang seumur hidup.

Tuesday, May 12, 2015

Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Oleh Tuhan Yesus Kristus, semua orang yang percaya kepada-Nya hidup dalam kemerdekaan/ kebebasan, itulah yang tertulis dalam Galatia 5: 1, berikut ini: “Kristus telah memerdekakan kita.” Dan Galatia 5: 13 “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka.”
Apa arti hidup merdeka atau hidup dalam kebebasan?
Dulu ada nyanyian anak-anak: “Naik kereta api tut-tut-tut. Siapa saja boleh ikut. Jakarta – Surabaya, bolehlah naik dengan percuma, dst.” Apakah nyanyian ini tidak mengajarkan kemerdekaan adalah boleh berbuat seenaknya sendiri? Misalnya : Naik kereta api tidak perlu bayar karcis, bukankah kita merdeka? Itulah yang dipraktekkan di Indonesia sebelum jaman menteri Jonan. Orang naik kereta api tanpa karcis, diselesaikan dengan cara “saling pengertian antara penumpang dan petugas.” Apa akibatnya? Kereta Api dulu sangat jelek dan merugi terus. Perjalanan menjadi tidak nyaman, orang yang memenuhi kewajibannya (beli karcis) terus menerus dirugikan oleh orang yang berpikir : Aku merdeka, karena itu aku berhak berbuat semauku. Masa bodoh kalau kamu dirugikan oleh perbuatanku.” Sampai sekarang pendapat merdeka seperti tsb. diatas masih mengisi pikiran dan mewarnai tindakan orang di Indonesia. Buktinya: Pemotor melanggar rambu, melawan arus. Perbuatan mereka jelas-jelas melanggar aturan, mengganggu dan membahayakan pengguna jalan yang taat aturan. Kalau karena pelanggaran itu terjadi kecelakaan, mereka marah-marah, menuntut ganti rugi, mengancam bahkan melakukan tindak kekerasan. Hasilnya : Lalu lintas kacau balau, macet di mana-mana dan jumlah kecelakaan, korban kecelakaan meningkat. Jalan raya (transportasi) menjadi pembunuh nomor satu.
Merdeka bukan berarti bebas berbuat “apa saja yang ku pandang baik” dan “tidak peduli kalau perbuatanku merugikan orang lain.”
Tuhan Yesus memang memerdekakan kita, dalam kemerdekaan itu Tuhan memberikan patokan yang kalau ditaati membuat kehidupan menjadi tertib, tumbuh dan damai sejahtera. Pertama: Dalam 1 Korintus 10: 23-24 dituliskan: “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. “Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.” Jangan seorang pun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.”  Ayat ini pada intinya berkata: Kita diperbolehkan berbuat apa saja, tetapi tidak semua perbuatan kita itu positif (berguna/ membangun) bagi orang lain. Kemerdekaan atau kebebasanmu hendaknya dibatasi dengan pedoman : Hanya boleh melakukan hal-hal yang berguna dan membangun orang lain, bersamaan dengan itu juga berguna dan membangun diri sendiri. Dengan demikian, kita harus mempertimbangkan keberatan-keberatan hati nurani orang lain (1 Korintus 10: 29b)
Kedua: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah itu untuk kemuiaan Allah” (1 Korintus 10: 31). Kita memuliakan Allah bila perbuatan kita sesuai dengan perintahNya/ sesuai dengan kehendakNya. Dalam kemerdekaan/ kebebasan kita harus mempertimbangkan perintah dan kehendak Allah yang telah dinyatakanNya dalam Alkitab, khususnya dalam hal ini adalah 10 hukum (Keluaran 20: 2- 17 “Akulah Tuhan, Allahmu ……….; Jangan ada padamu alllah lain dihadapanKu. Jangan menyembah berhala; Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu dengan sembarangan; Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat; Hormati ayahmu dan ibumu; jangan membunuh; jangan berzinah; jangan mencuri; jangan mengucapkan saksi dusta; jangan mengingini milik orang lain.”)
Ketiga: Penuhi tuntutan kasih dalam perbuatanmu, “Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan (perbuat), maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Baiklah engkau jangan makan, minum atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu.”  Orang Kristen yang mengasihi saudaranya, walaupun dia bebas berbuat apa saja, makan apa saja, namun dia akan berusaha menghindarkan segala sesuatu yang dapat mengganggu hati nurani saudaranya atau yang dapat menjadi batu sandungan bagi saudaranya.

Tuhan memberkati saudara.

Antikris


18. Anak-anakku, waktu ini adaah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. 19. Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita, sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita. (1 Yohanes 2 : 18 – 19).
Seorang antikris (=antikristus) pasti akan datang (ay 18). Anti berarti melawan, menentang, menyangkal. Kris/Kristus = Tuhan Yesus Kristus. Jadi orang yang dimaksud oleh Yohanes di ayat ini adalah: Ada seorang yang akan bangkit/ datang uneuk melawan, menentang, menyangkal Tuhan Yesus. Dalam Allkitab, Allah memang berulang kali menyatakan kedatangan si antikristus ini dengan berbagai nama, misalnya dalam 2 Tesalonika 2: 3 – 4 dia dinamakan “manusia durhaka”; dalam Wahyu 13 dia dilukiskan sebagai “binatang yang keluar dari dalam laut” dan “666”. Bila dia datang, dia akan memegang kekuasaan mutlak atas seluruh dunia ini. Selama masa pemerintahannya itu, dia memburu, menganiaya dan membunuh orang yang percaya pada Kristus. Tetapi pemerintahannya tidak berlangsung lama, mungkin hanya 3 ½ tahun saja, sebab Tuhan Yesus datang yang kedua kalinya dan “akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya dan akan memusnahkannya” (2 Tesalonika 2: 8).
Yang sekarang ini perlu diberikan perhatian lebih serius adalah peringatan rasul Paulus: “Sekarang secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja” (2 Tesalonika 2: 8a) – artinya antikristus telah menyusup. Yohanes menuliskannya sebagai : “sekarang telah bangkit banyak antikristus – mereka berasa dari antara kita (1 Yohanes 2: 18- 19). Berdasarkan tulisan Paulus dan Yohanes tersebut diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa: antikristus-antikristus, kedurhakaan secara rahasia telah mulai bekerja di Gereja – di antara orang Kristen sendiri.
1.     Mereka adalah orang Kristen yang meninggalkan iman Kristennya. Mereka menyangkal Tuhan Yesus dan memilih allah yang lain. Mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (2 Tesalonika 2 : 10). Mereka mendurhaka = murtad. Mereka sekarang memaki-maki dan menista iman Kristen yang pernah mereka anut. Mereka mendurhaka/ murtad = mereka menjadi antikristus. Jumlah mereka cukup banyak. Itu terjadi karena mereka dari sejak semula adalah orang Kristen yang tidak sungguh-sungguh  (1  Yoh 2: 19).
2.     Orang Kristen yang tidak sungguh-sungguh adalah orang Kristen yang keras hati. Di hati mereka hanya ada sedikit tanah subur bagi benih firman Tuhan, sebagian besar hatinya merupakan batu, sehingga benih firman tidak bisa tumbuh dengan baik di hati mereka. Bila ada kesukaran atau aniaya (misalnya: sakit, kemiskinan, hambatan karir dll kejadian yang mengecewakan mereka), mereka segera murtad (Matius 13: 20- 21 “Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad),
3.     Orang Kristen yang tidak sungguh-sungguh adalah orang Kristen yang tidak mau bertumbuh. Mereka hanya menyukai firman Tuhan yang enak didengar, yang berisi janji-janji berkat saja (=susu), tidak menyukai firman Tuhan yang keras (Firman Tuhan yang mendidik, menasehati atau menegur). Ditinjau dari sudut waktu (sudah lama jadi orang Kristen) seharusnya sudah jadi pengajar iman Kristen, tetapi masih tidak memahami asas-asas pokok/ dasar iman Kristen. Mereka diibaratkan masih perlu susu (Ibrani 5: 12). Sebetulnya mereka sudah mengecap firman yang menghidupkan dan karunia-karunia rohani, tetapi tidak bertumbuh menjadi dewasa. Orang-orang ini mempunyai kemungkinan menjadi murtad (Ibrani 6: 6).
Pada saatnya nanti, orang-orang Kristen ini dengan nyata-nyata bergabung dengan “manusia durhaka” – “antikristus” yang akan datang itu. Mereka berakhir dalam kebinasaan.

Karena itu, mumpung kita sekarang mempunyai waktu dan kesempatan untuk menjadi orang Kristen yang sejati, bertindaklah untuk menjadi orang Kristen yang sejati, dewasa, mengenal dan mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Saturday, May 2, 2015

Mengimani Janji Tuhan Menyebabkan Orang Awet Muda.


6. Bani Yehuda datang menghadap Yosua di Gilgal. Pada waktu itu berkatalah Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, kepadanya: “Engkau tahu firman yang diucapkan Tuhan kepada Musa abdi Allah itu, tentang aku dan tentang engkau di Kadesh Barnea. 7. Aku berumur empat puluh tahun, ketika aku disuruh Musa, hamba Tuhan itu, dari Kadesh-Barnea untuk mengintai negeri ini; dan aku pulang membawa kabar kepadanya yang sejujur-jujurnya. 8. Sedang saudara-saudaraku, yang bersama-sama pergi ke sana dengan aku, membuat tawar hati bangsa itu, aku tetap mengikuti Tuhan, Allahku, dengan sepenuh hati. 9. Pada waktu itu Musa bersumpah, katanya: Sesungguhnya tanah yang diinjak oleh kakimu itu akan menjadi milik pusakamu dan anak-anakmu sampai selama-lamanya, sebab engkau tetap mengikuti Tuhan, Allahku, dengan sepenuh hati. 10. Jadi sekarang, sesungguhnya Tuhan telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan Tuhan firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hati ini; 11. Pada waktu ini aku masih sama, kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk. Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku pegunungan yang dijanjikan Tuhan pada waktu itu, sebab engkau sendiri mendengar pada waktu itu, bahwa di sana ada orang Enak dengan kota-kota yang besar dan berkubu. Mungkin Tuhan menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka, seperti yang difirmankan Tuhan.” Yosua 14: 6 – 15
Perikop ini bisa diberi judul: “Mengimani janji Tuhan menyebabkan orang awet muda.” Diumur 40 tahun, Kaleb mendapat janji Tuhan, bahwa dia (Kaleb) boleh masuk tanah Kanaan dan mendapatkan milik pusaka di sana, yaitu daerah yang dimata-matainya sesuai tugas Musa kepadanya (ay 9). Namun, selama 40 tahun berikutnya orang Israel hidup dalam penghukuman Tuhan, yaitu setiap orang yang berumur 20 tahun keatas pada saat mereka menolak masuk tanah Kanaan mati di padang gurun (sebagaimana yang ditulis dalam Bilangan 14). Karena pehukuman yang dialami orang Israel itu, maka Kaleb harus menunggu 40 tahun menantikan penggenapan janji Tuhan yang diberikan padanya. Selama itu dia melihat kejadian yang menimpa orang Israel adalah kematian-kematian dan kematian setiap harinya. Bahkan kadang-kadang terjadi ribuan orang Israel mati dalam sehari, contohnya Bilangan 25: 9 – “Orang yang mati karena tulah itu ada dua puluh empat ribu orang banyaknya.” Kelihatannya semua hal yang terjadi selama 40 tahun itu sama sekali tidak mendukung penggenapan janji Tuhan terhadap Kaleb. Tetapi Kaleb tetap memelihara imannya atas janji/firman Tuhan yang diberikan padanya. Imannya itu menyebabkan karunia Tuhan atasnya, dimana Kaleb memang menjadi makin tua, tetapi dia tidak menjadi lemah. Dia berkata diusia 85 tahun kekuatannya sama dengan diusia 40 tahun y.i. saat dia menerima penggenapan janji Tuhan untuk menjadi pemilik tanah yang telah diinjak oleh kakinya. Jadi, bisa dikatakan selama 45 tahun Kaleb tidak menjadi makin tua dan lemah, atau dengan kata lain: karena dia dengan iman menantikan penggenapan janji Tuhan, maka dia menjadi awet muda, ay 11, 12.
Sdr, kalau kita hidup tetap mengikuti Tuhan dengan segenap hati, baca lagi ay 9b – (Sesungguhnya tanah yang diinjak oleh kakimu itu akan menjadi milik pusakamu dan anak-anakmu sampai selama-lamanya, sebab engkau tetap mengikuti Tuhan, Allahku, dengan sepenuh hati.), artinya: Tuhan memberi kita cukup kekuatan dan kemampuan untuk hidup dan kuat (= awet muda) sampai pada waktu Tuhan menggenapi janji-janji-Nya.


Dua Macam Anggota Jemaat

Dalam 1 Korintus 1 : 30, Rasul Paulus menyatakan bahwa seluruh anggota jemaat di Korintus menerima anugerah yang sama, y.i. berada dalam Kristus Yesus, dibenarkan, dikuduskan dan ditebus dari dosa. Hal ini berarti Allah mengasihi sama semuanya, tidak ada yang diistimewakan.
Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata jemaat itu terbagi menjadi dua macam yang berbeda, yaitu “manusia rohani” dan “manusia duniawi” (1 Korintus 3: 1). Apa perbedaan keduanya dan mengapa berbeda?
1. Sebagian jemaat itu menjadi orang Kristen duniawi atau kanak-kanak (atau lebih tepat kekanak-kanakan). Hal itu terjadi, karena memutuskan untuk menjadi duniawi atau kekanak-kanakan. Keputusan mereka adalah:
a. Maunya makanan bayi (“Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan yang keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sampai sekarang pun kamu belum dapat menerimanya” 1 Korintus 3: 2). Susu adalah makanan gampang dicerna, atau dalam hal ini berarti Khotbah atau Pengajaran Firman Tuhan yang tidak perlu dipikir. Mereka maunya Firman Tuhan yang sederhana, sedikit ayat, berisi janji-janji saja, firman yang tidak mengajar, tidak menasihatkan, tidak menegur. Mereka maunya Firman Tuhan disampaikan dengan cara yang enak didengar bahkan lebih disukai kalau lucu. Karena itu
b. Mereka lebih ngefans pada ham ba Tuhan lebih daripada Tuhan (“Karena jika yang seorang berkata: “Aku dari golongan  Paulus, dan yang lain berkata: Aku dari golongan Apolos, bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?” 1 Korintus 3: 4). Ada  hamba Tuhan yang favorit ada hamba Tuhan yang mereka nilai tidak bagus atau yang tidak mereka sukai. Mereka dengan wajah rohani berkata: "Saya tidak mau lagi ke gereja itu, sebab di situ saya tidak bertumbuh, hamba Tuhannya tidak diurapi."
c. Mereka suka bertengkar, iri hati (“Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu hidup secara manusiawi?” 1 Korintus 3: 3). Mereka menjadi pembuat masalah dalam gereja.
2. Sebagian jemaat itu menjadi orang Kristen yang rohani atau dewasa. Mereka tumbuh menjadi manusia rohani/ orang Kristen dewasa karena mereka memutuskan untuk menjadi bertumbuh dan dewasa. Keputusan mereka adalah:
a. Siapa pun hamba Tuhannya tidak penting, yang terpenting adalah Yesus Kristus. Orang yang rohani sadar bahwa semua hamba Tuhan adalah kawan sekerja Allah (1 Korintus 3: 5 dan 9). Mereka memutuskan untuk mendengarkan apa saja firman Tuhan yang disampaikan oleh siapa saja hamba Tuhan yang bertugas. Hati mereka seperti tanah yang sudah dibajak untuk menerima benih firman itu dengan benar.
b. Mereka bersandar pada Tuhan yang diberitakan melalui firmanNya. Mereka sadar hamba-hamba Tuhan hanyalah sarana untuk menabur dan menyiram benih firman Tuhan (1 Korintus 3: 6 dan 7) dan sebagai orang yang bekerja sama dengan Allah (ay 9), karena itu mereka tidak menyepelekan atau menganggap ringan hamba-hamba Tuhan itu.

3. Tuhanlah yang memberikan pertumbuhan (ay 7). Karena itu mereka bergantung pada Tuhan. Dan ternyata mereka bertumbuh dan berbuah dengan baik.

Melebihi Ahli Taurat dan Orang Farisi. Mungkinkah itu?

17. Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. 19. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. 20. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 5: 17 – 20)

“Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk kedalam kerajaan Sorga.” Siapakah ahli Taurat dan orang Farisi? Mereka adalah orang-orang yang benar-benar menguasai apa yang ditulis dalam hukum Taurat. Karena itu Ahli Taurat menganggap dirinya / dianggap oleh masyarakat Yahudi sebagai orang kompeten untuk mengajar hukum Taurat. Orang Farisi adalah orang yang mengaku mengerjakan hukum Taurat. Mereka adalah orang-orang yang top dalam keagamaan.Tetapi Tuhan Yesus mengatakan untuk masuk kerajaan Sorga dibutuhkan hidup keagamaan yang lebih benar dari pada kehidupan agama mereka (ay 18). Mengapa Tuhan Yesus mencela mereka? Karena hidup keagamaan atau kebenaran mereka hanya bersifat lahiriah saja. Semua pengetahuan dan ketaatan mereka pada hukum Taurat (berdoa, berpuasa, membaca firman Tuhan, setia hadir beribadah) hanyalah  tindakan lahiriah tanpa disertai sikap batiniah yang benar. Mereka hanya lahiriah saja beragama, hati mereka tidak mengasihi Tuhan. Seperti yang dikatakan Ahok, Gubernur D.K.I. Jakarga: “Orang yang beragama tetapi tidak ber-Tuhan.” Orang-orang seperti ini memang mendapatkan penghormatan dari manusia, sebab manusia hanya bisa melihat lahiriahnya saja (dari cara berpakaian, berdoa, melaksanakan upacara agama). Tetapi dalam ayat-ayat ini Tuhan Yesus berkata, “Kebenaran yang dikehendaki Allah dari orang percaya bukan sekedar tindakan lahiriah, tetapi sikap hati yang sungguh-sungguh menggenapi hukum Allah sebagaimana yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sendiri (ay 17) y.i. dengan mengasihi Tuhan (dan firmanNya) dan sesama manusia, karena dalam kasih inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab pada nabi (Mat 22: 37 – 40) dan “orang yang mengasihi sesamanya manusia adalah orang yang memenuhi hukum Taurat” (Roma 8: 8b). Kasih itulah yang tidak dimiliki oleh Ahli Taurat dan orang Farisi. Sekali lagi saya tekankan: “Dengan mempraktekkan kasih kita menggenapi seluruh hukum Allah.” Itulah yang dimaksud Tuhan Yesus dengan “Hidup keagamaan yang lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.”

Thursday, April 9, 2015

Sekali lagi tentang Kekuatiran

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.(Filipi 4: 6 – 7)
Kuatir berbeda dengan Masalah. Masalah adalah keadaan buruk yang sedang kita hadapi. Jadi keadaan kita memang buruk. Kuatir adalah keadaan buruk yang belum kita alami, atau keadaan buruk yang kita takutkan akan menimpa kita, sedangkan sebenarnya keadaan kita sekarang baik-baik saja. Kuatir, cemas dan takut adalah saudara kembar yang tak terpisahkan. Kuatir erat hubungannya dengan keinginan yang diragukan bisa dicapai.
Dari mana datangnya Kuatir, Cemas dan Ketakutan ? Dari pendengaran (“Orang akan mati ketakutan karena kecemasan/ kekuatiran berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, ....... Lukas 21: 26), yaitu mendengar kabar buruk yang terjadi di tempat lain atau dialami orang lain. Kabar buruk menyebabkan orang mem-punyai iman yang negatif. Orang yang mempunyai iman yang negatif, percaya bahwa dia akan ditimpa kesukaran, akan ditimpa sakit, akan ditimpa mala-petaka. Orang yang memiliki iman negatif, “tidak percaya bahwa Allah mengatur semua hal untuk kebaikan umatNya”, “tidak percaya bahwa Allah memelihara umatNya.”
Apa akibat Kuatir, cemas? Orang akan mati ketakutan (Lukas 21: 26.) “Umurnya jadi pendek.”
Bagaimana supaya tidak kuatir ?
1. Percaya bahwa Allah memelihara burung pipit dan bunga di padang, lebih mencintai dan memelihara kita umatNya, karena Dia mengetahui semua keperluan kita (Matius 6: 26 – 32).
2. Mendengarkan firman Kristus (Roma 10: 17). Bukan kita tidak boleh mendengarkan atau mengetahui kabar-kabar dunia ini, tetapi dengarkanlah dalam konteks atau tidak terlepas dari Firman Kristus.
3. Berdoa. Kekuatiran erat hubungannya dengan keinginan. Keinginan pada dasarnya tidak terbatas. Tetapi Tuhan dengan penuh kemurahan, menyuruh kita berdoa mengatakan semua keinginan kita pada-Nya.
Prakteknya:
Kita mendengar wabah DBD, Ebola, Flu babi dll penyakit sampar yang menular, menyebabkan pen-deritaan dan kematian. Kita mendengar bencana alam (gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor dsb). Kita mendengar banyak orang mati karena kecelakaan, pembunuhan dan peperangan. Kita mendengar orang menjerat sesamanya untuk menjatuhkannya dengan fitnah atau tipu muslihat. Dan di dunia ini ada banyak hal lainnya lagi yang menakutkan, mengkuatirkan.

Namun kalau saudara mendengarkan semua itu tidak terlepas dari Firman Kristus, justru sdr akan makin kuat dan mengasihi Tuhan. Bacalah Mazmur 91 berulang-ulang. Rabi Yahudi berkata: Bila orang setiap hari membaca Mazmur 91, dalam seminggu saja imannya sudah menjadi makin kuat. Sebab: Orang itu memutuskan untuk berlindung pada Tuhan, maka  Tuhan melepaskan dia dari jerat (fitnah, tipu daya orang jahat), ay 3; Tuhan membentengi dia dari bahaya, ay 4- 5; Tuhan melepaskan dia dari penyakit menular, ay 3b dan 6; Tuhan melepaskan dia dari huru hara dan orang jahat, ay 7 dan 8; Tuhan melindungi dari malapetaka dan tulah, ay 9 dan 10; Malaikat Tuhan menjaga dia, ay 11- 12; mengalahkan iblis, ay 13; Tuhan mendengar dan mengabulkan doanya, ay 14 dan 15; Tuhan mengaruniakan panjang umur dan keselamatan, ay 16. Hasilnya: “Damai sejah-tera Allah yang melampaui sekalian akal, akan meme-lihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

Hidup dalam Kebenaran, Bukan Benar Sendiri

Anak-anakku, janganlah membiarkan seorangpun menyesatkan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar. Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk itulah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. Setiap orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah. Inilah tandanya anak-[anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya (1 Yohanes 3: 7 – 10)
Orang-orang yang diselamatkan, adalah “anak-anak Allah”. Sebab orang yang diselamatkan adalah orang yang dilahirkan (baru) dari Roh dan Roh Allah (=Benih Ilahi) tinggal di dalam dia. Sesuai ayat pokok tsb diatas, Orang-orang yang diselamatkan hidup dalam Kebenaran, bukannya “Benar Sendiri”. Ada perbedaan yang tajam antara hidup dalam “Kebenaran” dan “Benar Sendiri.” Kebenaran membawa damai, Benar sendiri membawa pertengkaran; Kebenaran memberkati orang lain; Benar sendiri merugikan orang lain; Kebenaran itu kudus, sebab sesuai dengan Kristus yang adalah benar; Benar sendiri itu dosa, dsb. Untuk hidup dalam Kebenaran, kita (1) harus makin akrab/ bertumbuh dalam pengenalan kita akan Tuhan Yesus dan (2) harus tahu/ bisa membedakan kebenaran dan dosa. Dalam kesempatan ini, saya ingin mengajak sdr mengenali dosa, sehingga sdr bisa hidup dalam kebenaran.
Secara garis besar, ada tiga macam dosa, yaitu:
1.                  Dosa aktif. Ini adalah dosa yang disengaja/ direncanakan. Ada banyak orang-orang yang secara aktif (dengan kehendaknya sendiri) berbuat dosa, Tuhan menamakan mereka orang fasik. Mereka (dengan aktif) merancangkan kejahatan di tempat tidur mereka (Mazm 36: 5). Mereka mengingini kejahatan (Amsal 21: 10) dan tidak peduli kalau kejahatan mereka menimpa orang baik atau orang yang berbuat baik pada mereka (Mazmur 35: 12). Mereka adalah golongan kriminal, dengan sengaja melanggar 10 hukum Tuhan dan melanggar hukum pidana negara.
2.                  Dosa Reaktif. Hampir semua orang pernah melakukan dosa ini. Dosa reaktif adalah tindakan pembalasan kita terhadap orang lain yang melakukan kejahatan kepada kita. Bila kejahatan orang lain menyangkut ranah pidana, kita tidak membalas sendiri kejahatan itu, tetapi menyerahkannya ketangan yang berwajib. Itu adalah tindakan yang benar, karena Tuhan memberi wewenang kepada pemerintah untuk menghukum penjahat kriminal ini (Roma 13: 4). Tetapi bila kejahatan itu tidak dapat dimasukkan pada ranah pidana, misalnya caci-maki, perkataan yang kotor, dirugikan, hak kita dilanggar, pengingkaran terhadap kesepakatan/ perjanjian dll pelanggaran yang sifatnya moral atau perdata, maka orang cenderung membalas sendiri kejahatan itu. Itulah yang  dinam-kan dosa reaktif. Tuhan melarang pembalasan (1 Petr 3: 9). Kita dilarang menuntut pembalasan, sebab menuntut pembalasan berarti mengambil hak Tuhan (Roma 12: 19). Semua pelanggaran atas larangan Tuhan adalah dosa.
3.                  Dosa pasif. Hampir semua orang juga per-nah melakukannya. Dalam 1 Yohanes 3: 10 dituliskan dosa orang yang pasif, yaitu tidak berbuat kebenaran. Tidak berbuat dosa, tetapi juga tidak berbuat/ tidak melakukan kebenaran alias tidak berbuat apa-apa. Dalam ayat ini dikatakan dosa karena tidak mengasihi saudaranya. Mungkin ada orang yang memahami kasih adalah satu perasaan hati, jadi lebih bersifat emosi, maka Yakobus 4: 17, menuliskan dosa pasif dengan lebih tegas, yi orang yang tahu berbuat baik, tetapi tidak melakukannya. Tuhan menghendaki kita aktif berbuat baik = menjadi berkat (Roma 12: 14). Contohnya kita dapatkan dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang talenta (Matius 25: 14 – 30). Hamba yang mendapat satu talenta itu disebut jahat dan dihukum (ay 26 – 30), sebab dia pasif (Tuhan Yesus menyebutnya malas). Dia tidak bisa dikatakan merugikan tuannya, tetapi dia mengabaikan semua kesempatan untuk dengan aktif melakukan atau mempergunakan talentanya dengan benar. Apakah ada orang yang sudah diberkati dengan talenta sdr ?

Hidup dalam kebenaran adalah tidak melakukan kejahatan, tetapi dengan aktif melakukan yang benar.