Pengumuman

Salam sejahtera,

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Melalui blog ini, kita dapat tetap mempelajari Firman Tuhan, dimanapun dan setiap waktu dengan mengakses melalui komputer atau handphone. Mari kita jangan lelah untuk mengerjakan pekerjaan yang baik.
Tuhan memberkati kita semua.

Kata MUTIARA minggu ini : Bahagia adalah sebuah pilihan

Tim penggembalaan

Tuesday, October 29, 2013

Belas Kasihan Tuhan Yesus

Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-muridNya pergi bersama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertaiNya berbondong-bondong, Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibnya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihaat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambi menghampiri usungan itu IA menyentuhnya dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya." (Lukas 7: 11 - 15).

Selama kurang lebih tiga setengah tahun pelayanannya sebagai Manusia, Tuhan Yesus menyembuhkan beribu-ribu orang dari penyakit, melepaskan orang dari kuasa/ belenggu/ kerasukan setan, dan membangkitkan tiga orang dari kematian. Tuhan Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus, seorang kepala rumah ibadat, seorang yang terpandang dan dihormati ditengah masyarakat Yahudi. Menjelang kematianNya Dia membangkitkan Lazarus, seorang yang dikasihiNya. Perlu diperhatikan, bahwa Yairus dan saudara-saudara perempuan Lazarus, y.i. Martha dan Maria, memang memohon pertolonganNya.  Tetapi di Nain tidak ada orang yang meminta Dia membangkitkan pemuda yang mati itu. Mengapa Tuhan Yesus membangkitkannya? Dia kasihan kepada janda yang ditinggal mati anak tunggalnya itu, dicatat di ayat 13: "Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Ya, hati Tuhan Yesus dipenuhi/ tergerak oleh belas kasihan waktu Dia melihat janda itu menangis tersedu-sedu, karena kehilangan satu-satunya harapan yang dimilikinya didunia, yaitu anak laki-laki, anak tunggalnya telah mati. Perlu diketahui dalam struktur masyarakat kuno, seorang janda tidak mempunyai harapan untuk hidup layak, kecuali ada saudara laki-laki almarhum suaminya mau menikahinya atau bila ia mempunyai anak laki-laki yang akan bertanggung jawab untuk kelangsungan/ jaminan hidup ibunya. Saya menyimpulkan perbuatan Tuhan Yesus ini sebagai perwujudan atau bukti bahwa "DIA datang untuk menolong orang yang sama sekali tidak memiliki harapan. Dia datang untuk membangkitkan pengharapan orang yang putus asa, Dia datang untuk menghapus air mata orang yang putus asa.
Saya percaya bahwa sekarang ini pun DIA sudah datang dan sedang menghampiri saudara yang putus asa/ tidak punya harapan dan DIA berfirman yaitu Firman yang berkuasa membangkitkan orang mati. Perhatikan orang mati mendengarkan firmanNya lalu bangkit hidup kembali. Bila saudara mendengarkan firmanNya, harapan saudara yang sudah mati pun dibangkitkanNya - dihidupkanNya kembali.

Thursday, October 24, 2013

Akibat Salah Pilih

"Ketika orang memilih allah baru, maka terjadilah perang di pintu gerbang." (Hakim-Hakim 5: 8)

Bangsa Israel sedang terpuruk. Mereka jatuh ke tangan Yabin, raja Kanaan, yang memerintah dengan tangan besi dan menindas mereka dengan keras (Hakim-hakim 5: 2- 3). Krisis yang sangat berat menimpa mereka, tidak ada jaminan keamanan, kejahatan meraja lela, perampok/ penyamun mengintai di jalan seluruh negeri. Hakim-hakim 5: 6 menuliskan keadaan sbb; "Dalam jaman Samgar bin Anat, dalam jaman Yael, kafilah tidak ada lagi dan orang-orang yang dalam perjalanan terpaksa menempuh jalan yang berbelit-belit. Penduduk pedusunan diam-diam saja di israel, ya mereka diam-diam." Kafilah adalah rombongan pedagang, tidak ada kafilah berarti perdagangan macet; orang harus menempun perjalanan yang berbelit-belit, bahkan mereka memilih untuk diam-diam saja di dusun-dusun, satu-satunya penjelasan adalah karena perjalanan tidak aman, penyamun y.i. orang-orang raja Yabin mengintai dimana-mana. Selanjutnya dalam Hakim-hakim 5: 8 dituliskan bahwa dipintu gerbng terjadi perang. Di Israel purba, pintu gerbang adalah kantor pemerintahan kota, di situ pula para hakim/ tua-tua kota memutuskan perkara - pengadilan. Bila di pintu gerbang terjadi perang, berarti pemerintahan kacau balau dan terjadi ketidak pastian hukum. Mengapa semua krisis dan kekacauan itu terjadi? Karena orang Israel memilih allah baru. Ternyata mereka salah pilih. Salah pilih membawa krisis, keterpurukan dan kekacauan.
Perlu saudara sadari, bahwa hidup ini dipenuhi rangkaian pilihan. Kita memilih apa yang kita kerjakan, memilih apa yang kita makan, memilih pasangan hidup, memilih pemimpin negara, provinsi, kota, kabupaten, kepala desa, ketua rw dan ketua rt - dan banyak lagi yang lainnya. Bila ingin hidup yang sejahtera, pilihlah yang benar. Memilih yang benar mungkin kita kalah suara, tetapi orang yang memilih yang benar akan hidup. Yang terutama, pilihlah Allah yang benar, yaitu Allah Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus. "Memang ada banyak "allah" dan bamuak "tuhan" yang demikian, namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup" (1 Korintus 8: 5 - 6). Jadi satu-satunya pilihan yang benar adalah memilih "Allah Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus. Jangan pernah meninggalkan imanmu (jangan sekali -sekali undur dan atau murtad dari imanmu) dan yang kedua pilihlah pemimpin yang benar. Israel baru bisa mengakhiri krisisnya setelah mereka memilih Debora (Dalam hakim-hakim 5: 7 b dituliskan :"Sampai engkau bangkit, Debora, bangkit sebagai ibu Israel"). Berdoalah agar Tuhan membangkitkan pemimpin yang benar dan pilihlah pemimpin yang benar.

Wednesday, October 23, 2013

Apa Yang Diperhatikan Tuhan ?

"Dua macam batu timbangan, dua macam takaran, kedua-duanya adalah kekejian bati TUHAN. 
"Dua macam batu timbangan adalah kekejian bagi TUHAN, dan neraca yang serong itu tidak baik." (Amsal Salomo 20: 10 dan 23)

Rata-rata orang mengakui bahwa Tuhan memperhatikan segala hal. tidak ada yang terluput dari perhatian Tuhan. Tetapi pengakuan tsb. acap kali bertentangan dengan prakteknya. Banyak sekali orang-orang yang menganggap Tuhan tidak memperhatikan caranya berbisnis, berdagang, bekerja atau bagaimana caranya memperlakukan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Amsal Salomo 20, dua kali diulangi bahwa Tuhan memperhatikan dengan serius batu timbangan, takaran dan neraca. Neraca, batu timbangan dan takaran tidak bisa dilepaskan dari perdagangan (jual - beli). Hampir semua komoditi diperdagangkan memakai neraca, batu timbangan dan takaran, y.i. ukuran kilogram, liter dan meter. Berarti Tuhan memperhatikan dengan serius jalannya perdagangan. Memakai dua macam batu timbangan dan neraca yang serong adalah mencari keuntungan dengan menipu, itu adalah kekejian bagi Tuhan dan pasti berakhir dalam malapetaka, dalam Amsal Salomo 21 : 6 dituliskan : "Memperoleh harta benda dengan lidah dusta adalah kesia-siaan yang lenyap dari orang yang mencari maut.'
Tetapi secara tersirat, batu timbangan, takaran dan neraca selalu kita tetapkan dalam banyak sekali aspek kehidupan sehari-hari, misalnya dalam menimbang dan memutuskan hukum, dalam menerapkan aturan, dalam menilai derajat seseorang atau menghormati seseorang. Dalam ungkapan lain disebutkan: "Memandang Muka," yang menyebabkan perlakuan berbeda terhadap orang berbeda dalam kasus yang sama. MIsalnya: Menghukum berat orang yang dianggap tidak berarti dan menutup mata terhadap kesalahan yang sama yang dilakukan orang yang kita hormati --> pencuri ayam (orang miskin) dihukum 3 bulan penjara, menteri yang korupsi dihukum tiga tahun penjara, padahal jumlah korupsinya sama dengan 10 juta ekor ayam padahal koruptor adalah penegak hukum/ aturan yang seharusnya melindungi hukum atau aturan. Keluar penjara, sang koruptor kaya raya, tetapi si pencuri ayam makin miskin dan terlunta-lunta. Atau dalam hal memperlakukan dengan hormat seseorang yang dianggap terhormat dan menyepelekan orang yang dianggap kurang/ tidak terhormat. Itu sama saja dengan neraca yang serong dan dua macam batu timbangan dan takaran. Ingatlah, bahwa Tuhan memperhatikannya dan itu adalah kekejian di mata Tuhan.

Tuesday, October 22, 2013

Menyertakan Tuhan Dalam Hidup ! "Bagaimana Caranya?"

Kita sering mendengar bahwa orang yang menyertakan Tuhan dalam hidupnya akan diberkati dalam segala aspek kehidupannya (Keluarga, kesehatan, bisnis, karir, dsb). Tetapi bagaimanakah caranya agar "Tuhan menyertai kita?"
Sebenarnya secara umum Tuhan sendiri sudah berjanji untuk menyertai umatNya sampai akhir/ sampai kesudahan alam, seperti yang dikatakan Tuhan Yesus kepada rasul-rasulNya, sbb: "...... ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Matius 28: 20). Ironisnya begitu seringnya dan begitu banyaknya orang yang tidak merasakan penyertaan Tuhan secara pribadi dalam hidupnya. Pada hemat saya persoalannya bukan pada Tuhan, tetapi pada kita y.i. menyertakan Dia atau mengabaikan Dia secara pribadi. Dua langkah berikut ini semoga membantu kita mengalami kenyataan "Penyertaan Tuhan" dalam hidup kita, sehingga kita bisa menyertakan DIA dalam hidup kita..
1. Amos 3 : 3 - "Berjalankan dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?" Ini adalah prinsip yang sederhana, dua orang tidak akan berjalan bersama-sama bila mereka belum membuat janji. Penyertaan Tuhan pun tidak akan menjadi kenyataan dalam hidup kita secara pribadi, bila kita dan Tuhan belum berjanji. Contohnya; Secara umum Tuhan menyertai orang Israel dalam perjalanannya di padang gurun, yang dinyatakan dengan adanya Tiang Awan di siang hari dan Tiang Api di malam hari. Tetapi dalam Keluaran 33: 15 - 17, Musa secara khusus/ spesifik minta penyertaan Tuhan, kata Musa: "Kami hanya akan berangkat kalah: 'Engkau menyuruh' dan 'Engkau membimbing'. Doa Musa ini merupakan satu janji, kalau Tuhan menyertai, maka Tuhan menjadi Bossnya. Tuhan mengabulkan doa Musa ini dan sebaliknya Musa pun melakukan apa yang dijanjikannya - Dalam Bilangan 9: 17 - 23, khususnya di ayat 23 dituliskan: "Atas titah TUHAN mereka berkeman dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat; mereka memelihara kewajibannya kepada TUHAN, menurut titah TUHAN dengan perantaraan Musa." Dalam penerapan sekarang adalah: Jadikan DIA narasumber satu-satunya dalam segala aspek kehidupan sdr, y.i. dengan menjadikan FIRMANNYA sebagai buku manual kehidupan sdr. Jangan melakukan semua hal yang berlawanan dengan kebenaran yi. FirmanNya.
2. Kejadian 5: 22 - 24 - "Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.' Menyertakan Allah dalam hidup berarti hidup bergaul dengan Alah. Kita pasti enggan bergaul dengan orang yang hanya dekat-dekat kepada kita kalau ada maunya. Orang yang bergaul karib dengan kita adalah orang yang dekat pada kita diwaktu suka atau duka, dia tertawan bersama kita, menangis bersama kita, dia tidak melakukan hal-hal yang tidak kita sukai dan sebaliknya kita pun melakukan hal yang sama terhadap dia. Dengan kata lain, kedua pihak saling memberi dan menerima secara seimbang. Kita memang tidak mungkin memberi dan menerima secara seimbang terhadap Tuhan. Tetapi, banyak yang keterlaluan juga, yaitu hanya datang dan berbicara kepada Tuhan (berdoa) dengan membawa daftar permintaan, tuntutan yang tak habis-habisnya terhadap penggenapan janjiNya.
Kita perlua bergaul dengan Allah, yaitu dengan memperhatikan apa disukai atau tidak disukai Allah. Dalam Mazmur 25: 14 dikatakan Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjianNya diberitahukanNya kepada mereka. Tuhan membenci kejahatan, dan arti takut akan Tuhan adalah membenci kejahatan - "Takut akan TUHAN adalah membenci kejahatan;" (Amsal Salomo 8: 13). Disamping itu, bergaul dengan Allah berarti berbagi suka dan duka kita dengan Allah. Bacalah kitab Mazmur, maka sdr mendapati bagaimana pemazmur berbicara tentang segala hal kepada Allah, misalnya tentang keindahan alam semesta yang dilihatnya (Mazmur 19), kepuasan hidupnya (Mazmur 23), sukacitanya (Mazmur 149) dan juga dosanya (Mazmur 51), dsb. 
Bila kita melakukannya maka itu artinya kita menyertakan Allah dalam kehidupan kita..

Friday, October 18, 2013

TUHAN, apa yang KAU pikirkan?

Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya! (Mazmur 139:17)

Cucu saya yang mulai belajar menggambar dan menulis menunjukkan gambar yang dibuatnya pada saya. Saya cuma melihat corat-coret yang simpang siur, tetapi pasti ada yang dipikirkannya waktu dia mencoret-coret, jadi saya bertanya: “Nathan itu gambar apa?” Dia menjawab: “Mobil.” Bila pikiran anak kecil yang sederhana saja tidak bisa saya mengerti, apakah mungkin saya memahami pikiran Tuhan? Lihatlah ciptaan Tuhan yang ada disekitar kita, dan “Apakah yang Tuhan pikirkan waktu menciptakannya? Rumah saya rusak, karena kayu-kayu keropos dimakan rayap. Rayap itu sangaat mengganggu dan merugikan saya. Apa yang Tuhan pikirkan waktu DIA menciptakan rayap? Apa yang Tuhan pikirkan waktu DIA menciptakan kecoa, lalat, nyamuk, tikus - mahluk yang menjijikkan, mengganggu manusia dan menyebarkan penyakit itu? Pertanyaan ini bisa dilanjutkan tak habis-habisnya, karena ciptaanNYA yang tak terhitung jenisnya dan karena perbuatanNYA yang tak terbatas. Apa yang Tuhan pikirkan waktu DIA menenun saya dan saudara dalam kandungan ibu kita masing-masing (“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku” – Mazmur 139: 13). Apa yang Tuhan pikirkan waktu DIA menempatkan kita di desa, kota atau Negara kita sekarang? Apa yang Tuhan pikirkan waktu kita menghadapi masalah hidup atau waktu kita hidup senang? Pemazmur berkata: “Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-MU semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya” (Mazmur 139: 16). Berarti semua yang terjadi atas kita sekarang ini sudah dilihatNya dan sudah diketahuiNya dari sejak semua. Jabi, mengapa Dia membiarkan semua yang baik dan buruk ini terjadi? Dalam Mazmur 139: 17, Daud berkata: “Aku tidak bisa memahami pikiranMu, ya Allah.” 
Karena mustahil kita bisa memahami pikiran Allah, maka yang penting sekarang adalah bukan berusaha memahami pikiran Allah, tetapi “bagaimana kita menyikapi Allah dengan segala pemikiranNya.” Kita pernah menyanyikan: “JalanMu tak terselami, oleh setiap hati kami. Tapi satu hal ku percaya, Ada rencana yang indah, …… dst” Seperti Daud, marilah kita dengan iman menyikapi Allah dan berkata: “Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku” (Mazmur 139: 23- 24). Artinya: Daud memutuskan untuk selalu berada dipihak Tuhan. Karena orang fasik membenci Tuhan, maka Daud pun membenci orang fasik. Selanjutnya Daud berkata: “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” (Mazmur 139: 23 – 24). Berarti, menyikapi Tuhan Yang Maha Tahu, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Ada, Yang Maha Kudus, Yang Maha Kasih dst ….., Daud memutuskan untuk bersikap terbuka kepada Tuhan, dia tidak menyembunyikan apa pun terhadap Tuhan, bahkan memohon Tuhan memeriksa kehidupannya, menguji pikirannya agar jalannya tidak serong/ tidak menyimpang dari kebenaran dan mohon pimpinan Tuhan agar bisa hidup di jalan yang kekal.