Semua orang
pasti pernah jatuh dalam kesukaran atau malapetaka. Ada orang yang dalam
kesukarannya terjerumus dalam stress, depressi atau mengasihani diri sendiri.
Sikap seperti itu sama sekali tidak berguna, tidak bisa menolong untuk keluar
dari kesukaran.
Bila kita berada
dalam kesukaran, ada empat hal yang penting kita lakukan agar kita keluar dari
kesukaran. Mari kita belajar dari Ayub. Ayub dalam kesukaran besar, bisnisnya
bangkrut, anak-anaknya mati, dia sendiri sakit parah, isterinya tidak menolong
dia dalam kesukarannya dan semua sahabatnya meninggalkan dia. Sebagaimana kita
semuanya, Ayub dalam kesusahannya mengeluh dan bertanya-tanya mengapa dia harus
menderita. Dan Ayub tidak mendapatkan jawaban terhadap pertanyaannya:
"Mengapa aku harus menderita." Meskipun demikian, Ayub tidak
tenggelam dan hancur, tetapi dia menutup kisah hidupnya dengan pemulihan bahkan
keadaannya kemudian jauh lebih baik dibandingkan sebelum dia mengalami
kesukaran. Ada tiga hal yang dilakukannya, yaitu:
Pertama: Tetap
beriman dengan tulus kepada Tuhan. Ayub berkata: "Sekalipun Allah akan
mencabut nyawaku, aku akan tetap mempercayakan diriku kepada-Nya; aku akan
menghadap Allah untuk mengadukan perkaraku kepada-Nya. Setidak-tidaknya ada
keuntunganku, yaitu bahwa aku bukan orang yang tidak ber-Tuhan, karena orang
yang tidak ber-Tuhan tidak dapat menghadap Allah." Begitulah terjemahan
Ayub 13: 15- 16 dalam Alkitab terjemahan Firman Allah Yang Hidup dan Bahasa
Inggris King James (Ayat tsb. sulit dipahami kalau kita baca dalam Alkitab
terjemahan resmi LAI). Ayub tidak mencari allah alternatif, dia tetap hanya
beriman pada satu-satunya Allah yang benar, yang sekarang kita kenal sebagai
Allah Bapa kita dalam Tuhan Yesus Kristus.
Kedua:
Menghadapi kesukaran dengan hikmat yang sejati, yaitu hikmat yang dari Tuhan. Sebaliknya
daripada hanya berkutat dan tenggelam dalam pertanyaan: Mengapa aku menderita,
Ayub justru mencari hikmat untuk menghadapi penderitaannya. Dan dia menemukan
hikmat yaitu: "takut akan Tuhan" dan "menjauhi kejahatan" (Ayub
28: 28).
Ketiga:
Merendahkan diri. Yah, Ayub menderita bukan karena dosanya, tetapi toh Ayub
merendahkan diri, sedia untuk bertobat dan menyesal karena dia ternyata belum
mengenal Allah dengan benar. Katanya: "Hanya dari kata orang saja aku
mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh
sebab itu aku mencabut perkataanKu dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan
abu" (Ayub 42: 5-6).
Keempat:
Mengampuni dan mendoakan orang-orang yang menyakiti hatinya. Ketiga sahabat
Ayub benar-benar menyakiti hati Ayub yang sedang menderita. Namun Ayub
mendoakan - meminta agar Tuhan mengampuni sahabat-sahabatnya itu (Ayub 42: 7-
10).
Dan Ayub pun
menerima pemulihan yang sepenuhnya bahkan berlimpah-limpah dari Tuhan.
Dituliskan: Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia memnta doa untuk
sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala
kepunyaannya dahulu (Ayub 42: 10).
Karena sikapnya
yang tepat, Ayub mengubah malapetakanya menjadi berkat.