Pengumuman

Salam sejahtera,

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Melalui blog ini, kita dapat tetap mempelajari Firman Tuhan, dimanapun dan setiap waktu dengan mengakses melalui komputer atau handphone. Mari kita jangan lelah untuk mengerjakan pekerjaan yang baik.
Tuhan memberkati kita semua.

Kata MUTIARA minggu ini : Bahagia adalah sebuah pilihan

Tim penggembalaan

Friday, May 23, 2014

Ia Meninggal Dengan Tidak Dicintai Orang (2 Tawarikh 21 : 20)

Kadang-kadang saya bertemu dengan iring-iringan orang membawa jenasah. Kadang diiringi banyak orang, tetapi pernah juga saya melihat kecuali sanak keluarga dekatnya, tidak ada orang lain (teman, tetangga) yang mengiringinya, biasanya bila orang miskin yang mati. Tetapi dalam 2 Tawarikh 21: 20 yang dituliskan "Ia meninggal dengan tidak dicintai orang" adalah seorang raja. Alangkah tragisnya. Siapakah raja yang meninggal dengan tidak dicintai orang ini? Bagaimana seorang raja mati dan tidak ada yang meratapi kematiannya? Raja Yoram anak Raja Yosafat. Yoram menikah dengan Atalya, anak Ahab dan Izebel. Setelah Yoram menjadi raja, dia membunuh semua saudaranya dan orang-orang yang dianggapnya membahayakan kekuasaannya atau yang menjadi saingannya. Ia meninggalkan Tuhan dan memimpin bangsanya menjadi penyembah  berhala. Selama pemerintahannya yang singkat itu (8 tahun), kerajaannya dan dirinya sendiri selalu diliputi masalah. Akhirnya dia sakit dan karena penyakit yang dahsyat dan menyakitkan, akhirnya ia meninggal. Dan dicatat dalam satu kalimat pendek namun menyakitkan: “Ia meninggal dengan tidak dicintai orang” (ay 20). Sungguh kisah yang mengenaskan. Tak seorangpun merasa kehilangan atas kematian Yoram, karena ia seorang yang egois dan tidak mengenal Allah. Alkitab memberi catatan pendek tentang perbuatannya selama memerintah sebagai raja: “Ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan” (2 Tawarikh 21: 6).  
Mengutamakan hubungan dengan Allah dan sesama y.i.: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu; Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Matius 22: 37 dan 39), akan menentukan seberapa besar orang mencintai kita dan besarnya rasa kehilangan yang dirasakan saat kita meninggal. 

Mawas Diri


Galatia 6 : 3 - 5
3. Sebab  kalau seorang manyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri
4. Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.
5. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.

Adalah suatu hal yang manusiawi bila orang membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Kemudian, merasa diri lebih baik atau lebih hebat dari orang lain, itu pun adalah sesuatu yang manusiawi. Kalau ada orang yang selalu merasa kalah dari orang lain, orang itu akan stress dan minder. Namun sikap hidup yang manusiawi sebagaimana disebutkan diatas itu salah. Dalam surat Galatia ini dinasihatkan yang benar, y.i.:  Orang yang biasa membandingkan diri dengan orang lain adalah adalah orang yang sakit "sombong" atau "minder". Orang yang tidak mawas diri. Yang diinginkan Tuhan  (1) Jangan merasa sok (ay 3), menyangka bahwa dirinya hebat, padahal ternyata biasa-biasa saja. (2) Selalu menguji diri, bukan berdasarkan bagaimana keadaan orang lain, tetapi berdasarkan pekerjaannya sendiri, ay 4. Maksudnya, apakah sudah melakukan tugasnya atau pekerjaannya dengan maksimal seperti teladan Tuhan Yesus atau belum. Satu-satunya tolok ukur perbandingan adalah Tuhan Yesus. (3) Sesuai ayat 5, setiap orang harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri apakah dia sudah hidup seperti yang dikehendaki Tuhan Yesus atau belum. Dia tidak bisa berkilah: Orang lain berlaku seperti ini, saya masih lebih baik dari dia. Bila kita mentaati nasihat Tuhan dalam surat Galatia ini, maka kita akan berubah menjadi orang yang rendah hati, peka terhadap orang lain dan berkenan di hadapan Tuhan.

Sunday, May 4, 2014

Setiap Orang Menerima Berkat Yang Khas

"Ketika ia memberkati mereka; tiap-tiap orang diberkatinya dengan berkat yang diuntukkan kepada mereka masing-masing" (Kejadian 49: 28 b)

Tuhan sudah berjanji, bahwa: Di dalam Tuhan Yesus semua orang berdosa atau bahkan yang terkutuk sekali pun menerima berkat Abraham (Galatia 3: 14). Semua orang menerima berkat yang sama y.i. menjadi anak-anak Allah, tetapi dalam praktek hidup sehari-hari – (dalam hal rohani maupun jasmani) – kehidupan atau berkat yang kita terima memang berbeda-beda.  Mengapa?
Pertama: Karakter setiap orang berbeda. Sebaiknya kita belajar dari ke 12 anak Yakub. Mereka adalah keturunan langsung atau pewaris langsung berkat Abraham. Sesuai yang tertulis dalam Kejadian 49, menjelang kematian Yakub, mereka menerima berkat yang sama y.i. berkat Abraham, namun berbeda-beda, y.i. khas untuk masing-masing anak. Perbedaan itu dijelaskan dalam Kejadian 49: 28 b sebagai: "Tiap-tiap orang diberkatinya dengan berkat yang diuntukkan kepada mereka masing-masing." Yakub selalu mengawali berkat yang diberikannya kepada masing-masing anak dengan menyebut karakter y.i. kelebihan maupun kekurangan anak tsb. dan kemudian diikuti dengan berkat yang khas untuk anak tsb. karena karakter mereka yang berbeda. Anak yang berkarakter baik menerima berkat yang lebih daripada anak yang berkarakter buruk.
Kedua: Berkat yang diberikan itu berupa benih. Bagi keturunan Yakub, berkat yang diberikan pada mereka itu baru terwujud atau baru memberikan buahnya kurang lebih 400 tahun kemudian, y.i. pada waktu Yosua memimpin mereka merebut tanah Kanaan.
Ketiga: Karena berkat itu berupa benih, maka berkat itu harus diusahakan dengan sungguh-sungguh baru mendatangkan hasilnya/ buahnya. Efraim menerima berkat yang melebihi berkat Manasye. Tetapi dikemudian hari, Efraim mengeluh kepada Yosua bahwa berkat yang mereka terima terlalu kecil. Yosua menasihati mereka: “Berkatmu banyak, tetapi kamu enggan mewujudkan berkat itu, karena itu kamu kekurangan” (Yosua 17: 16 – 18). Karena beberapa kesaksian yang kita dengar, maka banyak diantara kita beranggapan bahwa berkat Tuhan itu datang atas kita sebagai lotere. Kadang-kadang berkat serupa itu bisa terjadi, tetapi hampir semua orang yang diberkati adalah orang yang dengan sungguh-sungguh mengusahakan benih yang dikaruniakan Tuhan kepadanya.
Benih berkat apa yang kita miliki yang kita bisa mengusahakannya dengan sungguhsungguh ? Secara ringkas Rasul Paulus mengajarkan:
·         1 Korintus 7: 17, yang berarti: “Mulailah membangun kehidupanmu sebagai anak Allah dengan apa yang ada padamu.” Mengalirlah mengikuti pimpinan Tuhan, bila Tuhan membuka jalan untuk perubahan ikuti saja dengan segenap hati. Dan:

·         “Lakukan yang terbaik dengan apa yang ada padamu sekarang, maka engkau akan melihat berkat Tuhan atas hidupmu” (Kolose 4: 22 – 24). Sdr harus mencamkan baik-baik, berkat tidak datang dari majikan. Majikan hanyalah alat ditangan Tuhan untuk menyalurkan berkat Tuhan kepada saudara. Dari Tuhan-lah berkat itu datang.