Banyak orang berpikir bahwa
Nazar adalah cara yang terbaik untuk mendapatkan pertolongan Tuhan. Itulah
salah satu alasan mengapa orang yang sedang kepepet mengucapkan Nazar: “Bila
Tuhan menolong, saya akan bla bala bla." Tetapi dalam banyak kejadian Nazar
seringkali berbalik menjadi “kutuk” bagi orang yang bernazar misalnya yang
tertulis dalam Maleakhi 1: 14 – “Terkutuklah
penipu, yang mempunyai seekor binatang jantan di antara kawanan ternaknya, yang
dinazarkannya, tetapi ia mempersembahkan binatang yang cacat kepada Tuhan.
Sebab Aku ini Raja yang besar, firman TUHAN semesta alam, dan nama-Ku ditakuti
di antara bangsa-bangsa.” Yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah orang yang
menyesal atas nazarnya lalu secara sembarangan saja membayar nazarnya.
Disamping itu bila nazar diucapkan secara gegabah juga akan menjerumuskan orang
yang bernazar itu dalam situasi yang amat sulit, contohnya adalah Yefta. Yefta
bernazar: Kalau Tuhan memberikan kemenangan padanya dalam peperangan melawan
orang Amon, maka dia akan mempersembahkan apa pun yang pertama kali keluar dari
rumahnya menyambut kedatangannya sebagai korban bakaran. Ternyata setelah
kemenangannya melawan orang Amon, yang pertama kali keluar menyambut
kedatangannya di rumah adalah anak perempuannya, anak tunggalnya. Akibatnya
Yefta berada pada situasi yang amat sulit dan menyedihkan (Hakim-hakim 11: 29 – 40).
Perlu diketahui, bahwa Nazar
adalah janji kita kepada Tuhan yang merupakan“sumpah ke pada Tuhan.” (“Apabila seorang laki-laki bernazar atau
bersumpah kepada TUHAN sehingga ia mengikat dirinya kepada suatu janji,
.........” Bilangan 30: 2). Sehubungan dengan sumpah, Tuhan Yesus
mengajarkan kita untuk tidak bersumpah (“Tetapi
Aku berkata kepadamu, janganlah sekali-kali bersumpah ................. Jika
ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak.
........” Matius 5: 34 – 37). Karena
itu Tuhan memang tidak pernah memerintahkan umatNya untuk bernazar. Tetapi
memerintahkan umatNya untuk menggenapi/ menepati nazar yang telah diucapkannya.
Yang lebih baik daripada Nazar
adalah: “Bersandar, berpegang pada janji Tuhan!” Yakobus 5: 13 – 18 (“Kalau ada seorang di antara kamu yang
menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia
menyanyi! Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, biaklah ia memanggil
para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan
minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang
sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka
dosanya itu akan diampuni. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan
saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin
didoakan, sangat besar kuasanya. Elia adalah manusia biasa sama seperti kita,
dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan
pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula
dan langit menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya.”) Ayat-ayat
ini menuliskan janji Tuhan tentang doa yang berkuasa – “menyembuhkan orang
sakit”; mengadakan tanda dan mujizat.
Tanpa bernazar pun, doa tetap
berkuasa !
Tuhan tidak pernah berdusta (“Allah bukanlah manusia sehingga Ia berdusta, ....... Masakan Ia berfirman
dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?” Bilangan 23:
19 ), maka perlu diperhati-kan bahwa
janji tentang doa yang besar kuasanya ini pasti ditepatiNya bila kondisi yang
dikehendaki Tuhan dipenuhi, yaitu:
1. Doa
a. Orang benar – Bacalah
Lukas 18: 9 – 14 (“Dan kepada beberapa
orang yang mengganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain,
Yesus mengatakan perumpamaan ini: “Ada dua orang yang pergi ke Bait Allah untuk
berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi
itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begiti: Ya Allah, aku mengucap syukur
kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan
orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa
dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bhakan ia tidak berani menengadah
ke langit, malinkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku
orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai
orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barang siapa
meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan
ditinggikan”). Tanyalah pada diri sendiri, apakah sdr orang benar? Atau,
Menganggap diri benar yang tersinggung/ marah bila ditunjukkan dosanya (= orang
Farisi). Kita harus mengerti bahwa tidak ada orang benar (Seperti ada tertulis:
“Tidak ada orang yang benar, seorangpun
tidak. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan
Allah.” Roma 3: 10, 23). Tetapi, orang yang bertobat (seperti pemungut
cukai yang mengaku dosanya) itulah orang benar, karena dia dibenarkan oleh
imannya pada Tuhan Yesus (“Yaitu
kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya.
Sebab tidak ada perbedaan. Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan
Cuma-Cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.” Roma 3: 22, 24).
b. Dengan Yakin =
beriman bahwa Tuhan mendengarkan doa, bahwa Tuhan meng-genapi janjiNya.
2. Besar Kuasanya –
“dapat memindahkan gunung !” “Berkuasa atas alam” seperti yang dilakukan oleh
Elia.
Kesimpulan:
Yang
lebih baik dari pada nazar adalah: Bertobat (=menjadi orang yang dibenarkan),
beriman dan berdoa; maka Kuasa Tuhan y.i. pertolonganNya, berkatNya, kasih
karuniaNya dilimpahkan dalam kehidupan sdr.
Trima kasih atas penjelasannya
ReplyDeleteTrimakasih atas pencerahannyaa..
ReplyDeleteTerimakasih!
ReplyDelete