Beberapa hari y.l. kita memperingati kematian Tuhan Yesus di
salib. Apa tujuan kematianNya itu? Kita semua pasti dengan lancar menjawab:
Untuk menebus dosa dunia (1 Korintus 15: 3). Sehubungan dengan alasan
kematianNya itu, marilah kita semua berpikir dengan sungguh-sungguh apakah kematianNya
itu mempunyai akibat nyata terhadap diri kita sendiri. Mengingat tujuan
kematianNya untuk menebus dosa, maka kematianNya hanya berguna bagi orang yang
berdosa. Orang yang tidak berdosa tidak perlu penebusan dosa, karena itu
kematian Kristus bagi mereka tidak ada gunanya. Tetapi Tuhan berfirman bahwa
“Semua orang sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3: 23) dan
“Upah dosa itu maut,” (Roma 6: 23). Bila Tuhan benar, maka yang ada ialah
orang yang tidak benar-benar menyadari
bahwa dirinya adalah orang berdosa atau orang yang tidak mengakui bahwa dirinya
adalah orang berdosa dan binasa. Nah, bagi orang-orang inilah kematian Kristus
itu tidak berfaedah. Sebaliknya ada orang yang benar-benar sadar akan dosanya,
mereka ini merasakan alangkah celakanya hidup sebagai orang berdosa, karena itu
mereka mencari jalan agar terlepas dari dosa. Bila mereka datang kepada Kristus
yang mati di salib, maka mereka mendapati faedah kematianNya itu y.i.
pengampunan dosa dan kehidupan yang baru. Bagi orang-orang ini peringatan
kematian Tuhan Yesus di salib ini bukan sekedar peringatan, tetapi adalah
pengalaman hidup diampuni dosanya.
Selanjutnya
di dalam Galatia 3 : 13 – 14 dituliskan bahwa Kristus mati untuk melepaskan
kita dari kutuk Taurat. Semua dosa mengakibatkan kematian, itu adalah vonis
Tuhan sejak Adam berdosa: “Pada hari engkau memakannya engkau akan mati”
(Kejadian 2:17). Adam berdosa jauh sebelum ada hukum Taurat. Kesimpulannya
“Upah dosa adalah maut” bukan kutuk Taurat. Dan sejak itu semua orang keturunan
Adam (tidak ada orang yang bukan keturunan Adam) pastilah satu kali akan mati
(Roma 5: 12). Bumi dikutuk karena dosa manusia, tetapi manusia sendiri tidak
dikutuk bahkan Allah yang baik dan murah hati masih memberkati mereka dengan
semua hal yang dibutuhkan untuk hidup dengan baik – Matius 5: 45.
Selama
kurang lebih ± 3000 tahun setelah vonis “mati” dijatuhkan Tuhan atas manusia,
manusia justru hidup dalam dosa yang makin bartambah-tambah. Maka di jaman
Musa, Tuhan memberikan hukum Taurat dan terhadap dosa-dosa tertentu Taurat
menjatuhkan kutuk. Dalam Ulangan 27 dituliskan beberapa dosa yang berakibat
kutuk, y.i.: (1) Menyembah berhala. Penyembahan berhala menyebabkan kutuk yang
diwariskan kepada keturunan sampai generasi ke tiga dan ke empat. Bila ada
orang yang sudah percaya kepada Tuhan, kemudian berbalik kepada berhala =
murtad dari imannya, maka orang itu terkutuk, tidak ada lagi pengampunan dosa
baginya (Ibrani 6:4-6 ; Galatia 1: 6 – 9). Dalam Perjanjian Baru dikatakan:
Terkutuklah orang yang tidak mengasihi Allah (1 Korintus 16: 22). (2) Kurang
ajar kepada orang tua. (3) Menyesatkan orang buta. Orang buta haruslah ditolong
menemukan jalan yang benar, Tuhan memandang orang yang menyesatkan orang buta
sebagai kejijikan dan mengutuk mereka. (3) Menindas orang lemah (orang asing,
janda dan yatim), yaitu orang yang tidak punya kemampuan untuk membela dirinya
sendiri. (4) Incest dan hubungan seks yang tidak wajar (dengan binatang,
lesbian dan homoseks). Kepada orang yang mempraktekkan dosa tsb diatas, hukum
Taurat menjatuhkan kutuk. Disamping itu
dikemudian hari dengan bertambah-tambahnya dosa, maka daftar dosa yang
mendatang kutuk ini ditambah dengan a.l. Kutuk menimpa orang yang melanggar
perjanjian.
Apakah
kutuk itu? Kepada Adam, Tuhan berfirman: “Dengan berpeluh (= bekerja keras)
akan mendapat makananmu”. Artinya orang berdosa yang bekerja pasti menerima
upah yang sepatutnya y.i. upah yang cukup baginya untuk hidup layak sesuai
dengan pekerjaannya. Jadi, orang yang malas hidup dalam kekurangan itu adalah
upah yang pantas bagi kemalasannya, orang yang rajin hidup dalam kecukupan
adalah upah yang pantas dari kerajinannya. Orang yang tidak diberkati adalah
orang yang tidak menerima upah yang pantas untuk jerih payahnya. Orang yang
dikutuk adalah orang yang sudah bekerja mati-matian tetapi tidak menghasilkan
apa-apa, bahkan semua yang dimilikinya pun habis/ diambil dari padanya. Orang
yang diberkati, menerima jauh lebih banyak dari usaha atau pekerjaan yang
dilakukannya dengan rajin, orang itu seolah-olah hidup di taman Eden di mana
bumi tidak menumbuhkan onak dan duri.
Tanda-tanda
orang yang berada di bawah kutuk Taurat: Ulangan 28 menuliskan apa yang dialami
orang yang berada di bawah kutuk Taurat y.i. (Derek Prince meringkasnya menjadi
sbb:
( 1)
Gangguan
jiwa atau gangguan emosional
( 2)
Penyakit
menahun (kronis) yang tak tersembuhkan atau kambuhan (terutama yang turun
temurun): Penyakit sampar (menular), penyakit yang tak dapat disembuhkan,
penyakit yang keras/ jahat lagi lama, wabah yang tak dapat dihentikan.
( 3)
Kemandulan
dalam segala hal. Keluarganya mandul, usahanya mandul, pertaniannya mandul,
ternaknya mandul, dst.
( 4)
Kehancuran
rumah tangga dan keretakan hubungan dalam keluarga
( 5)
Selalu
kekurangan (tidak mempunyai cukup untuk kehidupan sehari-hari yang wajar)
( 6)
Cenderung
atau sering mengalami kecelakaan
( 7)
Seringnya
terjadi kasus bunuh diri atu kematian tak wajar atau mati muda dalam satu
keluarga.
Yang
perlu sdr ketahui bila hanya ada 1 atau dua gejala tsb diatas, tidak dapat
disimpulkan bahwa orang berada di bawah kutuk. Tetapi bila ada cukup banyak
diantara gejala tsb terdapat pada seseorang mungkin sekali dia berada di bawah
kutuk. Orang itu sendiri seharus meminta terang Roh Kudus agar dia dapat
mengetahui keadaan dirinya di bawah kutuk atau tidak.
Bila
orang berada di bawah kutuk, maka korban Kristus pun menyelesaikan kutuk tsb.
Y.i. bila orang itu membereskan penyebab kutuknya itu. Dengan kata lain masalah
penyebab kutuk itu haruslah dibereskan secara spesifik atau pertobatan yang
spesifik.
Kematian Tuhan Yesus memberikan
berkat Abraham d.h.i. mengaruniakan kepada kita Roh-Nya y.i. Roh yang
menjadikan kita anak-anak Allah (Roma 8:14 - 17
). Dan bersamaan dengan menerima Roh yang menjadi kita anak-anak Allah
tsb, maka Allah Bapa yang telah mengaruniakan Kristus kepada kita, juga
mengaruniakan berbagai hal lain = berkat berkelimpahan kepada kita (Roma 8:32
), sebagaimana Dia memberkati Abraham.