Pengumuman

Salam sejahtera,

Jemaat yang diberkati Tuhan,

Melalui blog ini, kita dapat tetap mempelajari Firman Tuhan, dimanapun dan setiap waktu dengan mengakses melalui komputer atau handphone. Mari kita jangan lelah untuk mengerjakan pekerjaan yang baik.
Tuhan memberkati kita semua.

Kata MUTIARA minggu ini : Bahagia adalah sebuah pilihan

Tim penggembalaan

Tuesday, April 22, 2014

Kematian Kristus Membebaskan Kita Dari Dosa dan Kutuk Hukum Taurat

Beberapa hari y.l. kita memperingati kematian Tuhan Yesus di salib. Apa tujuan kematianNya itu? Kita semua pasti dengan lancar menjawab: Untuk menebus dosa dunia (1 Korintus 15: 3). Sehubungan dengan alasan kematianNya itu, marilah kita semua berpikir dengan sungguh-sungguh apakah kematianNya itu mempunyai akibat nyata terhadap diri kita sendiri. Mengingat tujuan kematianNya untuk menebus dosa, maka kematianNya hanya berguna bagi orang yang berdosa. Orang yang tidak berdosa tidak perlu penebusan dosa, karena itu kematian Kristus bagi mereka tidak ada gunanya. Tetapi Tuhan berfirman bahwa “Semua orang sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3: 23) dan “Upah dosa itu maut,” (Roma 6: 23). Bila Tuhan benar, maka yang ada ialah orang  yang tidak benar-benar menyadari bahwa dirinya adalah orang berdosa atau orang yang tidak mengakui bahwa dirinya adalah orang berdosa dan binasa. Nah, bagi orang-orang inilah kematian Kristus itu tidak berfaedah. Sebaliknya ada orang yang benar-benar sadar akan dosanya, mereka ini merasakan alangkah celakanya hidup sebagai orang berdosa, karena itu mereka mencari jalan agar terlepas dari dosa. Bila mereka datang kepada Kristus yang mati di salib, maka mereka mendapati faedah kematianNya itu y.i. pengampunan dosa dan kehidupan yang baru. Bagi orang-orang ini peringatan kematian Tuhan Yesus di salib ini bukan sekedar peringatan, tetapi adalah pengalaman hidup diampuni dosanya.
Selanjutnya di dalam Galatia 3 : 13 – 14 dituliskan bahwa Kristus mati untuk melepaskan kita dari kutuk Taurat. Semua dosa mengakibatkan kematian, itu adalah vonis Tuhan sejak Adam berdosa: “Pada hari engkau memakannya engkau akan mati” (Kejadian 2:17). Adam berdosa jauh sebelum ada hukum Taurat. Kesimpulannya “Upah dosa adalah maut” bukan kutuk Taurat. Dan sejak itu semua orang keturunan Adam (tidak ada orang yang bukan keturunan Adam) pastilah satu kali akan mati (Roma 5: 12). Bumi dikutuk karena dosa manusia, tetapi manusia sendiri tidak dikutuk bahkan Allah yang baik dan murah hati masih memberkati mereka dengan semua hal yang dibutuhkan untuk hidup dengan baik – Matius 5: 45.
Selama kurang lebih ± 3000 tahun setelah vonis “mati” dijatuhkan Tuhan atas manusia, manusia justru hidup dalam dosa yang makin bartambah-tambah. Maka di jaman Musa, Tuhan memberikan hukum Taurat dan terhadap dosa-dosa tertentu Taurat menjatuhkan kutuk. Dalam Ulangan 27 dituliskan beberapa dosa yang berakibat kutuk, y.i.: (1) Menyembah berhala. Penyembahan berhala menyebabkan kutuk yang diwariskan kepada keturunan sampai generasi ke tiga dan ke empat. Bila ada orang yang sudah percaya kepada Tuhan, kemudian berbalik kepada berhala = murtad dari imannya, maka orang itu terkutuk, tidak ada lagi pengampunan dosa baginya (Ibrani 6:4-6 ; Galatia 1: 6 – 9). Dalam Perjanjian Baru dikatakan: Terkutuklah orang yang tidak mengasihi Allah (1 Korintus 16: 22). (2) Kurang ajar kepada orang tua. (3) Menyesatkan orang buta. Orang buta haruslah ditolong menemukan jalan yang benar, Tuhan memandang orang yang menyesatkan orang buta sebagai kejijikan dan mengutuk mereka. (3) Menindas orang lemah (orang asing, janda dan yatim), yaitu orang yang tidak punya kemampuan untuk membela dirinya sendiri. (4) Incest dan hubungan seks yang tidak wajar (dengan binatang, lesbian dan homoseks). Kepada orang yang mempraktekkan dosa tsb diatas, hukum Taurat menjatuhkan kutuk.  Disamping itu dikemudian hari dengan bertambah-tambahnya dosa, maka daftar dosa yang mendatang kutuk ini ditambah dengan a.l. Kutuk menimpa orang yang melanggar perjanjian.
Apakah kutuk itu? Kepada Adam, Tuhan berfirman: “Dengan berpeluh (= bekerja keras) akan mendapat makananmu”. Artinya orang berdosa yang bekerja pasti menerima upah yang sepatutnya y.i. upah yang cukup baginya untuk hidup layak sesuai dengan pekerjaannya. Jadi, orang yang malas hidup dalam kekurangan itu adalah upah yang pantas bagi kemalasannya, orang yang rajin hidup dalam kecukupan adalah upah yang pantas dari kerajinannya. Orang yang tidak diberkati adalah orang yang tidak menerima upah yang pantas untuk jerih payahnya. Orang yang dikutuk adalah orang yang sudah bekerja mati-matian tetapi tidak menghasilkan apa-apa, bahkan semua yang dimilikinya pun habis/ diambil dari padanya. Orang yang diberkati, menerima jauh lebih banyak dari usaha atau pekerjaan yang dilakukannya dengan rajin, orang itu seolah-olah hidup di taman Eden di mana bumi tidak menumbuhkan onak dan duri.
Tanda-tanda orang yang berada di bawah kutuk Taurat: Ulangan 28 menuliskan apa yang dialami orang yang berada di bawah kutuk Taurat y.i. (Derek Prince meringkasnya menjadi sbb:

(      1)     Gangguan jiwa atau gangguan emosional
(      2)     Penyakit menahun (kronis) yang tak tersembuhkan atau kambuhan (terutama yang turun temurun): Penyakit sampar (menular), penyakit yang tak dapat disembuhkan, penyakit yang keras/ jahat lagi lama, wabah yang tak dapat dihentikan.
(     3)     Kemandulan dalam segala hal. Keluarganya mandul, usahanya mandul, pertaniannya mandul, ternaknya mandul, dst.
(     4)     Kehancuran rumah tangga dan keretakan hubungan dalam keluarga
(     5)     Selalu kekurangan (tidak mempunyai cukup untuk kehidupan sehari-hari yang wajar)
(     6)     Cenderung atau sering mengalami kecelakaan
(     7)     Seringnya terjadi kasus bunuh diri atu kematian tak wajar atau mati muda dalam satu keluarga.

Yang perlu sdr ketahui bila hanya ada 1 atau dua gejala tsb diatas, tidak dapat disimpulkan bahwa orang berada di bawah kutuk. Tetapi bila ada cukup banyak diantara gejala tsb terdapat pada seseorang mungkin sekali dia berada di bawah kutuk. Orang itu sendiri seharus meminta terang Roh Kudus agar dia dapat mengetahui keadaan dirinya di bawah kutuk atau tidak.
Bila orang berada di bawah kutuk, maka korban Kristus pun menyelesaikan kutuk tsb. Y.i. bila orang itu membereskan penyebab kutuknya itu. Dengan kata lain masalah penyebab kutuk itu haruslah dibereskan secara spesifik atau pertobatan yang spesifik.

Kematian Tuhan Yesus memberikan berkat Abraham d.h.i. mengaruniakan kepada kita Roh-Nya y.i. Roh yang menjadikan kita anak-anak Allah (Roma 8:14 - 17  ). Dan bersamaan dengan menerima Roh yang menjadi kita anak-anak Allah tsb, maka Allah Bapa yang telah mengaruniakan Kristus kepada kita, juga mengaruniakan berbagai hal lain = berkat berkelimpahan kepada kita (Roma 8:32 ), sebagaimana Dia memberkati Abraham.

Thursday, April 10, 2014

Kasih Adalah Kegenapan Hukum Taurat

"Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain mana pun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat  jahan terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat." (Roma 12: 8 - 10)
Ada cukup banyak orang Kristen yang berpendapat bahwa Kasih menggantikan Taurat. Itu sebabnya banyak orang Kristen mengabaikan Hukum Taurat atau bahkan sama sekali tidak mengetahui isi Hukum Taurat. Mereka secara tidak sadar mengabaikan atau salah mengartikan firman Tuhan Yesus dalam Matius 5: 17 – 19 yang berbunyi sbb: "Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, atau mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukkan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga". Melalui surat kepada orang Kristen di Roma ini, Rasul Paulus meluruskan pengertikan kita tentang “Kasih adalah kegenapan hukum Taurat”. Artinya kasih yang sejati – bukan kasih yang pura-pura (Roma 12: 9) menyebabkan orang melakukan hukum Taurat. Dengan kata lain, Kasih menjadi motor atau penggerak orang Kristen melakukan hukum Taurat.
Penjelasannya sangat masuk akal, sbb: Tuhan memberikan Sepuluh (10) Hukum y.i. Hukum Taurat (Keluaran 20: 1- 17). Hukum-hukum ini dibagi menjadi 2 kelompok y.i. Hukum 1 – 4 mengatur hubungan kita dengan Tuhan, Allah kita, lalu Hukum 6 – 10 mengatur hubungan kita dengan sesama manusia. Bila dipraktekkan tanpa kasih, maka hukum-hukum ini menjadi beban yang berat, karena harus diberikan penafsiran dan penafsiran itulah yang dipraktekkan oleh orang. Tetapi, bila kasih menjadi penggerak melaksanakannya maka ke sepuluh hukum ini menjadi berbeda makna dan semangatnya.
Hukum 1 sd 4  A Hubungan kita dengan Tuhan (Yesus) adalah hubungan kasih seperti orang yang sedang bertunangan (2 Korintus 11: 2 - "Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus"). Orang yang mengasihi dengan benar pasti hanya punya seorang tunangan, tidak menyimpan foto mantan kekasihnya didompet, dia tidak akan mencari kesempatan untuk mengintip foto mantan kekasihnya, menyebut nama tunangannya saja hatinya akan berdebar dan karena itu dia menyediakan waktu tertentu untuk menjumpai tunangannya. Seperti inilah yang Tuhan inginkan dalam praktek hukum 1 sd 4. Tahukah apa yang tertulis dalam 1 Korintus 16: 22  (Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata) ?
Hukum 5 sd 10 A Kasih menyebabkan mustahil bagi kita untuk tidak menghormat (kurang ajar) kepada or-tu; Kasih menyebabkan mustahil bagi kita berbuat jahat terhadap sesama manusia (berzinah, membunuh, mencuri, berdusta dan menginginkan yang dimiliki orang lain. Yang perlu dipikirkan lebih lanjut adalah hukum ke 10. Hukum ini melarang kita mengingini. Kata mengingini berarti belum dilakukan, baru menjadi “niat”. Berarti orang yang mengasihi tidak akan berniat jahat kepada orang lain khususnya menginginkan milik orang lain. Kasih menyebabkan kita bersyukur atas kelebihan milik orang lain dan mempedulikan bertanggung jawab/ mempedulikan milik orang lain (Ulangan 22: 1 – 4).